Pagi ini ruang makan terlihat sangat tenang, tak ada yang memulai pembicaraan membuat Letta bingung. Biasanya Andrew akan memulai pembicaraannya atau menjahili adiknya.
Tetapi Letta tak bertanya pada akhirnya dan tetap diam. Hingga Andrew dan Alan selesai makan. Alan mengatakan bahwa ia akan keluar dengan Andrew. Letta mengangguk.
"Jadi dia kembali lagi?" Tanya Alan setelah duduk di bangku teras. "Lelaki yang membuatmu mendapatkan surat panggilan saat SMP itu?"
"Iya."
Alan mengangguk, sejujurnya tadi malam Andrew datang ke ruangannya dan menceritakan segalanya. Saat SMP pun hanya Alan yang mengetahui segalanya tentang mengapa Andrew bisa sampai bertengkar dan tentang Adrian yang menyukai Andrea.
Alan juga merasa khawatir dengan kedatangan Adrian kembali. Tentu Andrew bisa menjaga Andrea, tetapi mereka tidak selalu bersama, pasti mereka akan berpisah untuk melakukan sesuatu dan itu membuat kesempatan Adrian untuk mendekati Andrea.
"Lalu apa yang mau kamu lakukan?" Tanya Alan.
"Aku tak tau, dad. Jika aku mengatakan ke Andrea bahwa dia harus menjauhi Adrian, belum tentu ia akan menurut. Kau tau Andrea sangat keras kepala."
Jawaban Andrew membuat Alan mengangguk, tentu ia tau seberapa keras kepalanya Andrea. Sifat itu juga sebenarnya diturunkan darinya.
"Berangkatlah ke sekolah dulu, selagi itu jauhkan Andrea dari Adrian. Dad tidak mau terjadi apa-apa dengan Andrea ataupun kau. Bersikaplah seperti biasanya saja."
Andrew mengangguk lalu masuk kedalam rumah untuk mengambil tas nya, tak lama Andrea keluar rumah dan menyapa sang ayah.
"Morning, dad!" Sapa Andrea.
"Morning too. Dad dengar ada murid baru dikelasmu bukan?"
"Iya, dad tau?" Tanya Andrea.Alan terkekeh lalu berdiri menghadap putrinya.
"Sepertinya kau sudah lupa bahwa dad merupakan pendonatur terbesar di sekolah, info apapun dad akan tau," ucap Alan sambil mengelus rambut putrinya.
"Sorry, dad."
"Of course, masuklah ke mobil sambil menunggu kakakmu."
Andrea mengangguk mengerti lalu segera menuju mobil. Sesaat kemudian, Andrew keluar dengan tas nya lalu mereka menuju mobil.
Selama perjalanan suasana sangat hening hanya terdengar suara klakson mobil atau motor dan radio.
"Andrea," panggil Alan.
"Ya, dad?"
"Apa murid baru itu melakukan sesuatu kepadamu kemarin?"
"Tidak, dia hanya bertanya apa dia mengingatku atau tidak, lalu memperkenalkan dirinya dan memberiku sekotak susu saat jam istirahat."
"Jangan terlalu dekat dengan murid baru itu. Apa yang dia berikan kepadamu, segera berikan ke Andrew."
Andrea menghela nafas lalu melepas earphone yang dikenakannya.
"C'mon, dad! Aku bukan anak kecil lagi. Mengapa aku harus memberikan seluruh barang yang diberikan orang lain kepadanya?" Tanya Andrea sambil menunjuk Andrew.
"Andrea, bisakah kau menghilangkan sifat keras kepalamu dan menuruti apa yang dad suruh? Dad melakukan ini juga demi keamananmu."
"Dad! Murid baru itu bukan kriminal seperti di film! Dia hanya murid biasa yang baru saja pindah dari Los Angeles."
"Bagaimana kau tau dia bukan kriminal?" Tanya Alan.
"Dia sangat baik, dad. Dia memberiku sekotak susu kemarin dan menemaniku menyelesaikan tugasku. Bahkan dia mengatakan kepadaku, jika aku mengalami kesusahan bertanya saja kepadanya, maka dia akan membantuku menjawab."
Andrew hanya menyaksikan adu bicara itu tanpa berkata satu pun, daripada memperkeruh suasana.
"Itu bukan alasan yang make sense, semua penipu juga akan melakukan hal itu, setelah kau lengah dia akan beraksi dan mengambil semuanya."
Andrea berdecak kesal lalu kembali memasang earphonenya tanpa kembali menjawab ucapan sang ayah. Ia memang tak pernah menang melawan sang ayah.
***
Sesampainya di sekolah, Andrea langsung turun tanpa mengucap sepatah kata apapun. Andrew dan Alan yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Setelah Andrew berpamitan, ia segera menyusul Andrea sebelum Andrea pergi jauh.
"Dengarkan perkataan dad," ucap Andrew yang berada disamping Andrea.
"Ada apa dengan kalian?!" Tanya Andrea kesal. "Apa alasannya? Karena dia penjahat yang kabur dari penjara? Atau penipu?"
"Satu hal yang harus lo ingat, dia gak sebaik yang lo lihat, jauhi dia."
Andrea berhenti lalu menatap Andrew.
"Kalau gitu gue juga nyuruh lo untuk menjauhi Kenzi, lo mau?"
"Mereka beda, jangan samakan."
Setelah mengatakan itu, Andrew langsung pergi menuju kelasnya meninggalkan Andrea dengan sejuta rasa kesalnya.
Omong-omong soal Kenzi. Kenzi adalah sahabat Andrew, biasanya mereka akan bermain basket bersama. Mereka juga sudah bersahabat sejak SD. Karena itu tak heran jika mereka sangat dekat. Kenzi juga mengetahui masalah Andrew dengan Adrian.
"Ndrew, nanti sore ada pengambilan nilai basket, lo ikut kan?" Tanya Kenzi yang melihat kedatangan Andrew.
"Pengambilan nilai?" Tanya Andrew terkejut.
"Yoi .. jangan bilang lo baru tau? Bukannya sudah diinfoin sejak kemarin? Lo gak buka hp apa gimana?"
"Hp gue kemasukan air."
Kenzi menghela nafas lelah. Memangnya apa yang terjadi dengan Andrew sehingga ponselnya bisa kemasukan air?
"Beli lagi! Lo kan kaya, jangan kaya fakir miskin lo."
"Sialan."
Part 3 upp !! Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca dengan cara Vote and comments yaa 🤗
Follow Instagram :
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semakin percaya bahwa sebenarnya Andrew sama sekali tak menyayanginya. Hingga suatu kejadian terjadi lalu...