•|FRASA|•
Risya mencari buku berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia di kamar adik satu satunya. Dua hari lalu Frans meminjam buku itu. Tapi belum dikembalikan hingga sekarang.
Sudah lima belas menit lebih dia mencari. Tapi tak ditemukan apapun. Risya membuka laci dibawah lemari Frans. Setahunya, itu adalah laci yang digunakan untuk menyimpan barang barang penting milik Frans. Setidaknya dulu memang begitu.
Risya sempat berpikir, kalau tidak mungkin buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia itu ada di laci tersebut. Tapi siapa tau kan?
Tak mau berpikir lama lama, mahasiswa itu mulai membuka laci. Tidak ada. Risya hanya menemukan buku navy milik Frans, buku-buku tentang lautan, dan selembar kertas yang terlipat, serta amplop berwarna biru yang masih tersegel rapi.
Risya mendengus pelan. Sudah ia duga bahwa itu adalah barang barang penting milik Frans.
"Aishhhh, terus buku gue dimana?" Tanya Risya entah pada siapa.
"Ngapain kakak disini?"
Risya menoleh. Tersangka yang sudah dua hari tidak mengembalikan bukunya akhirnya tiba. Jas almamater ia letakkan di bahu secara asal. Melangkah masuk dengan tatapan heran.
Risya memicingkan mata. "Suka suka gue dong," jawabnya sambil menutup laci. Melangkah santai ke kasur Frans yang rapi dan duduk di tepinya.
"Buku gue mana?" tagih Risya.
Frans hanya mengangkat bahu. Berlagak tak peduli. Kemudian duduk diatas meja belajar.
"Buku gue mana?!" ulang Risya.
"Ketinggalan di sekolah," ujar Frans sama sekali tak merasa bersalah.
"Kok bisa?"
"Ya bisa lah!"
Risya meniup poninya. Berusaha sabar.
"Lo kan anak sultan. Bisa beli lagi," Frans berkata enteng.
"Eh titisan Poseidon! Lu pikir cari duit gampang apa! Lagian kalo gue anak sultan, lo jugak! Kenapa lo nggak beli sendiri sih?"
Frans mengernyit. Kenapa Risya menyebutkan titisan Poseidon? Dia bukan Percy Jackson kan? Ah, iya. Frans jadi punya jawaban untuk pertanyaan sarkastik Risya.
"Gue tau gue gantengnya ngalah-ngalahin Percy," jawab Frans semakin enteng. Tak terlalu memedulikan kenapa kakaknya memanggilnya sebagai titisan Poseidon.
Risya mendengus kesal sekali lagi. Meniup poninya ke atas. Amnesia tidak menghilangkan sifat menyebalkan dari adik satu-satunya itu. Ia rindu bukunya. Sastrawan muda yang tengah butuh inspirasi kosa kata.
"Lagian ngapain sih, Kak, nyari buku gituan segala. Kayak anak TK," ucap Frans sarkas. "Lo itu nggak pantes jadi sastrawan. Pantesnya jadi hansip tau nggak?! Marah-marah mulu kerjaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRASA [✓]
Roman pour Adolescents#1 Frasa [08/04/21] #2 Aksara [11/01/22] Frans Amnesia Musibah tak diminta itu tidak hanya menghilangkan ingatannya. Tapi juga memaksa Frans untuk kehilangan salah satu orang paling berharga di hidupnya. "Aku pernah berjanji akan berusaha. Dan aku s...