Bab 19

42 8 0
                                    

Siang ini, Letta sedang sibuk menyuapi Andrew. Tadi pagi saat mendengar kabar bahwa Andrew sudah bangun, tentu saja Letta yang paling senang dan bersemangat untuk melihat wajah putranya.
    
"Mom, aku sudah kenyang," ucap Andrew entah yang keberapa kalinya.

"Kau belum makan selama seminggu, kau harus kembali mengisi perutmu, Andrew," omel Letta.

"Mom, lihatlah perutku seperti hamil tiga bulan," balas Andrew sambil menunjuk perutnya yang membuncit.

Letta seketika menyengir lalu meletakkan piringnya di atas nakas. Ia mengambil air putih lalu memberikannya ke Andrew. Dengan segera Andrew meneguknya sampai tandas. Letta membukakan buah-buahan lalu dipotongnya kecil untuk camilan Andrew.

"Andrea dan dad dimana?" Tanya Andrew bingung.

"Kembali ke rumah sebentar," balas Letta yang diangguki oleh Andrew. "Mom akan pergi ke administrasi untuk menanyakan beberapa hal, tetaplah disini," lanjutnya.

"Oke."

Letta meletakkan piring berisi buah itu lalu keluar kamar. Baru saja Andrew ingin mencomot satu buah, pintu dibuka dengan keras membuat Andrew terkejut bukan main. Pelaku utamanya adalah Kenzi seorang. Ia menyengir tak berdosa setelah melakukannya.

"Andrew! Gue kangen banget sama lo!" Ucap Kenzi sambil memeluk erat Andrew.

"Lepas," suruh Andrew.

Kenzi terkekeh lalu melepaskan pelukan itu dan tanpa rasa malu mengambil satu potong buah. Ia mendudukan dirinya di sofa lalu memasang televisi untuk menonton acara favoritnya membuat Andrew menatap takjub dengan kelakuan sahabatnya.

"Lo kesini cuma buat nonton tv?" Tanya Andrew. Kenzi mengangguk.

"Tv dirumah gue rusak gegara kucing tetangga. Masa tv tiga puluh dua inch gue ditabrak sampai jatuh ke lantai. Mana gue lagi yang disalahin sama tetangga, katanya ngapain naruh tv di atas meja," ucap Kenzi gemas.

"Terus?" Tanya Andrew tertarik.

"Gue sih diem aja padahal mbatin, masa tv nya gue harus taruh di genteng. Punya tetangga demen banget sirik sama gue. Kemarin juga gue dapet rangking ketiga dia nyindir gue waktu nyapu teras."

Andrew tertawa mendengar cerita Kenzi. Memang benar ia mempunyai tetangga yang super menyebalkan, bahkan Andrew tak jarang merasa gemas.

"Nyapu sih, nyapu aja kali, gausah pake acara nyindir gue. Belum tau aja kalau gue keluarin seluruh kepinteran gue, kena mental kali anaknya," sombong Kenzi membanggakan diri.

"Buat anaknya kena mental," saran Andrew yang diangguki oleh Kenzi.

"Omong-omong lo udah baikan sama Andrea?"

Andrew mengangguk sejenak lalu memakan buah itu sambil ikut menonton acara kartun di tv.

"Syukurlah, lo gak perlu bergaya kaya orang stress lagi."

"Lo kali yang stress. Adrian gimana?"

"Masuk tahanan remaja."

"Karena?"

"Melakukan banyak pelecehan seksual dan menyalahgunakan KTP orang lain untuk masuk ke bar. Dia dapat hukuman sepuluh tahun penjara, itu pun sebenarnya udah diringankan."

Andrew kembali mengangguk senang. Sekarang Andrea sudah aman. Itulah akibatnya jika berani bermain-main dengannya.

"Waktu cepet banget berlalu, perasaan kemarin gue baru masuk kelas dua belas sekarang udah mau ujian semester," ucap Kenzi.

"Emang waktu berjalan cepat."

***

Andrea dan Alan sudah sampai di depan rumah sakit. Sebelum Andrea turun, Alan menahan Andrea.

"Kalian sudah berdamai?" Tanya Alan.

"Sudah, dad."

Alan mengangguk lalu menyuruh Andrea keluar. Andrea segera menuju kamar sang kakak yang terdapat Kenzi tertidur pulas.
Andrew tersenyum kecil dengan kedatangan Andrea.

"Dad dimana?" Tanya Andrew lalu menyuapi Andrea buah yang tentunya diterima dengan senang hati.

"Parkir."

"Udah makan?"

"Udah, tadi dad ajak makan ke tempat makan dekat rumah."

Andrew mengangguk lalu kembali menyuapi Andrea yang sibuk membolak-balik halaman buku.

"Delight?" Tanya Andrew menyebutkan tempat makan itu.

Andrea mengangguk.

"Ini, gue udah seluruh nyatet materi kelas lo selama satu minggu ini," ucap Andrea sambil memberikan sebuah buku.

"Dapet darimana?"

"Magda."

Andrew membuka buku itu yang penuh dengan tulisan Andrea. Sepertinya benar-benar seluruh materi tak ada yang terlewatkan satu pun. Andrea mencatatnya dengan sangat rapi.

"Materi kelas lo?" Tanya Andrew.

"Nih,"  balas Andrea lalu menunjukkan sebuah buku.

"Lo gak capek nyatet semua materinya?"

"Capek sih capek, bolpen aja sampai habis dua. Tapi demi menjadi adik yang baik, gue rela dan ikhlas," ucap Andrea lalu menepuk dadanya bangga.

Andrea terkekeh, sungguh Andrea benar-benar berubah. Ia menjadi lebih mendengarkan dirinya walaupun tak jarang membantahnya sesekali.

"Catetin punya gue juga dong," ucap Kenzi yang sudah berada disamping Andrea.

"Dih ogah!"

"Gue semingguan ini beneran gak nyatet karena khawatir sama kakak lo."

"Lo mah emang males! Gak usah berlindung dibalik kata khawatir yaa!" Ucap Andrea membuat Andrew tertawa, sedangkan Kenzi menjadi cemberut kesal.

Jangan lupa vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang