Sehat itu utama
Tak terasa, kandunganku sudah menginjak 7 bulan. Beberapa hari lalu aku sempat di rawat inap di rumah sakit karena terdapat flek akibat kelelahan. Padahal aku tak banyak aktifitas, hanya saja memang ternyata kelelahan psikis juga sangat berpengaruh. Aku terlalu sibuk dengan laporan butik yang banyak orderan gaun rancanganku langsung. Dan aku jadi kejar target menyelesaikan beberapa desain secara paksa.
Aku menyadari betapa mahalnya yang harus terbayar jika kita sakit. Bukan hanya secara materi, tapi juga waktu dan lainnya. Kita hanya bisa menikmati terbaring lemah tanpa bisa melakukan apapun saat sakit.
Aku sampai berkali kali mengelus perutku, meminta maaf pada babyku karena kelalaianku.Banyak teman juga kerabat yang menjengukku. Aku bahagia bersyukur dengan perhatian mereka semua.
Bahkan dokter Tian selalu memberikan pelayanan terbaik untukku. Dia selalu menyempatkan menjenguk ke ruanganku setiap pagi dan sore.
Merasa tak enak juga sebetulnya pada para suster karena menyadari sikap dokter pemilik rumah sakit.
Namun bagaimana lagi. Dokter Tian memang sahabat baik dengan mas Yoga juga mas Attar. Sarah saja sekarang mendapat banyak fasilitas atas rekomendasi dokter Tian.Aku memang tidak akan mengadakan acara 7 bulanan hamilku. Karena menurut mas Attar sudah cukup 4 bulanan saja.
Apalagi kondisi aku yang baru sembuh ini.
Aku bahkan dilarang mas Attar membantu dalam persiapan pernikahan Vanessa dan Hendra.
Yang hanya kurang dua minggu lagi."Assalamualaikum istri dan anak ku." Salam mas Attar masuk kamar kami.
"Waalaikumsalam suami dan ayahnya baby... Kok baru pulang Mas?"
"Iya, ada meeting dadakan sama klien yang mau bangun villa. Yoga aja sampe kesel. Tapi ya gimana lagi udah tugas."
"Mas mandi dulu deh, biar segeran. Trus kita makan sama sama."
"Kamu belum makan? Mas bawa rendang tuh,tadi Sarah telpon Yoga minta ayam pop, ya udah mas sekalian beliin rendang aja buat semua juga kok."
"Alhamdulillah....nak ayah kamu tau aja bunda lagi pengen rendang." Ucapku mengelus perutku sambil melangkah ke lemari untuk menyiapkan pakaian ganti mas Attar.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, kami turun ke bawah. Sudah ada Sarah dan mas Yoga yang juga mulai menyiapkan makanan.
Kami menikmati makan di selingi pembicaraan kedua bos H corp tentang proyek baru mereka tadi."Terus kalian harus ke Bandung dong kalo nangani proyek itu?" Tanya ku menyela obrolan
"Ya gimana lagi Na. Tapi gak sering sering banget juga sih. Paling juga gantian aku sama Attar gak mungkin barengan kesana ninggalin kantor." Balas sang kakak sepupuku mas Yoga.
"Emang potensial banget ya sampe ngebet narik tender luar kota..."
"Iya Sar, jangakuannya tuh bakal luas ini sayang. Semua juga demi kalian kan." Jawab mas Yoga lagi.
"Kalian doakan selalu suami kalian ini sukses usahanya." Timpal mas Attar yang baru selesai makannya.
"In shaa Allah." Jawab ku dan Sarah bersamaan.
Hari berganti, kesibukan mas Attar juga mas Yoga semakin terasa. Tak jarang mereka hampir tengah malam baru tiba dirumah.
Mas Attar selalu berusaha menyelesaikan desain arsitektur terbaiknya. Mas Yoga mencari lobi supplier bahan baku andalan dengan harga terjangkau. Proyek pembuatan villa besar besaran di kawasan Bandung sepertinya membawa kasikan tersendiri bagi direktur H corp."Mau berangkat juga ke kantor?" Aku memastikan niatan mas Attar yang sudah bersiap pergi ke kantor pagi ini. Padahal hampir subuh dia baru sampe rumah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
terima kasih nafas ku (selesai) ✅
Short Storykisah seorang gadis selalu bahagia, meski apapun yang ada di hadapannya. kedua orang tuanya yang berpisah tak membuatnya menjadi hancur dalam membayangkan masa depannya. berkali luka yang tergores karena kata cinta tak menjadikan bekas yang dapat te...