#1 Frasa [08/04/21]
#2 Aksara [11/01/22]
Frans Amnesia
Musibah tak diminta itu tidak hanya menghilangkan ingatannya. Tapi juga memaksa Frans untuk kehilangan salah satu orang paling berharga di hidupnya.
"Aku pernah berjanji akan berusaha. Dan aku s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•|FRASA|•
Helaan nafas panjang Aksa hembuskan setelah beberapa menit hanya menatap kosong ke arah lantai koridor yang ia lalui.
Tenggorokannya kering. Dengan bibir kelu disertai kepala yang terasa sangat berat, Aksa mendongak. Menatap mata teduh Alfa yang masih setia menunggu jawaban Aksara. Pria berwajah estetik itu berjalan tegap di sampingnya.
Aksa menoleh lagi. Menatap lawan bicaranya tak mengerti.
"Bukannya artikel itu bisa jadi alasan buat ngehindar?"
"Aku nggak yakin."
"Kenapa?"
"Tulisanku jelek." Aksa berdalih. Mencari alasan. "Aku enggak yakin bisa lolos, Kak," lanjutnya.
"Lo nggak yakin bisa lolos, atau nggak yakin kalo lolos bakalan lo terima?"
Diam. Pertanyaan Alfa barusan sanggup membungkam mulut siswi kelas XI IPA 5 di sebelahnya. Aksa meremas rok lipid warna hijaunya. Kesal. Lantaran pertanyaan barusan tidak bisa ia jawab langsung.
"Ini bukan cuma tentang artikel, Sa. Bukan juga cuma tentang kita. Tapi juga tentang Frans sama Leon."
Aksa mengernyit tak paham. "Leon?"
"Lo bakal ngerti kalo udah waktunya," –Alfa mengentikan langkah. "Kalo nanti lo udah mulai ngerti, gue mohon jangan benci siapapun, ya?"
Lagi lagi Aksa menatap Alfa tak mengerti. Mencoba menerka-nerka ke arah mana pembicaraan kakak kelas ini. Keduanya sama sama sudah duduk di kursi kantin yang seharusnya masih bisa diisi 2 orang lagi.
"Terus sekarang aku harus gimana?"
"Gue bakal bilang kalo lo udah nolak gue."
Aksa melotot. Mudah sekali kakak kelasnya berkata begitu. "Bisa bisa aku yang diwawancarai," protesnya.
"Loh? Nggak nolak dong berarti?"
Alfa menahan tawa ketika melihat Aksa memajukan bibir.
"Enggak, ah! Mulai kejadian mading itu Om Farhan jadi apa-apa tanya mulu. Dora aja kalah."
"Om Farhan sama Om Arel gimana?"
Jari jari Aksa menjadi mainan oleh sang empunya. Gadis itu menatap lurus ke jemarinya yang cantik. Kantin ini sepi. Semua orang tengah sibuk menonton class meet. Atau mungkin lebih tepatnya, semua orang tengah sibuk menonton keributan di area Class meet? Entahlah.