Part 28: Penyebutan

453 102 123
                                    

Hai! Ada yang nunggu? Aku update gara-gara Truth Or Dare :(

Dan kalo boleh jujur, part 28 ini bingung mau aku kasih judul apa. Jadi ya, aku ambil dari akhir-akhir part ini aja.

Semoga suka :)

Semoga suka :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•|FRASA|•

07.08

TIN! TIN!!!

TIIIIINNNNNN!!!

Suara klakson mobil Frans membahana membelah atmosfer. Menggema diantara puluhan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang tanpa peduli waktu. Satu-dua hujatan dan sumpah serapah Frans terima di pemberhentian lampu warna warni ini. Tidak terdengar memang, tapi kentara dari komat kamit pengendara sepeda motor di samping mobilnya.

Sejak tadi, siswa dengan emosi di puncak ubun-ubun itu mengendarai mobil secepat yang ia bisa. Rahangnya menegas dan jemarinya memegang erat kemudi mobil. Bukan karena takut terlambat, karena faktanya Frans memanglah sudah terlambat. Tetapi lebih karena kekesalan tentang siswi pembawa sial yang semalam tinggal di rumahnya.

Frans hanya tidak tau. Terakhir kali dirinya melajukan mobil dengan kecepatan lebih dari 70km/jam di jalanan ibu kota, berujung dia yang amnesia dan tertimpa sial.

Mobil yang dikendarai oleh siswa pemilik nama lengkap Frans Arelta Dwi Sanjaya ini sudah meninggalkan lampu warna warni tadi. Yang artinya, satu belokan terakhir sebelum sampai di gerbang sekolah telah ia lalui. Sampai di depan gerbang yang sudah tertutup rapat, Frans turun dari mobil dan berjalan menuju pos satpam untuk absen keterlambatan. Ada dua tim tata tertib sekolah yang tidak Frans ketahui mereka siapa tengah berjaga di sana.

"Kenapa telat?" tanya salah satunya yang menatap tegas. Tiga pin berjajar di dada kanannya menandakan dia juga anggota MPK dan paskibra.

Frans hanya mengangkat alis heran. Memangnya siapa yang peduli jika dirinya terlambat? Dan ini gara-gara Aksa. Sumpah, bagi Frans, dua kata yang menelusup masuk ke telinganya bagaikan bensin yang disiram pada api emosi Frans.

Dia tidak merespon apapun. Hanya mengisikan tanda tangannya pada kolom berjudul tanda tangan. Tapi, fokusnya beralih pada kolom nama dan kelas.

Frans Sanjaya (XI IPA 5)

Yang pertama, Frans heran kenapa dua siswa sok keren ini tau namanya. Sedangkan yang kedua, Frans kesal karena dua siswa yang katanya tim tata tertib sekolah ini benar benar seenak jidat. Frans Sanjaya? Tidak. Frans merasa dirinya tidak salah. Kalaupun ia telat, Aksara lah yang harus disalahkan. Atau dengan kata lain, Frans tak terima.

Usai mengisi tanda tangan, Frans dengan sepihak mencoret namanya dan menggantikan dengan nama Aksara Pradikta.

Kedua tim tatib sekolah itu saling lirik. Tapi tidak ada yang mau menegur. Bukan apa-apa, kalau ditegur sekarang, Frans tidak akan mendapat hukuman tambahan. Lagian mereka pikir, memang ada yang salah di antara kedua siswa pecinta laut itu.

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang