Part 13: Maaf

609 185 262
                                    

•|FRASA|•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•|FRASA|•


Lima belas menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi.

Seorang siswi dengan kacamata minusnya berjalan memasuki kelas. Rambut coklat gelapnya tergerai indah. Tampak serasi dengan bola mata coklat terang dan frame kacamata tipis berwarna gold. Siapa lagi jika bukan Aksara Aurellin?

"Frans," Aksa mengawali pembicaraan.

Punggung tegap Frans sedang bersandar di sandaran kursi ketika suara itu mulai menelusuri indra pendengarannya. Lagi, mata pemuda itu memang terpejam. Tangannya ia silangkan di depan dada. Tapi nyatanya dia tidak tidur.

"Frans," Aksara mengulangi. Membuat Frans mau tak mau menggerakkan kelopak matanya. Terbuka.

"Pergi!"

"Bibir kamu kenapa?" Ada kekhawatiran yang terdengar jelas di setiap kata gadis itu. Sudut bibir Frans robek. Ia menolak diobati oleh Sania tadi. Tidak ingin diganggu.

"Pergi, Sa!"

"Aku obatin, ya?"

Tanpa menunggu jawaban, Aksara berlari kecil ke bangkunya. Mengambil kotak P3K yang selalu ia bawa. Kebiasaannya sejak ikut PMR saat SD.

Dengan sangat hati hati, Aksa mulai membersihkan sudut bibir frans dengan alkohol. Sepertinya luka itu belum tersentuh sama sekali. Bekas darah segar yang sedikit mengering membuatnya agak sulit dibersihkan. Kemudian dua menit berikutnya, tangan Aksa sudah berganti menuangkan obat merah ke atas kapas. Lantas mengobati sudut bibir sahabatnya itu. Sangat telaten.

Frans tidak menolak. Dia memerhatikan manusia di depannya yang sedang serius mengobati dalam diam. Diantara mereka hanya ada suara berisik teman teman sekelasnya. Rupanya predikat kelas unggulan tidak membuat XI IPA 5 menjadi hening.

Tiga menit berlalu. Aksa segera membereskan kotak P3K. Bekas kapas ia masukkan ke dalam plastik kecil untuk nanti dibuang ke tempat sampah.

Aksara tersenyum. Menatap sahabatnya lekat. Diperhatikannya setiap inci wajah Frans yang bagi Aksa sangatlah sempurna. Perpaduan mata, alis, hidung, mulut, semuanya. Jangan lupakan tatapan lekat Frans yang dulu selalu seperti ini. Dekat dan menenangkan.

"Aku cuma mau minta maaf."

Sumpah. Frans tak habis pikir. Kenapa pula cewek ini harus minta maaf padanya? Bukankah seharusnya ia yang minta maaf? Frans akui. Tadi ia memang kelewatan. Frans akui. Dia yang terlalu ikut campur urusan Aksara. Frans akui. Tadi..., dirinya yang salah.

Frans juga tadi sudah berniat minta maaf. Tapi dasar perempuannya saja yang tidak tau malu. Kejadian yang baru dia lihat setengah jam lalu membuatnya muak.

"Jangan paksa gue kelewatan lagi, Sa," pinta Frans datar. Kepalanya masih menatap fokus ke mata coklat terang Aksara. Frans ingin minta maaf. Tapi malah kalimat perintah itu yang keluar dari bibirnya.

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang