Bab 17

47 6 0
                                    

Hari ini setelah pulang sekolah Kenzi langsung pergi ke rumah sakit tempat Andrew dirawat. Sebenarnya ia ingin menjenguknya kemarin, tetapi Alan menolak kunjungan dan menyuruhnya kembali esok.

Disinilah Kenzi berada di depan ruangan beraroma obat-obatan. Ia memandang dari balik kaca. Tubuh Andrew benar-benar penuh dengan alat pembantu. Sungguh Kenzi tak kuat menatap keadaan Andrew.

"Kenzi?" Tanya Andrea yang baru datang, menyadarkan Kenzi. "Lo gapapa?" Lanjutnya.

"Harusnya gue yang tanya gitu ke lo," balas Kenzi membuat Andrea tersenyum.

"Ayo duduk disana," ajak Andrea menunjuk kursi yang berada tak jauh dari ruangan Andrew.

Kenzi mengangguk lalu menuju bangku itu. Ia membawa sedikit buah-buahan untuk diberikan. Rasanya tak enak menjenguk tanpa membawa apapun.

"Ini gue bawain," ucap Kenzi sambil memerikan sekeranjang buah-buahan.

"Thanks," balas Andrea lalu menerimanya.

Suasana hening setelah itu. Andrea sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Kenzi tak menemukan topik.

"Sebenarnya kemarin Andrew pingin maafin lo," ucap Kenzi. "Tapi karena Adrian, dia gabisa bilang bahwa dia udah maafin lo."

"Jadi Andrew udah maafin gue? Gue kira dia udah benci sama gue," ucap Andrea lalu tertawa miris.

"Satu hal yang harus lo tau Andrew beneran sayang banget sama lo. Dia gapernah sekalipun benci sama lo."

Andrew mengangguk, inti perkataan Kenzi sama dengan Letta kemarin. Ia benar-benar salah mengerti tentang Andrew.

"Di pernah bilang ke gue," ucap Kenzi lalu menjelaskan."Apapun tentang Andrea itu hal besar buat gue, jadi kalau lo bantuin gue buat jagain Andrea itu hal yang sangat berarti buat gue. Posisi ini emang pantes gue kasih ke lo," ucap Kenzi meniru ucapan Andrew waktu itu.

"Terus?"

"Dia bilang cara menyampaikan rasa sayang itu beda-beda. Cara dia adalah dengan gangguin lo terus katanya biar unik gitu. Terus gue tanyain ke dia kalau Andrea benci sama dia gimana? Dia jawab maka gak ada gunanya lagi dia hidup," ucap Kenzi.

Untuk kedua kalinya Andrea kembali mendapatkan tamparan melalui sebuah perkataan, sebuah kejujuran.

"Jangan sia-sia in rasa sayang Andrew. Dia sayang banget sama lo," ucap Kenzi lalu pergi meninggalkan Andrea.

***

Seharian ini Andrea benar-benar memikirkan ucapan Letta dan Kenzi yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Semua ucapan mereka semakin membuat rasa bersalah Andrea semakin besar. Beberapa kali juga Andrea terus berdiri untuk melihat kondisi Andrew walau hanya melalui kaca. Andrew sudah melakukan MRI dan CT Scan tadi sore. Jadwalnya sengaja dipercepat karena hari ini kondisi Andrew stabil. Mungkin hasilnya akan keluar besok.

Letta dan Alan selama seharian ini sibuk mengurus administrasi, menunggu hasil pemindaian Andrew, konsul dengan dokter yang menanganinya, membeli makanan. Sehingga Andrea yang harus menjaga Andrew. Ia juga sudah diizinkan masuk oleh sang perawat. Hanya dirinya saja. Tetapi Andrea masih belum memiliki keberanian untuk memasuki ruangan Andrew.

Satu perawat memasuki ruangan Andrew untuk mengganti infus. Dari dalam ruangan sang perawat melihat Andrea. Sepertinya gadis itu bukan pacarnya, melainkan saudaranya. Wajah mereka bisa dibilang kembar.

"Apa kau tidak mau masuk?" Tanya sang perawat sambil sibuk mengganti.

Andrea mendongak menatap sang perawat. Ia mengangguk lalu memberanikan dirinya memasuki ruangan Andrew yang berbau obat.

"Kalian bersaudara?" Tanya perawat.

"Iya," balas Andrea mendekat.

"Lalu kenapa kau tak memasuki ruangan ini selama seharian? Bukankah kau diperbolehkan untuk masuk?"

"A-aku hanya tak ingin menganggunya," alibi Andrea yang diangguki oleh perawat.

Perawat itu sudah selesai mengganti infus, dia tersenyum kepada Andrea lalu menutup pintu, membiarkan Andrea berada di dalam bersama sang kakak.

Andrea duduk di kursi dekat tempat tidur Andrew. Ia menatap miris keadaan Andrew saat ini. Di wajah dan tubuhnya terdapat beberapa luka gores serta jahitan. Kepalanya diberi perban dan kakinya diberi gips. Andrea memegang tangan Andrew dengan perlahan.

"Ini kali pertama gue bisa nyentuh lo setelah kejadian kemarin. Gue udah denger semuanya dari mom dan Kenzi. Gue gatau kalau lo sesayang itu sama gue, tapi gue sering sia-sia in rasa sayang lo," ucap Andrea. "Dari kejadian ini, gue tersadar bahwa lo gak se ngeselin itu. Gue kangen sama kejahilan lo. Sebulan penuh lo kasih gue hukuman dan sekarang lo kasih gue hukuman lagi. Cepet bangun, gue mau ngobrol lagi sama lo, kak." lanjutnya lalu menyeka air mata. Ini adalah pertama kalinya Andrea memanggil Andrew dengan sebutan kakak.

Andrea meletakkan keranjang buah itu diatas nakas lalu keluar ruangan. Waktu jenguknya sudah habis. Ia hanya diberi waktu 10 menit untuk masuk.

"Andrea? Kamu habis jenguk Andrew?" Tanya Letta yang baru datang bersama Alan.

"Iya."

"Syukurlah. Sekarang kamu makan dulu, sudah jam makan malam," ucap Letta lalu memberikan satu tas makanan.

Andrea menerima tas itu lalu duduk ke kursi.

"Hasilnya kapan keluar?" Tanya Letta.

"Besok pagi," balas Alan.

"Semoga hasilnya baik-baik saja."

"Dia anak yang kuat, lukanya akan sembuh dengan cepat."

Letta mengangguk setuju. Memang benar saat terluka Andrew akan cepat sembuh dibandingkan Andrea. Andrew pasti bisa bertahan dan segera bangun.

Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang