Bab 13

42 9 0
                                    

Andrea merebahkan tubuhnya ke atas kasur yang empuk. Ia menghela nafas beberapa kali. Bahkan hari ini Adrian masih belum memberitahunya. Tadi setelah makan, Andrea ingin kembali bertanya, namun, ponsel Adrian berbunyi. Adrian segera menjauh lalu kembali dan mengatakan bahwa ibunya kembali ke Indonesia hari ini. Jadi Adrian harus menjemput ibunya segera.

"Kenapa sangat susah mendapatkan caranya?" Gumam Andrea.

Tok .. tok .. tok

Pintu diketuk lalu sedetik kemudian Letta membuka pintu.

"Andrea, ayo makan dulu," ajak Letta.

"Oke, mom. Aku akan segera turun."

Letta mengangguk lalu tersenyum, ia menutup pintunya lalu menuju ruang makan.

Sejujurnya Andrea juga merasa agak lapar, cake yang dibelinya di cafe hanya untuk mengganjal. Tetapi saat ini Andrea benar-benar ingin makan nasi. Akhirnya Andrea segera mengganti seragamnya dan membersihkan badan lalu turun ke ruang makan yang sudah terdapat Alan, Letta dan .. Andrew. Untuk pertama kalinya setelah 1 bulan Andrew mau makan bersama di ruang makan.

Andrew menarik satu kursi yang berada di dekat Andrew, tetapi ia tak melihat satu reaksipun dari Andrew. Ia bahkan tak menjauhinya ataupun meliriknya.

***

Setelah makan malam itu, Andrew tak mengatakan apapun dan langsung kembali ke kamar. Letta menepuk pelan bahu Andrea.

"Cobalah untuk meminta maaf lagi," suruh Letta yang diangguki oleh Andrea.

Dengan segera Andrea menuju kamar Andrew. Ia mengetuk pintunya lalu membukanya. Kamarnya lebih rapi dari saat terakhir Andrea kesana. Bahkan sudah tak ada rokok dan kaleng soda. Ia melihat Andrew duduk di meja belajarnya dengan laptop di depannya. Sepertinya Andrew sedang mengerjakan suatu proposal tugasnya.

"Andrew," panggil Andrea yang hanya mendapatkan lirikan. "Lo lagi ngapain?" Lanjutnya.

Mungkin itu adalah pertanyaan konyol yang ditanyakan oleh Andrea. Bagaimana tidak konyol, tulisan "PROPOSAL", jelas-jelas terpampang besar di layar laptop.

"Nugas," jawab Andrew singkat membuat Andrea tersenyum.

"Mau gue bantu?" Tawar Andrea.

"Gak."

Andrea kembali mendekat ke arah Andrew. Ia menenangkan dirinya sendiri lalu kembali berbicara.

"Lo masih marah tentang terakhir kali?"

"Kecewa," jawab Andrew kembali.

"Oke, gue minta maaf. Gue tau lo udah bosen denger ucapan maaf dari gue setiap hari, tapi gue gak bakal berhenti ngucapin kata maaf selama lo belum maafin gue."

Andrew menghentikan aktivitasnya lalu menatap Andrea untuk yang pertama kalinya semenjak beberapa minggu ini.

"Kenapa gue harus maafin lo?"

"Karena gue udah tau kesalahan gue," jawab Andrea sambil menunduk.

"Dimana kesalahannya?"

"Gue gak dengerin satupun nasehat lo."

"Dan?" Lanjut Andrew.

Dahi Andrea mengernyit, bukankah kesalahannya hanya satu? Memang ada kesalahan lain yang Andrea perbuat? Oh ayolah! Andrea sedang tak ingin bermain tebak-tebakan malam ini. Ia hanya ingin dimaafkan saja. Sungguh sikap dingin Andrew membuatnya tersiksa selama 1 bulan ini.

"Oke, keluar! Lo belum tau kesalahan yang lainnya," usir Andrew lalu mendorong Andrea perlahan.

"T-tapi-" ucapan Andrea terpotong ketika Andrew mengunci pintu kamarnya.

Andrew menyenderkan tubuhnya ke balik pintu. Andrew menghela nafas lalu kembali duduk dan mengerjakan proposalnya.

Andrea hampir menangislah lagi malam ini. Kenapa Andrew bisa sampai marah besar kepadanya. Sejujurnya sejak kecil Andrew tak pernah sekalipun marah kepada Andrea seberapa besar pun kesalahannya. Memang benar kata orang, setiap orang memiliki batas kesabarannya masing-masing.

***

Pagi ini Andrew bangun agak siang karena ia terlambat tidur semalam. Hari ini juga adalah hari Sabtu. Jam menunjukkan pukul 8 dan Andrew baru selesai mandi. Niatnya ia akan segera menuju ke ruang makan.

Letta dan Alan sudah mengatakan kepadanya bahwa pagi ini mereka akan pergi ke perusahaan sampai sore. Bi Inah juga mengambil cuti karena anaknya melahirkan. Sehingga Andrew harus bertanggung jawab memasak sarapan dan makan siang, itupun jika kedua orang tuanya memang terlambat pulang maka mau tak mau Andrew harus memasak makan malam juga. Seketika Andrew terpikirkan Andrea, apakah ia sudah bangun? Ataukah sedang mencari sarapan untuk dimakannya pagi ini?

Andrew buru-buru menyelesaikan urusannya di kamar lalu berniat keluar. Andrea tak bisa memasak dan hanya Andrew yang pandai memasak. Saat membuka pintu, tubuh Andrea yang bersandarkan pintu akan jatuh terbentur ubin lantai. Dengan cepat Andrew memegang kepala Andrea. Bisa dilihatnya ada jejak air mata di pipi Andrea. Sepertinya semalaman gadis ini tidur di depan kamarnya. Andrew menggendongnya dan menidurkannya di kasur miliknya lalu segera memasak sarapan pagi.

Niatnya hari ini Andrew akan memasak nasi goreng. Hanya itu menu sarapan yang sangat simple dan cepat. Andrew mengeluarkan beberapa sayuran dari kulkas dan mencucinya lalu memotongnya. Jika saja saat ini ada gadis yang melihat Andrew sedang memasak, pasti mereka akan langsung jatuh hati padanya. Aura nya benar-benar sangat menggoda semua kaum hawa.

Beberapa saat kemudian, nasi goreng tersebut jadi dan Andrew membaginya menjadi 2 porsi. Satu untuknya dan satu untuk Andrea.

Sepertinya Andrea belum bangun, karena itu Andrew memilih untuk makan terlebih dahulu. Setelah selesai ia mencuci piringnya. Saat itulah Andrea baru turun dengan keadaan yang sudah rapi dan wangi.

"Andrew, mom dan dad kemana?" Tanya Andrea ragu.

"Pergi ke perusahaan."

"Bibi?"

"Cuti."

Andrea menghela nafasnya lalu tak sengaja melihat nasi goreng yang berada di atas meja makan. Ia melihat pakaian Andrew yang sangat rapi, sepertinya ia akan pergi.

"Lo gak makan?"

"Udah."

"Mau kemana?"

"Basket."

Andrea mengangguk mengerti. Andrew pergi tanpa mengatakan apapun kepadanya.

Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang