#1 Frasa [08/04/21]
#2 Aksara [11/01/22]
Frans Amnesia
Musibah tak diminta itu tidak hanya menghilangkan ingatannya. Tapi juga memaksa Frans untuk kehilangan salah satu orang paling berharga di hidupnya.
"Aku pernah berjanji akan berusaha. Dan aku s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•|FRASA|•
Sepagi ini, Aksa sudah duduk manis di kursi ruang makan. Bukan. Ruang makan yang terlihat elegan itu bukan di rumah Aksara. Tapi di rumah sahabatnya sejak lahir. Ini sudah biasa terjadi sejak dulu-dulu. Jika Fransisca tidak ada di rumah, Frans yang sarapan di rumahnya. Jika almarhum mama Aksara tidak ada di rumah, Aksa yang akan ke rumah Frans. Tidak jarang juga Frans dan Aksara akan sarapan di kantin. Alasannya sederhana. 'Rindu dengan soto Pak Amin'.
Saat ini, Aksa sedang sarapan sambil bergurau santai dengan Fransisca dan kakak perempuan Frans. Meirisya Arelta Sanjaya. Ia sudah kuliah semester 7. Sebentar lagi lulus.
Sayang sekali, gurauan itu tak berlangsung lama. Sirna begitu saja ketika seseorang dengan santainya berjalan masuk ke dalam rumah. Melewati ruang tamu, hingga sampai di ruang makan.
Mengucapkan salam memang, tapi tetap tidak sopan bukan masuk sembarangan ke rumah orang?
Risya melihat kehadiran sosok yang datang tak diundang itu dengan tatapan tak suka. Alis tebalnya terangkat. Menukik tajam dengan begitu teratur. 'Siapa ni orang? Nggatau sopan santun apa?' Batin Risya bertanya-tanya. Tapi sepertinya, Risya familiar dengan wajahnya. Pernah lihat. Tapi dia lupa dimana.
Tak berbeda jauh dengan anak sulungnya, Fransisca juga sedikit tidak suka dengan cara Sania masuk. Ah iya benar, Fransisca memang sudah merasa aneh dengan gadis itu sejak awal.
"Loh, Sania. Kamu ngapain kesini?" Aksa ikut heran melihat kehadiran teman sekolahnya itu.
"Gue? Gue mau jemput Frans lah. Ini hari lertamanya dia sekolah lagi. Lo sendiri ngapain disini?"
"Eh? Tapi aku biasanya emang kesini. Berangkat bareng Frans."
"Kalo gitu gue ikut."
"Kok gitu?"
"Banyak omong banget sih lo! Pilihannya cuma dua! Kita berangkat bareng semua, atau Frans berangkat sama gue sendiri!" Sania berkata tajam. Lupa tempat lupa waktu. Juga lupa fakta bahwa dirinya hanyalah tamu. Atau bisa lebih pas jika disebut. Penyusup?
PRANK!
"Lo siapa sih? Lo pikir Aksara babu yang bisa nurut sama omongan lo? Kita ngga minta kehadiran lo disini! Dari lahir, Frans berangkat sekolah ya sama Aksa! Bukan sama cewek nggapunya etika kayak lo!" Risya membanting sendok dan garpu bersamaan. Sengaja menunjukkan bahwa kehadiran cewek itu memang tak diinginkan disini. Dan jelas sudah, kalimat barusan sudah cukup mempertegas maksudnya.