Bab 25

38 4 0
                                    

"Ndrew, tipe cewek lo kaya gimana?" Tanya Andrea penasaran.

Saat ini Andrea sedang makan di cafe bersama Andrew. Soal kekesalannya kemarin, ia juga sudah menceritakan kepada Andrew.

"Mengutamakan Tuhan, sayang keluarga, rendah hati, bertanggung jawab, sabar, support gue dan setia," ucap Andrew yang diangguki oleh Andrea.

"Kalau pintar?"

"Gue gak terlalu peduli, asalkan semua sifat tadi ada, itu udah lebih dari cukup, lagian gue kan pinter."

"Cantik?"

"Cantik hanya bonus, tapi bohong juga kalau gue bilang gak peduli fisik. Rata-rata manusia juga seperti itu, fisik adalah hal pertama yang dilihatnya setelah sikap. Jadi sebenarnya fisik juga ikut terlibat," jawab Andrew jujur.

Andrea mengangguk menyetujui, ucapannya juga tak salah. Semua sikap yang ia sebutkan ada pada Magda, lagipula Magda juga cantik dan pintar. Bukankah berarti Magda memiliki kesempatan?

"Kalau Magda gimana?"

"Lo nanyain dia lagi," ucap Andrew.

"Semua sifat yang lo sebutin ada di dia, kenapa gak coba sama dia aja?"

"Cinta bukan permainan, Andrea. Lo gak bisa hanya sekadar coba-coba. Lo harus pertimbangkan hati dan logika lo."

Wajar jika Andrew mengatakan itu, ia hanya pernah jatuh cinta sekali, yaitu saat SMP. Pertama kalinya Andrew jatuh cinta, ia sangat serius saat mengejarnya. Tak heran jika Andrew dewasa soal cinta.

"Tapi Magda kan udah memenuhi kriteria lo?" Tanya Andrea.

"Iya, dia udah memenuhi seluruh kriteria gue. Tapi perasaan gue belum ada untuk dia, bahkan gue gak pernah terpikirkan sekalipun untuk jatuh cinta dengan Magda," ucap Andrew.

***

Andrea merebahkan tubuhnya diatas kasurnya, ia memandang atap yang penuh dengan hiasan bintang. Ia sekarang bingung bagaimana cara memberitahu Magda untuk berhenti menyukai Andrew. Tapi ia tak ingin menyakiti hati Magda juga.

Beberapa kali Andrea menghela nafas gusar dan beberapa kali juga ia menghapus pesan yang akan dikirimkan ke Magda. Apa ia harus memberitahu Magda besok di sekolah?

Pikirannya sangat penuh saat ini, bahkan ia juga harus memikirkan ujian-ujian yang akan datang selama beberapa bulan kedepan ini. Magda memijat keningnya pusing.

"It's okey, Andrea. Lo hanya tinggal kasih tau besok," ucap Andrea menenangkan dirinya. "Jangan buat Magda menghabiskan lebih banyak tenaga lagi untuk Andrew," tambahnya.

***

Pagi ini Andrea langsung pergi ke kelas Magda setelah mencari cara agar ia bisa mengatakannya. Ia mencarinya tetapi tak bisa menemukannya. Sepertinya ia belum datang pagi ini. Ia akan kembali lagi saat istirahat.

"Andrea!" Panggil Adel sambil melambaikan tangannya. "Tumben lo dateng pagi banget?" Tambahnya.

"Gue pingin aja," ucap Andrea.

Adel mengangguk lalu mengajak Andrea kembali ke kelas sambil menceritakan beberapa hal.

"Eh, btw nanti ada guru pengganti baru, soalnya pak John akan ambil cuti sampe bulan depan," ucap Adel.

"Guru pengganti? Siapa?"

"Gatau, katanya sih ganteng, gue jadi makin penasaran," ucap Adel membayangkan wajah guru itu.

"Semoga aja bukan guru killer."

Mereka duduk di bangku kemudian saling bertukar cerita. Tanpa sadar bel masuk berbunyi, wali kelas memasuki kelas dengan senyumnya.

"Good morning!" Sapa guru itu. "Hari ini guru pengganti mata pelajaran geografi akan mulai mengajar kalian."

"Ia mengambil cutinya?"

"Ya .. seperti yang kalian tau mr. John tak akan mengajar sampai bulan depan karena ia mengambil cutinya," balasnya sambil melirik jam tangannya. Seharusnya guru itu sudah datang, apakah mungkin akan terlambat?

"Dimana gurunya?" Tanya salah seorang murid.

"Mungkin dia akan sedikit terlambat, kita akan mulai mengabsen terlebih dahulu," putus guru itu.

Absen mulai dilakukan seperti biasa, namun, menjelang akhir guru itu juga masih belum datang. Beberapa murid berbisik mengenai guru itu.

"Kita tunggu sebentar, oke?"

"Baiklah."

Sang wali kelas beberapa kali menghubungi guru itu, tetapi nomornya tak aktif. Bahkan ia bertanya ke beberapa guru mengenai guru pengganti itu tapi tak ada yang bisa menghubunginya.

Suasana di kelas menjadi rusuh, Andrea menyumpal telinganya menggunakan ear phone nya lalu mencoba tidur.

"Maaf, saya terlambat," ucap guru pengganti dengan nafas memburu. Sepertinya ia baru saja berlari.

"Baik, tak apa. Anda bisa langsung memperkenalkan diri dan mulai mengajar, saya permisi," ucap wali kelas lalu pergi.

Seluruh murid langsung terdiam beberapa saat saat melihat guru itu. Satu hal yang terlintas di otak mereka, tampan!

"Maaf saya terlambat, perkenalkan nama saya, Mrs. Hans. Saya akan mengganti guru geografi kalian selama satu bulan ini. Mohon kerjasamanya," ucapnya membuat seluruh murid bersorak.

Guru itu memandang sekitar dan pandangannya jatuh pada murid yang sedang menelungkupkan kepalanya.

"Permisi!" Ucap Mrs. Hans memanggil Andrea.

"Ndre! Bangun! Guru nya manggil lo tuh!" Bisik Adel membuat Andrea yang terganggu langsung menegakkan tubuhnya kembali.

Andrea menatap guru itu, pandangan mereka beradu hingga mereka menyadari satu hal. Mata Andrea langsung membulat tak percaya, ia langsung berdiri dan menunjuk Mrs. Hans.

"Lo!" Ucap mereka berdua bersamaan.

Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang