Bab 14

46 10 1
                                    

Sebuah pesan masuk ke ponsel Andrea saat tengah sarapan pagi ini. Andrea mengecek dari siapa, ternyata pesan itu berasal dari Adrian. Ia mengajaknya bertemu pukul 10 di dekat cafe kemarin mereka bertemu. Andrea menghela nafas lalu segera menghabiskan sarapan dan mengganti pakaiannya.

Ia segera pergi tak lupa mengunci rumah. Andrea tak perlu takut jika Andrew akan terkunci, sebab seluruh anggota keluarga pasti memiliki 1 kunci cadangan.

Andrea pergi dengan menggunakan ojek yang ia pesan. Sesampainya di dekat cafe, Andrea segera turun dan membayarnya. Ia melihat Adrian berdiri di dekat sepeda motornya sambil bertelfonan.

"Eh, lo udah dateng," ucap Adrian terkejut dengan kedatangan Andrea.

"Udah gausah basa-basi, gimana caranya? Sejak kemarin lo basa-basi mulu."

"Santai, cantik. Gue bakal kasih tau lo di mall ya sambil cari hadiah buat mama gue, besok dia ultah."

"Nyari hadiah?"

Adrian mengangguk lalu memberikan helm nya. Andrea menerima helm itu dengan pandangan kesal. Apakah caranya sangat panjang sehingga Adrian tak bisa memberitahunya melalui chat atau dalam waktu 2 menit?

"Ayo, naik! Jangan lupa peluk biar gak jatuh," ucap Adrian.

"Modus!"

Adrian terkekeh lalu ketika melihat Andrea sudah naik, Adrian menginjak gas menuju mall terdekat.

***

"Nah ini tokonya," ucap Adrian setelah berkeliling agak lama mencari toko yang menjual berbagai macam hadiah.

Andrea menghela nafas, sungguh ia lelah mengelilingi mall ini. Biasanya saat ia ke mall, ia hanya akan pergi ke toko terdekat dan pulang setelah membeli barang. Tapi kali ini, ia bahkan harus berkeliaran dari lantai 1 ke lantai 4 ini. Sejak tadi ia juga bingung dimana toko yang dimaksud oleh Adrian, sampai ia lupa menanyakan hal itu.

"Bantuin cariin hadiah yang kira-kira cocok buat mama gue ya?" Tanya Adrian lalu memberikan satu keranjang belanja. Lalu Adrian menarik pelan tangan Andrea untuk memasuki toko yang ramai itu.

Adrian mengambil beberapa barang yang nantinya akan dijadikan pertimbangan, Andrea juga memilih benda yang cocok untuk ibu Adrian.

"Ini cocok gak?" Tanya Adrian sambil menunjukkan satu set peralatan dapur.

"Emang lo gak punya peralatan dapur dirumah?"

"Punya sih, banyak malah."

"Yaudah jangan, yang lain aja."

Adrian mengangguk setuju lalu meletakkan satu set peralatan dapur itu ke tempat semula. Setelah beberapa saat mereka tetap saja belum menemukan apapun yang cocok. Tadinya Andrea menawarkan tas, tetapi Adrian berkata bahwa ibunya jarang keluar rumah.

Tiba-tiba satu ide muncul di benak Andrea. Mungkin mereka harus memberikan barang yang akan digunakan setiap harinya seperti kalung perhiasan contohnya.

"Kalau kalung gimana?" Tanya Andrea membuat kedua mata Adrian terbuka lebar. Benar! Kenapa tak terpikirkan di benaknya sejak tadi?

"Setuju! Ayo kita ke toko perhiasan!" Ajak Adrian yang diangguki oleh Andrea.

Mereka segera menuju toko perhiasan yang berada tepat di seberang toko tadi. Andrea melihat-lihat kalung disana.

"Lo yang cariin ya, gue gapaham soal beginian."

"Tapi harganya-"

"Gue gapeduli, kalau menurut lo bagus ambil aja langsung," ucap Adrian.

"Oke," jawab Andrea ragu.

Setelah beberapa saat melihat-lihat puluhan kalung, tatapan Andrea tertuju kepada satu kalung yang memiliki bandul berbentuk bulat kecil dengan berlian di tengahnya. Andrea meminta sang penjaga untuk mengambilkannya.

"Ini gimana?" Tanya Andrea.

"Bagus! Oke kita beli yang ini," putus Adrian.

Sang penjaga langsung mengepack kalung itu di kotak beludru berukuran sedang. Setelah selesai membayar, Adrian mengajak Andrea makan ke salah satu restoran langganannya.

"Thanks ya! Udah bantuin gue milihin kado buat mama gue," ucap Adrian.

"No problem. Omong-omong gimana caranya lo belum kasih tau gue?"

"Kita mesen makanan dulu ya, gue laper beneran."

Andrea mengangguk setuju, lagipula memang benar ia merasa sangat lapar sekarang. Jika ia mendengarkan solusi Adrian, bisa-bisa ia akan melupakannya dalam sedetik.

Sang pelayan mengantarkan makanan yang mereka pesan. Mereka langsung makan dan setelah meraa kenyang mereka langsung kembali.

Andrea berdiri berniat membayar makanannya, tetapi Adrian menahannya.

"Gue yang bayar, anggep aja sebagai ucapan terimakasih gue," ucap Adrian lalu mengeluarkan uang bewarna merah sebanyak 2 lembar.

"Thanks."

***

Saat ini Andrea dalam perjalanan pulang menggunakan taxi. Setelah berdebat agak lama dengan Adrian akhirnya inilah finalnya.

Terlintas suatu hal di benak Andrea. Astagah! Ia lupa menanyakan solusinya! Andrea terlalu enjoy dengan apa yang dimakannya tadi sampai-sampai ia melupakan segalanya.

Andrea berjalan lemah menuju rumah. Kenapa ia bisa sepikun ini hanya karena makanan? Ia menepuk jidatnya pelan lalu melihat Andrew yang berada di ruang tengah sedang menatap laptop sepertinya mengerjakan proposal kemarin.

Andrea berjalan perlahan melewati Andrew. Ia belum berani menatap Andrew sejak kemarin. Sungguh ia belum menemukan satu kesalahannya lagi.

Sebenarnya saat Andrea datang, Andrew sudah tau hal itu, jadi saat ini Andrea melakukan sesuatu yang tidak berguna yaitu mengendap-ngendap di depannya seperti maling.

"Ekhm," suara Andrew membuat Andrea terkejut.

"G-gue cuma pergi ke mall," ucap Andrea reflek.

"Lo gak bakal nemu kesalahan lo di mall."

Andrea memejamkan matanya sejenak. Benar! Memang mall bukan tempat untuk mencari kesalahannya. Itu pasti yang dipikirkan oleh Andrew.

"M-maafin gue," ucap Andrea mau tak mau.

Gimana part hari ini?
Jangan lupa vote and comments yaa 🤗
Yuk spam vote dan comments supaya aku bisa segera upload!

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang