Bab 6

79 17 0
                                    

Saat ini adalah jam istirahat, Andrea sudah pergi ke kantin bersama Adel tadi dan sudah kembali. Andrea langsung mengeluarkan bukunya dan peralatannya. Tetapi Adrian menepuk bahunya.

"Andrea, lo mau pulang bareng gue gak nanti?" Tanya Adrian.

"Sorry, gue gabisa. Gue harus pulang bareng Andrew."

"Andrew udah ngijinin gue."

Kenzi yang mendengar hal itu langsung menoleh.

"Kalau Andrew ngomong kaya gitu berarti dia mabok. Andrew gak pernah ngomong gitu, jangan lo percaya," ucap Kenzi yang diangguki oleh Andrea.

Sudah sekitar satu minggu lamanya sejak kepindahan Kenzi. Selama satu minggu itu pula Adrian tak pernah lengah mendekati Andrea. Untung saja Andrew menyurunya pindah sehingga ia bisa mencegahnya. Setiap pulang sekolah Kenzi juga selalu melaporkan kepada Andrew.

"Gimana Andrea?" Tanya Andrew sambil memantulkan bola basketnya.

"Adrian ngajak dia pulang bareng katanya sih lo udah ngijinin dia," lapor Kenzi.

"Terus gimana?" Tanya Andrew sudah mulai khawatir.

"Untungnya gue berhasil buat rencananya gagal. Buktinya tuh Andrea di sono," tunjuk Kenzi ke arah tempat duduk yang berada tak jauh dari lapangan.

Dari situ terlihat jelas bahwa Andrea sedang memainkan ponselnya dengan bosan.

Andrew menghentikan permainannya lalu pergi untuk mengambil air minumnya yang berada di dekat Andrea.

"Udah?" Tanya Andrea.

"Belum, satu jam lagi."

Andrea menghela nafas lelah.

"Bercanda," ucap Andrew lalu mengacak-acak rambut Andrew. "Ayo pulang."

"Makhluk sialan," umpat Andrea lalu merapikan rambutnya.

Andrea beranjak lalu mengikuti Andrew yang mendahuluinya.

Sesampainya di parkiran, Andrew memberikan helm kepada Andrea. Andrea segera mengenakannya, tetapi entah mengapa tali pengikat helm sedikit susah.

Andrew sudah selesai mengenakannya lalu menaiki motor, ia melihat spion karena Andrea lama. Di spion ia melihat Andrea yang kesusahan menguncikan tali pengikat itu. Andrew menoleh dan benar saja Andrea kesusahan.

"Sini," panggil Andrew yang dituruti Andrea. "Make helm aja gabisa," lanjutnya sambil menguncikan tali pengikat itu.

"Macet," lirih Andrea.

"Bukan macet, lo nya aja yang noob."

Andrea hampir saja mengumpat kepada Andrew. Tetapi sebelum itu terjadi Andrew segera menyuruhnya menaiki motor.

***

Lusa adalah hari pertandingan basket karena itu Kenzi benar-benar menggunakan kesempatan yang diberikan oleh Andrew.

Andrew hanya memandang dari kejauhan, sore ini Kenzi meminta bertemu di tempat biasa mereka berlatih basket.

Di dalam lubuk hati Andrew, ia benar-benar menginginkan pertandingan itu. Namun, mungkin lebih baik Kenzi saja yang mengikutinya.

"Oi! Ngelamun aja," ucap Kenzi. "Mikir apa lagi lo?"

"Adrian."

"Jangan dipikirin terus, ntar lo suka lagi sama dia."

"Gila lo?"

Kenzi terkekeh pelan lalu meminum air putih yang dibelinya tadi. Kenzi juga merasa tak nyaman sebenarnya karena Andrew memberikan posisi itu untuknya. Bahkan sampai hari ini ia masih tak enak. Kenzi benar-benar tau Andrew menginginkan pertandingan ini.

"Lo beneran gamau ikut pertandingan?" Tanya Kenzi ragu.

Andrew menggeleng.

"Bukannya lo pingin banget ikut pertandingan ini?"

"Kalau ada lo yang bisa gantiin posisi gue kenapa gak? Lo juga udah banyak bantu gue buat jagain Andrea."

"Gue cuma bantuin sedikit," ucap Kenzi.

Andrew kembali menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

"Apapun tentang Andrea itu hal besar buat gue, jadi kalau lo bantuin gue buat jagain Andrea itu hal yang sangat berarti buat gue. Posisi ini emang pantes gue kasih ke lo," ucap Andrew.

"Lo sayang banget sama Andrea?"

Andrew berpikir sejenak lalu mengangguk.

"Terus kenapa lo suka gangguin Andrea?"

"Cara menyampaikan rasa sayang itu beda-beda. Cara gue adalah dengan gangguin dia terus .. biar unik gitu."

"Kalau Andrea benci sama lo gimana?"

"Maka gak ada gunanya lagi gue hidup."

Andrew tertawa kecil lalu beranjak sambil mengambil jaketnya.

"Mau kemana?" Tanya Kenzi.

"Jemput mom. Tadi minta dijemput jam setengah empat sore," balasnya sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

Kenzi mengangguk lalu melihat kepergian Andrew.

***

Malam ini ruang makan terlihat sangat tenang. Benar-benar tak ada yang memulai pembicaraan. Andrew dan Andrea juga asik dengan makanannya sendiri.

Drrtt .. drrtt .. drrtt

Ponsel Andrew berbunyi, Andrew langsung menghentikan aktivitasnya lalu menjauh untuk mengangkat telepon.

"Halo, pak, selamat malam," sapa Andrew kepada pelatih basket. "Benar, saya yang meminta Kenzi menggantikan posisi saya karena lusa besok saya tidak bisa mengikutinya," lanjutnya.

Di telepon terdengar suara pelatih yang menghela nafas gusar.

"Baik, pak. Maafkan saya, di pertandingan lainnya akan saya usahakan untuk ikut."

Telepon dimatikan, Andrew hanya menatap ponselnya lalu menghela nafas.

"Lo gak ikut pertandingan basket?" Tanya Andrea yang entah sejak kapan berada di belakang Andrew.

Andrew sontak membalikkan badannya terkejut dengan kehadiran Andrea.

"Sejak kapan lo disitu?"

"Sejak lo bilang gak ikut pertandingan. Bukannya lo pingin banget ikut pertandingan itu?"

"Bocil gausah kepo," balas Andrew lalu beranjak pergi membuat Andrea merasa kesal setengah mati.

Awas typo bertebaran !! Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca dengan cara Vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :
@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang