Bab 2

187 27 4
                                    

Airlangga High School. Itulah nama sekolah Andrea dan Andrew. Airlangga High School terdiri dari 3 gedung utama yaitu Airlangga Elementary School, Airlangga Junior High School dan Airlangga High School. Andrea dan Andrew sudah memasuki sekolah ini semenjak SD, jadi mereka mengenal seluruh sekolah ini dengan jelas.

Andrea panggil mengambil kelas IPS sedangkan Andrew mengambil kelas IPA. Sebenarnya Andrea bisa saja memasuki IPA karena nilai nya juga lumayan tinggi. Tetapi ia tak tertarik sedikitpun. Pintu kelas XI IPS terbuka dan sedikit ramai, entah ada apa. Kedua saudara yang penasaran itu langsung pergi melihatnya.

"Del, ini kenapa?" Tanya Andrea kepada Adel, temannya semenjak SMP.

"Ada murid pindahan dari Los Angeles hari ini, namanya Adrian. Katanya sih dia pernah sekolah disini waktu SMP dan pindah saat kelas delapan," jelas Adel.

"Ohh, terus kenapa semuanya disini?"

"Gatau juga, gue mau masuk susah banget, rame."

Mendengar nama Adrian, terlintas suatu hal di benak Andrew. Ia jelas tau siapa Adrian, waktu SMP ia sekelas dengannya. Karena lelaki ini juga Andrew harus mendapatkan surat panggilan orang tua, ia bertengkar hebat dengan Adrian karena Andrea.

Adrian menyukai Andrea, adiknya karena itu Andrew tak menyetujui lelaki berandal ini menyukai Andrea, ia tak mau sang adik terluka. Sifat berandal Adrian selalu melampaui batas dan membuat emosi Andrew meluap.

Tanpa bicara Andrew langsung keluar dari kerumunan itu sambil membawa tas ranselnya yang hanya ia gantungkan di salah satu bahu. Emosi menguasai dirinya, bahkan Andrea juga ikut penasaran kenapa dengan Andrew. Tetapi ia hanya mengendikan bahunya tak acuh lalu mencari cara agar bisa memasuki kelas. Andrea mengenal Adrian sebatas teman kelas sebelah, ia tak pernah sekelas dengan Adrian. Bertemu pun hanya sebatas lewat.

Bel masuk sekolah berbunyi membuat seluruh murid bubar. Seorang guru memasuki kelas dengan senyum manisnya.

"Good morning, students! Murid baru silahkan perkenalkan diri."

Adrian beranjak dari tempat duduknya lalu mulai memperkenalkan diri.

"Nama gue Adrian, pernah sekolah disini waktu SMP dan pindah ke Los Angeles kelas delapan," ucap Adrian sambil menatap Andrea yang berada di bangku depannya.

Tak bisa dipungkiri bahwa Adrian masih menyimpan rasa sebenarnya. Sudah banyak wanita yang ia temui di Los Angeles, entah di sekolah ataupun di bar. Ia sudah menjadi peminum sejak kelas tujuh, tentunya jika ia ingin minum, ia akan mengajak temannya yang sudah memiliki KTP.

"Kamu bisa duduk."

"Baik."

Adrian duduk dengan senyum yang tetap terukir di wajahnya. Alasan ia pindah kembali disini juga karena Andrea. Kedua orang tuanya masih berada di Los Angeles.

Pelajaran pun dimulai, tetapi Adrian tak memperhatikan sang guru malah melihat gadis di depannya. Ia mencolek lengan Andrea, membuat Andrea menoleh.

"Masih inget sama gue kan?" Bisik Adrian. Andrea memandang Adrian dengan tatapan bertanya-tanya lalu menggelengkan kepalanya. "Gua sedih, tapi gapapa kita bisa mulai kenalan dari awal lagi kan?"

Andrea tersenyum tak yakin lalu mengangguk ragu membuat Adrian tersenyum lebar. Andrea kembali menghadap depan lalu menghela nafas lelah.

***

Bel istirahat berbunyi, seluruh murid langsung berhamburan keluar. Terkecuali dengan Andrea yang masih sibuk mengisi jawaban di buku nya. Ia harus benar-benar fokus di kelas 11 ini, apalagi sebentar lagi akan diadakan ujian kenaikan kelas.

"Hei!" Sapa Adrian yang duduk di depannya lalu memberikan sekotak susu. "Buat lo."

"Thanks," jawab Andrea sambil tersenyum tak enak.

Andrew memasuki kelas Andrea dengan tak santai, lalu menarik tangan Adrian. Membuat Adrian mau tak mau berdiri lalu mengikuti Andrew. Andrea menatap keduanya dengan tatapan bingung lalu mengendikan bahunya.

***

Di halaman belakang sekolah Andrew baru melepaskan cekalannya.

"Oh hai! Gue kira lo lupa sama gue," ucap Adrian.

"Menjauh dari Andrea, brengsek!" Ucap Andrew lalu menarik kerah Adrian.

"Rupanya lo masih sama. Lo gak berhak ngatur perasaan gue, gue suka sama siapapun itu gak ada hubungannya sama lo."

Rahang Andrew mengeras, menandakan kemarahannya.

"Tapi dia adik gue, semua tentang Andrea, berhubungan dengan gue dan gue ngelarang lo deketin Andrea. Gue gamau dia terluka karena berandal brengsek kaya lo!" Ucapnya marah.

"Lo punya alasan apa sampai manggil gue brengsek?" Tanya Adrian menantang. Emosi nya ikut tersulut karena panggilan yang diberikan oleh Andrew.

"Berapa jumlah cewek yang udah lo tiduri selama di Los Angeles?" Tanya Andrew dengan senyum smirknya. "Gue gamau Andrea hancur karena itu, gue gamau dia kehilangan masa depannya karena cowok bajingan kaya lo!"

Adrian terkekeh lalu kembali menatap Andrew dengan tatapan membunuh. Ia tak bisa menyangkal jika ia tak pernah meniduri perempuan lain. Adrian jujur jika ia selalu melakukan itu kepada semua mantan kekasihnya. Mungkin bisa dibilang, ia hanya memerlukan pelampiasan nafsunya.

"Jangan deketin Andrea kalau lo gamau masa depan lo gue hancurin," tunjuk Andrew lalu mendorong Adrian membuatnya terjatuh di rerumputan.

Yuhuu part 2 !! Setelah membaca jangan lupa tinggalkan jejak yaa dengan cara Vote dan comment 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang