Selama lima hari mereka mengadakan ujian itu. Tentu saja Andrea berusaha keras untuk setiap ujian. Dan hari ini setidaknya Andrea bisa bernafas sedikit karena hari ini adalah Sabtu.
"Mom, dad! Aku pergi!" Ucap Andrew lalu keluar dan mengambil kunci motornya. Ia berniat bermain basket dengan Kenzi."Lo mau kemana?" Tanya Andrea.
"Basket sama Kenzi."
Andrea mangut-mangut mengerti. Andrew membuka pintu dan tampaklah seorang gadis di depan. Gadis itu tampak terkejut dengan Andrew begitu juga sebaliknya.
"Magda?" Beo Andrew.
"Hai, Ndrew," sapa Magda gugup.
"Hai. Btw lo ngapain kesini?"
"Gue-"
Andrea ikut keluar dan tampak senang dengan kehadiran Magda yang ia tunggu. Kemarin ia mengajak Magda untuk datang kerumahnya.
"Magda! Ayo masuk!" Ajak Andrea senang.
5 hari adalah waktu yang lebih dari cukup bagi Andrea untuk beradaptasi dengan teman baru. Selama 5 hari itu ia benar-benar ingin mengupas tuntas tentang Magda.
"Katanya mau pergi? Lo kok masih disini?" Tanya Andrea menyadarkan Andrew.
Andrew mengangguk lalu menuju garasi dan mengambil motornya. Motor Andrew sudah berjalan keluar gerbang dan menghilang tepat di belokan.
"Magda? Ayo masuk!" Ajak Andrea kedua kalinya.
"Andrew mau kemana?" Tanya Magda melihat ke arah luar rumah.
"Basket sama Kenzi."
"Nyokap bokap lo?"
"Ada di dalam! Mereka baik kok!"
Magda mengangguk ragu lalu mengikuti Andrea. Rumah minimalis ini nampaknya sangat nyaman untuk ditinggali. Desainnya sangat sempurna! Terkesan mewah! Itu adalah penilaian dari Magda pribadi.
"Temennya Andrea ya?" Tanya Letta yang tampak terkejut dengan kehadiran Magda.
"Iya, tan," ucap Magda lalu bersalaman dengan Letta.
"Namanya siapa, cantik?"
"Magda, tan."
"Cantik kaya orangnya. Yaudah masuk dulu. Enjoy your time!" Ucap Letta lalu berlalu pergi.
Memang benar Letta sungguh ramah. Membuat kegugupan Magda berkurang. Andrea kembali mengajak Magda ke kamarnya. Niatnya hari ini mereka akan saling bercerita. Sebenarnya Andrea sudah mengajak Adel tetapi ia adalah acara hari ini.
Saat pertama kali melihat kamar Andrea yang didominasi dengan warna pink soft ini, Magda merasa rasanya sangat kekanak-kanakan tapi disisi lain ia merasa nyaman melihat warna pink ini. Banyak hiasan-hiasan di tembok seperti beberapa pigura, dream catcher dekat jendela, jam dinding, lampu-lampu kecil.
"Kamar lo bagus," puji Magda.
"Makasih! Ayo duduk disini aja dan kita mulai dunia perbincangan hangat siang ini," ucap Andrea membuat Magda terkekeh.
Andrea seperti terhipnotis dengan wajah tertawa Magda. Sungguh ini adalah pertama kalinya Magda tertawa. Sangat cantik!
"Cantik banget," ucap Andrea refleks.
"Hm?" Tanya Magda.
"Magda cantik banget! Apalagi kalau ketawa kaya gitu!" Puji Andrea membuat Magda salah tingkah.
"Thanks."
Magda duduk di atas kasur seperti perintah Andrea. Mereka saling bertukar cerita dengan asik. Mulai dari membicarakan style outfit yang sedang trend, film yang baru saja tayang, lagu yang sedang popular, dan masih banyak lagi. Magda sangat menikmati pembicaraan dengan Andrea.
Sesekali mereka juga memakan terang bulan dan pizza yang Magda bawa. Andrea juga membuatkan jus apel, favorit Magda.
Hingga tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Magda sudah seharusnya kembali. Ia tak merasa enak berada di rumah Andrea lama-lama.
"Gue balik dulu ya?"
"Mau sekarang? Kenapa gak nanti aja?" Tanya Andrea tak rela.
"Kapan-kapan gue kesini lagi kok, kalau lo mau, lo juga bisa dateng ke rumah gue."
"Beneran? Alamatnya dimana?"
Magda menulis alamatnya dan mengirimkannya lewat chat lalu Andrea menemani Magda hingga sampai dibawah.
"Magda, Andrea! Kesini dulu yuk!" Ajak Letta dari ruang makan.
Magda dan Andrea menuju ruang makan yang sudah terdapat banyak makanan dan Alan serta Andrew. Mungkin agak telat mengatakan bahwa ini adalah makan siang.
"Makan dulu yuk, Magda," ajak Letta.
"Magda langsung pulang aja, tan," ucap Magda tak enak menolak.
"Tante sedih deh, padahal tante udah masakin buat Magda juga," ucap Letta berpura-pura sedih.
Magda menatap Andrea lalu berpindah ke Andrea yang juga menatapnya dengan senyum serta Alan yang juga menatapnya. Akhirnya Magda hanya bisa mengangguk, dengan senang Letta menyuruh Magda duduk di kursi samping Andrew.
"Anggap rumah sendiri ya, Magda. Jarang-jarang Andrew dan Andrea bawa teman, kecuali Kenzi dan Adel doang, sekarang ketambahan kamu, tante seneng deh akhirnya temen mereka nambah," ucap Letta yang diangguki oleh Magda.
Mereka mulai memakan makanannya dengan hening. Beberapa kali Magda melirik kepada Andrew yang tenang sambil memakan makanannya dan membawa buku disisi tangannya.
***
Kini Magda berada diluar bersama dengan Andrea yang menemaninya. Ia akan langsung pulang setelah pamit dengan Alan dan Letta tadi.
Beberapa kali ia terdengar gugup, ingin menyampaikan sesuatu kepada Andrea. Sampai akhirnya ia mencoba memberanikan dirinya.
"Ndre, sebenarnya gue-" ucap Magda lalu menarik nafas.
"Lo kenapa?"
"Gue suka sama kakak lo," ucap Magda tuntas.
Andrea terdiam untuk beberapa saat lalu terkekeh. Sejujurnya Andrea sudah mengetahui hal ini dari gerak-gerik Magda, tentang bagaimana ia sangat excited saat menanyakan Andrew.
"Lo kenapa ketawa?" Tanya Magda.
"Gue udah tau kok."
"Jangan salah paham ya, gue deketin lo karena emang mau berteman bukan hanya karena Andrew."
"Gue tau, Magda. Santai aja. Gue dukung lo kok!"
Magda menatap Andrea tak percaya. Ini artinya ia sudah mendapatkan restu dari Andrea. Ia merasa sangat lega setelah memberitahu seluruhnya.
"Mau gue kasih tips and trick buat deketin Andrew?"
Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗
Follow Instagram :
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semakin percaya bahwa sebenarnya Andrew sama sekali tak menyayanginya. Hingga suatu kejadian terjadi lalu...