Part 11: Salah Paham

704 195 261
                                    

•|FRASA|•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•|FRASA|•

"Kakak yang namanya Frans, kan?"

"Ya? Kenapa?"

"Saya dari anggota MPK. Kak Malvin nyuruh saya nitipin ini sama Kak Frans."

Frans mengambil lipatan kertas yang disodorkan adik kelasnya itu. "Ini apa? Nggak usah formal formal."

"Oke. Ini undangan sekaligus surat izin kemah tahunan. Tau, kan? Undangan ini dari kak Malvin. Jadi nanti Kak Frans ikut timnya Kak Malvin ya. Nanti ada empat orang lagi. Kak Malvin, Aku, Kak Frans, yang dua lagi aku belum tau siapa."

"Oh, iya makasih," ucap Frans mengakhiri pembicaraan. Ia seperti familiar dengan nama Malvin. Frans pernah mendengarnya baru baru ini. Tapi dimana? Ah, itu akan dipikirkannya nanti saja.

Frans berjalan ke parkiran seorang diri. Sekolah masih ramai. Gerbang juga bisa dipastikan masih berdesak desakan. Dan Frans sama sekali tidak berminat untuk mengantri keluar. Mood nya sedang buruk sejak istirahat kedua tadi. Sangat buruk malah.

Lihat, kan? Tidak berinteraksi saja Aksa sudah bisa membuat Frans kesal setengah mati.

Dia memilih masuk ke mobil dan menunggu beberapa menit lagi. Sampai sekiranya gerbang bisa dilewati dengan leluasa.

Frans membuka lipatan kertas dari adik kelasnya tadi.

Camp annuelle de Luna Kharisma
Deux nuits un million de respirations

Frans menimbang-nimbang. Ia bingung harus ikut atau tidak. Frans tidak kenal siapa itu Malvin. Siapa adik kelas tadi, dan dua orang lagi yang bahkan Frans belum tau namanya. Dia ingin ikut, tapi bukankah akan sangat bodoh jika dirimu ikut kegiatan orang asing?

Frans tau, tidak seharusnya dia berpikir begitu. Siapapun Malvin, orang itu pasti baik. Dari apa yang Frans tangkap, hanya orang yang diundang oleh OSIS yang bisa mengikuti kegiatan ini. Tidak semua orang asal ikut. Dan seorang Malvin memberi undangan padanya. Itu tandanya, yang lalu Malvin mengenalnya dengan baik.

Tapi apa daya. Ia tak ingat. Sejak bertemu adik kelas tadi, Frans sudah mencoba mengingat ingat siapa Malvin.

Tapi yang ada di otaknya malah bayangan menyebalkan Aksara dengan siswa kelas lain tadi siang. Yang Frans yakini juga tidak akan kalah menyebalkan dengan seorang Aksara Aurellin Pradikta.

"Shit ah!"

Frans memaki. Diiringi dengan tangan kanannya yang memukul setir begitu keras. Dan kini malah memerah.

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang