Pagi-pagi benar Andrew sudah berangkat ke sekolah, karena pagi ini ia mendapatkan telepon dari sang pelatih, sehingga membuat Andrea harus pergi dengan sang ayah.
Andrew penasaran kenapa pelatih memanggilnya dan tidak mengatakan di telepon saja.
Sesampainya di sekolah, Andrew segera pergi ke ruang olahraga. Disana sudah ada sang pelatih yang menunggunya.
"Selamat pagi, pak,"sapa Andrew.
"Pagi. Jadi pagi ini bapak minta kamu ke sekolah karena ada pemberitahuan mendadak."
"Pemberitahuan apa?"
"Salah satu anggota basket yang besok akan mengikuti pertandingan jatuh dari sepeda motornya kemarin sehingga membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit dan sekarang kita kekurangan anggota. Bapak mau kamu menggantikan posisinya."
Ada merasa miris dengan anggota itu, mungkin saja anak itu sangat menginginkan pertandingan ini seperti dirinya namun takdir berkata lain. Andrew mengangguk membuat sang pelatih senang.
"Bagus, kamu harus berlatih hari ini, besok sudah hari pertandingan," ucap pelatih itu lalu pergi.
Andrew tersenyum kecil lalu keluar dari ruang olahraga itu. Ia sangat bersyukur karena besok, ia masih bisa mengikutinya.
Saat Andrew akan pergi, Kenzi datang sambil berlarian.
"Ndrew, gue denger besok lo ikut pertandingan kan?" Tanya Kenzi senang.
"Yoi."
"Akhirnya kita ikut pertandingan bareng lagi," ucap Kenzi. "Sumpah awalnya gue ngerasa gak enak udah ambil posisi lo, tapi sekarang gue lega karena lo juga join."
"Ngapain ngerasa gak enak? Gue ikhlas lahir dan batin."
Kenzi terkekeh lalu menggelengkan kepalanya. Andrew memang tak pernah berubah dari dulu.
***
Sepertinya hari ini Andrea mendapatkan kesialan. Bisa-bisanya ia lupa membawa buki tugasnya di mata pelajaran guru killer ini. Beberapa kali Andrea menghela nafas gusar. Ia pasti akan mendapatkan hukuman nanti. Hukuman terakhir kali yang ia terima saja masih terngiang-ngiang di otaknya.
"Lo serius gak bawa bukunya?" Tanya Adel.
"Beneran, Del."
"Gila. Terus harus gimana? Lo mau nyalin tugas gue?" Tanya Adel.
"Gak cukup waktunya, bentar lagi jam pelajaran dimulai."
Benar saja setelah Andrea mengatakan itu, guru yang paling ditakuti datang dengan gagahnya membawa buku paket di tangannya. Wajahnya yang tegas dengan kumis tebal membuatnya semakin ditakuti.
"Kumpulkan tugasnya!" Titah sang guru mutlak.
Seluruh murid langsung berdiri lalu meletakkan bukunya di meja guru dan segera berbalik ke bangkunya masing-masing.
"Siapa yang belum mengumpulkan?"
"S-saya, pak," ucap Andrea lalu berdiri.
"Kenapa kamu tidak mengerjapkan?"
"B-buku saya tertinggal dirumah," jawab Andrea jujur.
"Kamu itu! Bagaimana bisa buku tertinggal? Bilang saja kamu belum mendapatkan contekan seperti yang lainnya kan?!" Tuduh sang guru.
Kedua mata Andrea membulat. Memang seperti apa dirinya sehingga harus mencontek. Toh dia juga tidak sebodoh itu! Ia juga sudah mengerjakan 25 soal yang diberikan tanpa bantuan siapapun.
"Cepat keluar dan berdiri di tengah lapangan!"
"T-tapi, pak-"
"Tidak ada tapi-tapian! Keluar!"
Andrea hanya bisa menghela nafasnya lalu beranjak dari bangkunya menuju pintu. Sebelum ia memutar knop pintu, seseorang membukanya dari luar.
"Andrew?" Tanya sang guru bingung.
"Maaf, pak menganggu ditengah pelajaran. Saya berniat memberikan buku tugas Andrea yang tertinggal di tas saya," ucap Andrew lalu memberikan buku itu.
"Awas kamu Andrea kalau sampai lupa lain kali! Untung saja kakak kamu membawakan buku tugas kamu."
"Kalau begitu saya permisi .. jangan terlalu galak-galak pak sama adik saya," ucap Andrew yang sedikit lirih di bagian akhir lalu ia segera keluar kelas.
Andrea menghela nafas lega. Untung saja Andrew mengantarkan bukunya tadi. Tapi bagaimana bisa buku itu berada di tasnya? Seingatnya ia meletakkan di meja belajar.
*Flashback*
Pagi ini Andrew sudah rapi dan langsung berangkat ke sekolah setelah sarapan. Sesampainya di sekolah ia langsung pergi ke ruang olahraga dan berbicara sebentar dengan Kenzi.
Andrew mencari ponselnya berniat untuk menghubungi siswa yang mengalami kecelakaan itu. Tetapi ia tidak menemukan ponselnya di tas maupun saku.
Andrew memeriksa jam tangannya, jam masuk sekolah masih ada 1 jam lagi, akan sangat cukup untuk perjalanan dari sekolah ke rumah dan dari rumah ke sekolah.
Akhirnya Andrew memutuskan untuk kembali ke rumah. Benar saja ponselnya berada di atas nakas kamar. Ia segera mengambilnya lalu berniat langsung kembali ke sekolah, tetapi ia tak sengaja melihat buku tugas Andrea yang berada di atas meja ruang tengah. Andrew mengecek buku itu.
"Geografi? Bukannya hari ini kelas Andrea ada mapelnya?" Gumam Andrew mengingat.
Andrew kembali membuka buku itu, sampai dihalaman tengah, ia melihat sebuah tugas yang belum ada nilai. Lalu ia melihat tanggal pengumpulan tugas itu karena Andrea selalu menulis tanggal pengumpulan tugas di atas tugasnya. Bukankah berarti hari ini tugasnya seharusnya dikumpulkan?
Andrew kembali mengecek jam tangannya, tiga puluh menit lagi masuk. Dengan segera Andrew memasukkan buku itu ke tasnya lalu kembali ke sekolah.
*Flashback*
Seperti biasa dong tolong tinggalkan jejak setelah membaca yaa 🤗
Follow Instagram:
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semakin percaya bahwa sebenarnya Andrew sama sekali tak menyayanginya. Hingga suatu kejadian terjadi lalu...