Bab 27

35 5 0
                                    

Baru saja kemarin ujian tengah semester terlaksana, rasanya waktu berjalan sangat cepat. Beberapa minggu yang akan mendatang mereka akan mengadakan beberapa ujian diantara adalah try out ke 2 yang akan dilaksanakan mulai hari ini sampai lusa.

Try out pertama sudah dilaksanakan bulan lalu. Ujian praktek juga sudah dilaksanakan dua minggu lalu kini ujian yang tersisa hanya PAT, USBN dan UNBK lalu setelah itu mereka baru bisa bersantai sejenak sambil menyiapkan acara kelulusan.

Beberapa minggu belakangan ini, Magda juga tak dekat dengan Andrea kembali, mereka tetap berteman hanya saja Magda agak menjauh. Ia berjanji tak akan mendekati Andrew dan Andrea kembali.

Bahkan sampai sekarang Andrea belum mengerti apa yang terjadi dengan mereka. Magda juga mengurangi komunikasi dan Andrew selalu mengganti topik ketika membicarakan hal itu.

"Anak-anak hari ini kalian akan memulai tru out mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya harap kalian bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan serius," nasihat wali kelas.

Beberapa murid mengangguk mengerti, saat bel berbunyi mereka segera menuju ruangan yang disediakan. Hanya terdapat satu ruangan di sana, karena itu mereka harus bergantian. Kelas Andrew mendapatkan jam pertama.

Andrew menatap komputer di depannya. Try out akan diadakan secara online. Beberapa kali ia dan Magda saling bertatapan, karena Magda duduk didepannya.

"Ujian dimulai sekarang, kalian mempunyai waktu dua jam untuk mengerjakannya," ucap penjaga.

Suara keyboard dan mouse mulai terdengar. Seluruh murid fokus dengan try out ini.

Sedangkan di kelas Andrea, kondisinya bisa dikatakan sangat tenang karena adanya guru di depan.

"Lo buka buku matematika?" Lirih Andrea kebingungan setelah melihat Adel membuka buku matematika.

"Iya, hari ini matematika kan?"

"Bahasa Indonesia," jelas Andrea membuat kedua mata Adel melotot.

"Serius?!"

Andrea mengangguk. Adel menganga tak percaya. Sungguh ia tak membaca jadwal try out hari ini. Tadi saat wali kelas memberikan pengumuman, ia juga pergi ke toilet.

"Gue kira matematika. Terus gue harus gimana dong? Yakali belajar ulang, gak mungkin bisa masuk ke otak gue yang udah kehabisan ruang penyimpanan karena matematika ini," ucap Adel lemas.

"Kita masih ada dua jam lagi, kalau lo mau gue bisa bantuin."

"Gak perlu. Gue kan orang Indonesia. Harusnya bisa, kalau gue orang bule baru panik," ucap Adel santai.

Andrea menggelengkan kepalanya heran. Memang benar Adel orang Indonesia, tapi tak semua orang Indonesia memiliki nilai yang bagus di mapel Bahasa Indonesia, bukan?

"Lo serius?" Tanya Andrea.

"Dua rius."

***

Keringat mengucur dari dahi Andrew. Padahal ruangan ini sudah dilengkapi dengan AC. Tetapi entah mengapa rasanya menjadi panas saat melihat soal-soal ini. Ia melirik jam tangannya, 1 jam 30 menit telah berlalu. Ia masih memiliki 30 menit sisannya dengan 4 soal yang tersisa. Setelah selesai, ia akan segera keluar dan beristirahat di kelas.

"Ndrew!" Panggil Kenzi pelan dari samping. "Nomor tiga puluh lima jawabannya a atau c?" Imbuhnya.

"Z," jawab Andrew membuat Kenzi berdecak kesal.

"Gue serius!"

"B," jawab Andrew tak bohong membuat Kenzi kebingungan.

Beberapa kali Kenzi mencari jawabannya. Tetapi pemikirannya sungguh berbeda jauh dengan jawaban yang diberikan oleh Andrew. Karena itu ia langsung menekan abjad b tanpa berpikir panjang.

"Tiga puluh enam sampai empat puluh apa?" Tanya Kenzi lagi.

"Lo mau ngerampok?" Tanya Andrew.

Kenzi menyengir tak bersalah lalu mengangguk.

"Pikir sendiri!" Ucap Andrew lalu menekan tombol submit. Ia membereskan barangnya lalu mengisi daftar kehadiran dan kembali ke kelas.

Kenzi berdecak kesal sekali lagi. Andrew meninggalkannya tanpa memberikannya jawaban yang jelas, untungnya ia sudah mengisi soal uraian terlebih dahulu. Jadi soal pilihan ganda bisa ia jawab asal jika waktunya tak cukup.

Andrew meletakkan bukunya lalu menelungkupkan kepalanya. Beristirahat sejenak memang pilihan yang paling tepat setelah menggunakan otaknya 100%.

"Ndrew!" Panggil Andrea mengejutkan Andrew.

"Lo kok kesini?" Tanya Andrew heran.

"Gue ijin ke toilet, padahal pingin nanya soal. Gimana gampang gak?"

"Lumayan."

Lumayan yang dimaksud Andrew adalah susah. Jangan tertipu perkataannya. Andrea menggela nafas, habislah Adel kalau begitu.

"Sana balik," usir Andrew.

"Santai kali! Lagian dikelas lo cuma ada lo sama Magda," tunjuk Andrea kepada Magda dan Andrew.

Suasana menjadi hening seketika. Andrew baru menyadari jika sejak tadi Magda berada di kelas.

"Kalian kenapa sih?" Tanya Andrea, namun tak mendapatkan jawaban apapun dari keduanya. "Dijawab dong! Gue juga lagi gak nagih hutang," imbuhnya.

"Gapapa, Ndre. Lo balik aja, bentar lagi kelas lo," usir Andrew.

"Gue gak bakal balik sebelum kalian jelasin apa yang terjadi. Beberapa minggu terakhir ini kalian gak latihan basket lagi bahkan. Tolong jangan jadiin gue orang bodoh yang gatau apa-apa."

Ucapan Andrea membuat mereka berdua tersadar. Mereka tak sadar jika perilaku mereka seolah-olah membuat Andrea merasa bodoh.

"Lo tanya aja sama Andrew. Gue mau ke perpustakaan sebentar," ucap Magda lalu keluar kelas.

"Jadi gimana?" Tanya Andrea.

Andrew mulai menghela nafas lalu menceritakan semuanya kepada Andrea tanpa terlewat satu pun. Beberapa kali dahi Andrea mengernyit.

"Jadi karena itu kalian menjauh."

"Lo gak kaget?" Tanya Andrew heran."Magda suka sama gue," tambahnya.

"Gue udah tau sejak lama karena itu gue bantuin dia buat deket sama lo. Semua yang dia lakuin itu berdasarkan saran gue," ucap Andrea jujur. "Sorry gue gatau bakal kaya gini."

Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang