Bab 12

50 10 0
                                    

Semalaman Andrea benar-benar memikirkan bagaimana cara agar Andrew memaafkannya. Tiba-tiba terlintas satu hal di benaknya.
    
"Mau gue kasih tips nya biar kakak lo gak kecewa lagi sama lo?" Tawar Adrian.

"Penawaran gue berlaku sampai lusa."

Ucapan Adrian tadi siang terlintas di benaknya. Apakah Adrian bisa benar-benar membantunya? Ia ragu, sangat ragu terhadap Adrian. Kejadian terakhir kali sudah cukup memberinya pelajaran dan hukuman. Tapi ia benar-benar ingin Andrew memaafkannya. Lagipula ia hanya ingin meminta cara, tak lebih. Andrea juga akan menjaga jarak.

Ting!

Ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Andrea mengambil ponselnya. Ada pesan dari nomor tak dikenal.

+62 *** **** ****
Gimana penawaran gue? Gue tunggu sampai lusa.
Jangan penasaran, gue dapet nomor lo darimana. Good night, cantik!

Ini pasti pesan dari Adrian. Andrea sudah tau pasti Adrian. Yang memberinya penawaran hanyalah Adrian seorang. Andrea tak membalas pesan itu dan membiarkannya.

"Demi Andrew, gue harus manfaatin penawaran itu," gumam Andrea.

***

Pagi-pagi benar, Andrea sudah berangkat sekolah bersama sang ayah. Andrew akan berangkat lebih siang hari ini.

Sesampainya di sekolah, Andrea langsung mencari Adrian. Ia harus benar-benar bertemu dengannya.

"Nyari gue?" Tanya seseorang dari belakang. "Kenapa? Lo tertarik sama penawaran gue?" Lanjutnya.

"Jangan geer!"

"Gue kira lo gak bakal tertarik."

Adrian terkekeh sejenak. Tak ia sangka penawarannya akan diterima oleh Andrea.

"Gimana caranya?" Tanya Andrea tak mau berbasa-basi.

"Keepl calm, sayang. Gue bakal kasih tau nanti pas pulang sekolah. Jam tiga sore di belakang aula," ucap Adrian lalu pergi meninggalkan Andrea dengan sejuta kekesalannya.

Sebenarnya apa yang Adrian rencanakan sekarang? Semoga saja keputusannya kali ini tak salah.

"Andrea? Tumben dateng pagi-pagi," ucap Adel.

"Gue gak sabar ketemu lo! Gue kangen banget sama lo!" Alibi Andrea.

"Yaelah, baru kemarin kita ketemu. Tapi muka gue emang ngangenin sih."

"Dih!"

Adel tertawa terbahak-bahak. Andrea menggelengkan kepalanya tak percaya bahwa di depannya ini adalah sahabatnya yang tingkat kepercayaan dirinya super tinggi.

"Yuk masuk kelas!" Ajak Adel yang diangguki oleh Andrea.

Selama di perjalanan Adel terus bercerita tentang banyak hal. Andrea hanya menyimak sambil memikirkan kembali penawaran Adrian yang sungguh membuatnya semakin ragu.

"Eh, btw lo tadi gak berangkat bareng Andrew?" Tanya Adel.

"Dia berangkat agak siang, gue ikut papa gue."

"Tumben berangkat agak siangan."

Andrea mengendikan bahunya tak tau. Ia juga heran kenapa Andrew berangkat siang hari ini.

***

Di meja makan hanya terdapat Letta dan Andrew. Sejak tadi Andrew seperti mencari seseorang tapi enggan bertanya kepada Letta.

"Nyari Andrea?" Tanya Letta. "Andrea udah berangkat sama dad tadi pagi."

"Tadi pagi?"

"Hm. Gatau kenapa hari ini dia berangkat pagi banget."

Andrew mengangguk mengerti lalu kembali makan.

"Kamu masih belum baikan sama Andrea?"

"Belum."

"Kenapa? Kamu beneran ngebebasin Andrea kaya gitu?" Tanya Letta kembali yang diangguki oleh Andrew. "Mom tau kamu kecewa sama dia. Tapi dirumah ini yang kecewa bukan hanya kamu, mom dan dad juga kecewa dengan Andrea. Tapi kami hanya memberinya hukuman sebentar. Kamu mau memberinya hukuman berapa lama lagi, Andrew? Kasihan dia."

Andrew meletakkan alat makannya lalu meminum air putihnya. Ia menghela nafas sejenak. Memang benar perkataan Letta, terkadang Andrea berusaha berbicara dengannya tetapi Andrew selalu menjauh, bahkan tak jarang Andrew mendengar suara tangisan dari kamar Andrea. Ini juga sudah hampir 1 bulan Andrew benar-benar mengacuhkannya.

"Andrew bakal urusin hukumannya nanti. Andrew berangkat," putus Andrew tak mau melanjutkan percakapan.

Letta menghela nafas sedih. Terkadang Letta merasa kasihan dengan Andrea yang terus diacuhkan. Tetapi Letta juga merasa sedih dengan Andrew yang belum bisa berdamai dengan dirinya.

"Semoga semuanya segera kembali normal."

***

Bel pulang sekolah berbunyi. Andrea melirik sekilas jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 3 kurang. Andrea segera menuju belakang aula. Disana sudah terdapat Adrian yang menunggunya.

"Jadi gimana?"

"Gimana kalau kita ke cafe depan sekolah yang baru buka? Gue laper," ajak Adrian. Andrea berusaha menahan emosinya.

"Kasih tau dulu gimana."

"Gue akan kasih tau di cafe. Ayo!"

Adrian pergi meninggalkannya. Tolong beri Andrea kesabaran hari ini. Ia sungguh ingin mendapatkan solusinya dengan cepat. Tetapi Adrian selalu bertele-tele membuatnya semakin geram.

"Lo mau apa?" Tanya Adrian sambil melihat buku menu.

"Mango juice," jawab Andrea seadanya.

"Masa cuma minuman, makan juga."

"Triple nutella mousse cake."

Adrian mengangguk lalu memesankan Andrea. Ia menyuruh Andrea mencari tempat duduk terlebih dahulu.

"Jadi gimana?" Tanya Andrea tak sabar setelah melihat Adrian duduk di sampingnya.

"Sabar dulu, cantik. Gue aja belum makan, otak gue lagi buntu kalau lagi laper."

Andrea hampir saja mengumpat saat ini. Ia menyumpah serapah Adrian dalam hati. Tidak bisakah Adrian memberi tahunya sekarang?

    Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca dengan cara Vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

   

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang