Bab 4

101 17 9
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar dengan wajah bahagia.

Kenzi menenteng tasnya keluar kelas lalu menepuk bahu Andrew, membuat sang empunya menoleh.

"Lo udah siap pengambilan nilai?" Tanya Kenzi.

"Hmm."

Sebenarnya Andrew tak perlu meragukan dirinya lagi, karena dia juga sudah ahli bahkan tanpa latihan pun sebenarnya ia akan berhasil. Tapi bukan berarti ia tak akan berlatih nanti. Hitung-hitung melatih kemampuannya.

Setelah pulang ini Andrew menuju kelas Andrea, untuk mengatakan bahwa Andrea bisa pulang terlebih dahulu dengan motor Andrew yang selalu ia parkirkan di sekolah beberapa hari ini atau menunggunya bermain basket hingga pukul 4 sore nanti.

"Nanti gue ada pengambilan nilai basket, lo mau pulang dulu atau nungguin gue?" Tanya Andrew kepada Andrea.

Andrea diam tak menjawab, sejenak ia berpikir, di satu sisi ia juga masih takut membawa motor karena kejadian terakhir kali, ia hampir menabrak pengendara lainnya tapi di sisi lain menunggu Andrew akan menghabiskan waktu yang lama.

"Gue anterin pulang aja," ucap Adrian yang baru datang entah darimana.

Andrew menatap datar tak berniat menggubris Adrian.

"Gimana?" Desak Andrew.

"Gue pulang sama Adrian aja," putus Andrea membuat Andrew menatap tajam Andrea.

"Gak. Gue anterin lo pulang sekarang," balas Andrew sambil menarik lengan Andrea keluar kelas.

Hal ini membuat Kenzi membulatkan matanya, apa Andrew tak ingin mendapatkan nilai?

"Woi, Ndrew! Pengambilan nilainya gimana?!" Teriak Kenzi.

"Lima menit!" Balas Andrew yang tetap menarik lengan Andrea.

Kenzi mengangguk lalu melihat jam di pergelangan tangannya, memang masih ada waktu 10 menit hingga basket dimulai.

"Lo beneran lupa sama gue, Zi?" Tanya Adrian.

"Untungnya buat gue apa kalau inget lo?"

Adrian terkekeh dengan jawaban Kenzi. Sebenarnya dulu Kenzi, Adrian dan Andrew memang berteman dekat. Tapi semenjak kejadian itu Kenzi dan Andrew menjauhi Adrian dan hanya bersahabat dua orang.

"Sikap lo makin lama, makin mirip Andrew."

"Baguslah masih ada untungnya, daripada mirip sama sikap lo gak guna," ucap Kenzi lalu keluar kelas.

Kenzi memutuskan untuk keluar kelas dan bergabung bersama anggota lainnya.

***

Andrew memantulkan bola basketnya malas. Keringat sudah bercucuran di keningnya. Tetapi hal itu malah menambah ketampanannya. Pengambilan nilai sudah selesai dan mereka bisa beristirahat. Nilai tertinggi juga diraih oleh dirinya.

"Kenapa lo? Nilai tertinggi tapi muka melas," ejek Kenzi lalu merebut bola basket Andrew.

"Udah biasa."

"Orang jago mah beda .. omong-omong lo udah ada cara buat jauhin Andrea dari Adrian?"

Andrew menggeleng. Mau berpikir 7 hari 7 malam pun ia tak akan menemukan caranya. Memang sang ayah sudah mengatakan bahwa ia akan menemukan cara, tetapi bukankah lebih baik jika Andrew membantu mencari cara?

Kenzi mengangguk mengerti sambil memasukkan bola basket ke ring.

"Omong-omong lo udah nonton film terbaru?

"Spy Space?"

"Yoi! Pemain favorit lo yang main, pasti lo udah nonton kan?" Tebak Kenzi.

Andrew mengangguk.

"Gue jadi oleng ke pemain favorit lo, keren banget dia mainnya. Demi keamanan kakak kandungnya dia sampai rela jadi mata-mata supaya bisa ngelindungi," ucap Kenzi memberikan spoiler film action tersebut.

Ucapan Kenzi membuat Andrew mengangguk lagi dan lagi, tetapi terlintas di benak Andrew. Ia menegakkan tubuhnya menyadari sesuatu.

"Zi, lo pernah bilang mau pindah ke IPS kan?" Tanya Andrew.

"Hm."

"Lo masih mau pindah?"

"Dulu gue mau, tapi sekarang males apalagi udah kelas dua belas."

Andrew tersenyum licik dan penuh arti.

"Lo pindah besok," suruh Andrew membuat Kenzi membulatkan matanya.

"Gila lo? Ini udah kelas dua belas! Mau pindah bakalan susah, ogah banget gue ngurusnya."

"Lo pindah aja, gue yang ngurus kepindahan lo, lagian kita baru masuk kelas dua belas."

"Ogah! Bisa-bisa diejek gue kalau pindah dari IPA ke IPS. Apa kata orang kalau gue pindah kelas dua belas ini? Lagian ngapain sih lo nyuruh gue pindah?"

Andrew menggeleng lalu tersenyum, dia berjalan mendekati Kenzi lalu memegang kedua bahunya.

"Jagain Andrew dari Adrian, jangan biarin Adrian deketin dia dan kalau ada yang ngejek lo, bilangin aja ke gue."

"Ogah! Lo kira gue masih anak sd?"

"Gue bayarin deh spp lo yang nunggak tiga bulan ditambah spp lo sampai semester satu ini berakhir."

Kenzi melirik Andrew sejenak, lalu kembali menggelengkan kepalanya cepat. Andrew hampir saja frustasi membujuk Kenzi.

"Gue kasih posisi gue buat lo untuk pertandingan nanti."

"Gak! Itu posisi lo! Gue gamau ngerebut posisi lo sebesar apapun keinginan gue."

"Karena itu, anggep aja lo gantiin posisi gue dulu, lagian gue juga bosen ikut pertandingan mulu," ucap Andrew yang tentu saja berbohong.

Baginya bisa mengikuti suatu pertandingan merupakan anugerah besar yang ia terima. Sebenarnya ia juga tak rela memberikan posisi utama untuk Kenzi. Namun, menjauhkan Adrian dari Andrea benar-benar penting.

"Beneran lo mau korbanin posisi lo?" Tanya Kenzi ragu. Jujur Kenzi memang menginginkan posisi itu, namun ia tak mau bila harus merebut posisi Andrew.

"Iya," jawab Andrew pasti.

"Oke, gue pindah ke IPS dan jaga adik lo."

"Thanks," jawab Andrew sambil tersenyum.

Demi hal ini mungkin Andrew memang harus mengorbankan sesuatu yang sangat ia senangi.

Part 4 !! Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca dengan cara Vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang