Part 23: Tugas Akhir

473 114 115
                                    


Ya Allah sayang banget sama kalian di part 22 :(

Di part ini banjirin komen lagi ya:v

Biar akunya cepetan update.

Oke, siap?

Oke, siap?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•|FRASA|•

Disinilah Aksa sekarang. Di tengah diskusi kelompok mata pelajaran prakarya kelas XI IPA 5. Mata pelajaran yang identik dengan menghabiskan uang dan waktu.

Kelompok demi kelompok menjalankan presentasi di depan. Dan seorang gadis dengan rambut tergerai dan jepitan putih simpel bertengger di rambut coklatnya yang terkuncir ke samping sama sekali tak tertarik memperhatikan.

"Aksara, gimana menurut lo? Lebih bagus kelompoknya Aurel apa Sania? Yang bakal lo kasih nilai sembilan siapa?"

"Bagus Sania."

"Emang gue ngomong sama lo?" Tanya Leon sinis.

Bagaimana tidak? Frans berpendapat tanpa diminta. Jelas jelas Leon menyebut nama Aksara tadi. Bukan Frans Arelta.

Jam terakhir. Dan lagi lagi Frans harus menyulut emosi.

"Emang gue jawab pertanyaan lo?" jawab sekaligus tanya Frans tak kalah sinis.

Leon yang mendengarnya mengembuskan nafas sebal. Semua yang ada disini juga pasti tau kalau Frans tengah menjawab pertanyaannya.

Udah gila, batin Leon.

"Sa."

"Iya gimana?"

"Bagus siapa? Kelompoknya Aurel atau Sania?"

"Aurel," jawab Aksa jujur, "ada Aurel mana mungkin kelompoknya bakal jelek?" tanya Aksa. Yang lebih mirip pernyataan.

"Iya sih, jadi kelompok Aurel lo kasih berapa?"

"Sembilan lima."

"Terus kelompoknya Sania?"

"Sembilan empat," ucapnya kelewat santai.

Sederhana. Hari ini sudah sangat buruk dengan perban di kedua tangan. Gadis itu tidak mau mempermasalahkan hal hal sederhana.

"Anjir!" timpal Nata. Teman satu kelompok mereka. "Beda satu doang, Bambang!" Sambung pria itu lagi.

"Emang siapa yang bilang beda sejuta?"

Leon sontak tertawa. Berucap dengan wajah datar saja Aksara tetap menggemaskan.

Tawa itu. Tawa yang mampu membuat Aksara mengunci pergerakan matanya walau sesaat.

Leon manis.

Tak beda jauh dengan Nata. Pria itu juga terkekeh pelan.

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang