Hari-hari terus Magda lewati, tak lupa ia juga menuruti dan mengikuti semua saran dari Andrea. Beberapa minggu terakhir ini, ia juga selalu berlatih basket bersama Andrew. Perasaannya kian bertambah seiring waktu.
"Andrea! Nanti pulang ke jalan yuk!" Ajak Adel.
"Kemana?"
"Ke mall, kita shopping! Sebagai merayakan peringkat lo juga!"
Minggu lalu memang sudah diumumkan peringkat satu angkatan dan Andrea sangat senang usahanya tak terbuang percuma. Ia mendapatkan peringkat kedua karena peringkat pertama ditempati oleh Andrew. Ia tak mempermasalahkan hal itu.
"Oke!" Jawab Andrea setuju. Ia melirik jam tangannya, satu jam lagi bel pulang akan berbunyi.
"Kira-kira nanti beli apa aja ya? Lo udah pikirin belum?"
"Belum."
Adel mengangguk mengerti, memang benar seharusnya pertanyaan bodoh ini tak ia tanyakan. Baru saja ia mengajak Andrea dan langsung menanyakan apa yang akan dibelinya, sangat payah.
"Andrea," panggil Magda yang langsung memasuki kelasnya.
"Kenapa?"
"Ikut gue bentar," ajak Magda yang diangguki oleh Andrea.
Mereka menuju rooftop. Sebenarnya Andrea sangat penasaran kenapa Magda mengajaknya kemari.
"Ini udah tiga minggu gue ngejar dia pakai dua cara lo, sekarang plis kasih tau gue cara selanjutnya," mohon Magda membuat Andrea terkekeh.
Andrea sengaja hanya memberikan dua cara itu untuk digunakan selama 3 minggu. Anggap saja itu hanya pemanasan.
"Oke! Cara ketiga, hujani dia dengan perhatian yang tulus," ucap Andrea.
"Gue harus lakuin berapa lama?"
"Selamanya, yakali lo cuma kasih perhatian waktu ngejar doang," ucap Andrea.
Benar juga! Magda seperti menanyakan pertanyaan bodoh saat ini. Tapi jika hanya memberinya perhatian pun, sebenarnya sudah Magda lakukan.
"Cara selanjutnya?" Tanya Magda."
"Cara keempat, selalu sapa dia dimana pun kalian bertemu."
***
Pulang sekolah ini, Andrea dan Adel langsung menuju mall. Andrea sudah meminta ijin kepada Andrew, walaupun sedikit membutuhkan usaha agar mendapatkan ijin.
"Kemarin gue lihat toko baju yang lagi opening, mau lihat-lihat gak?" Tanya Adel.
"Boleh!"
Adel segera menuju tempat terakhir ia melihat toko baju itu. Mereka harus menaiki 1 lantai lagi untuk sampai. Sesampainya mereka disuguhi dengan pemandangan toko yang sangat ramai seperti lautan manusia, mereka tak tau jika toko itu akan seramai ini.
"Rame banget," lirih Adel.
"Kita lihat toko lain aja yuk," ajak Andrea.
Beberapa kali mereka melihat beberapa toko, bahkan tangan Adel sampai penuh dengan kantung belanjaan. Sepertinya ia tak bisa menyisihkan uangnya untuk akhir bulan nanti.
Tangan Andrea masih memegang 1 kantung yaitu sebuah sepatu yang Andrew inginkan sejak lama. Sebenarnya ia tak sengaja melihat sepatu ini dan seingatnya beberapa kali Andrew mencari selama beberapa bulan, namun, selalu habis, bahkan Andrew sampai uring-uringan hanya karena sepatu ini.
Akhirnya Andrea memutuskan untuk membelikannya saja walaupun harganya memang sangat mahal.
"Kita makan yuk! Gue laper banget!" Ajak Adel yang langsung menarik tangan Andrea menuju food court.
Andrea hanya pasrah saat ditarik kesana kemari oleh Adel. Dan sekarang Andrea berakhir di sebuah toko ice cream.
Tak sengaja Andrea melihat sebuah dompet jatuh di depannya, sepertinya itu milik pria yang berada di depannya tepat. Andrea mengambil dompet itu lalu membukanya untuk memastikan. Benar wajah di ktp nya mirip.
"Permisi," ucap Andrea membuat pria itu menoleh.
"Iya?" Tanya pria itu.
Pria itu terlihat seperti berusia sekitar 27 tahun, mungkin? Yang jelas wajahnya tak terlalu tua, namun juga tak terlalu muda. Tak sengaja pria itu melihat dompetnya yang berada di tangan Andrea, ia mengecek kantung celananya yang kosong.
"Itu kan dompet saya? Kenapa ada dikamu?!" Tanya pria itu seolah-olah menuduh.
"Tadi dompet anda jatuh, saya mengambilnya lalu berniat mengembalikannya," balas Andrea malas.
"Bohong kan kamu! Pasti kamu pencuri kan!"
"Lihat saja dompet anda sendiri," ucap Andrea lalu memberikan dompet pria itu.
Dengan segera pria itu mengecek dompetnya, benar tak ada satu pun yang hilang. Berapa kali pun ia mengecek, jumlahnya tetap sama.
"Baiklah, anda benar."
"Apa kau memang selalu menuduh orang seperti itu? Sangat menyebalkan!
Pria itu langsung merasa malu setelah mendengarnya. Karena merasa malu, pria itu segera kabur meninggalkan Andrea dengan rasa badmoodnya.
***
Andrea menutup pintu dengan membantingnya begitu keras membuat Andrew yang berada di ruang tengah terkejut bukan main.
"Ndre!" Tegur Andrew namun tak dihiraukan oleh Andrea.
Andrea meletakkan kantung belanjanya di depan Andrew lalu memasuki kamarnya kesal. Andrew sangat bingung dengan perilaku Andrea, apa ada yang membuatnya kesal?
Pandangan Andrew jatuh ke kantung belanja yang berada di depannya. Dengan rasa penasaran ia membuka kantung itu perlahan dan terlihatlah sebuah kotak sepatu. Ia membuka kotak itu yang terdapat kartu di dalamnya bertuliskan.
Dear,
My annoying brotherI know you've been looking for these shoes for the past few months. These shoes are for you, but don't stop me from wearing them either!
Andrew tersenyum lalu membuka plastik yang menutupinya. Sungguh perasaannya langsung senang seketika. Akhirnya ia bisa memiliki sepatu ini! Tetapi bukankah harganya sangat mahal?
"Thank you, Andrea."
Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗 yuk ramein supaya aku bisa cepat upload bab selanjutnya!
Penasaran gak sama kelanjutan perjuangan Magda untuk mendapatkan hati Andrew? Karena itu ramein yaa!
Follow Instagram :
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semakin percaya bahwa sebenarnya Andrew sama sekali tak menyayanginya. Hingga suatu kejadian terjadi lalu...