Bab 8

62 15 0
                                    

Hari ini, sekitar pukul 10 pagi Andrew sudah bersiap-siap di tempat pertandingan itu. Tempat itu sudah agak ramai, beberapa perwakilan dari sekolahnya dan sekolah lawan sudah tiba.

"Gimana udah siap?" Tanya Kenzi.

"Udah."

"Sekolah lawan kelihatannya pada jago," ucap Kenzi sambil menunjuk beberapa anak yang berlatih.

"Gue lebih jago."

Kenzi tertawa. Benar juga Andrew sangat jago dalam bermain basket. Andrew juga mulai bermain basket sejak SMP.

"Bagaimana kalian sudah siap?" Tanya sang pelatih ke seluruh anggota tim.

"Sudah!" Ucap mereka bersamaan.

"Oke! Bawa kemenangan untuk sekolah kita."

"Siap!"

Waktu pertandingan hampir tiba, Andrew melakukan pemanasan. Kenzi memandang sekeliling yang jauh lebih ramai. Ponselnya yang berada di saku bergetar, Kenzi mengambil ponselnya lalu melihat siapa pengirim pesan. Matanya membulat kala melihat pesan apa yang dikirim oleh Adel. Pesan itu berisi pemberitahuan bahwa seseorang mengajak Andrea pergi membolos. Dengan segera Kenzi menuju Andrew dan menariknya dari lapangan.

"Andrea," ucap Kenzi membuat Andrew bertanya-tanya.

"Andrea kenapa?"

"Adrian ngajak Andrea bolos."

Tubuh Andrew serasa membeku seketika. Ia mengumpat dalam hati. Andrew melihat jam tangannya. Sebentar lagi pertandingan akan dimulai, tapi jika menunggu pertandingan itu selesai, ia akan terlambat.

"Siapa yang kasih tau?" Tanya Andrew.

"Adel."

"Brengsek!" Umpat Andrew lalu mengambil ponsel Kenzi dan menelpon Adel.

Ia harus mengetahui kemana mereka pergi. Jangan sampai Adrian mengajak Andrea ke bar seperti perempuan-perempuan sebelumnya.

Telepon terhubung ke Adel. Andrew langsung menanyakan kemana mereka pergi.

"Kemana Andrea pergi?"

".."

"Lo gatau?"

".."

"Bar?!"

Andrew segera mematikan ponselnya. Benar apa yang ia pikirkan, Adrian pasti mengajak Andrea ke bar dan mengambil kesempatan. Adel mengetahui itu karena sebelumnya Adrian tak sengaja meninggalkan ponselnya di kelas dan ada yang menelponnya.

*Flashback*

Jam istirahat kali ini sangat disayangkan Adel harus terlambat pergi ke kantin bersama Andrea karena ia harus mengumpulkan tugas satu kelas dan memberikannya ke guru. Adel mengumpulkan semua tugas dan bergegas menuju ruang guru. Setelah selesai Adel kembali ke kelas untuk mengambil dompetnya di tas. Kondisi ruang kelas sangat sepi karena seluruh siswa pergi ke kantin ataupun berlatih basket dan beberapa lagi pergi ke pertandingan.

Drrtt .. drrtt .. drrtt

Mendengar suara ponsel bergetar, spontan Adel mengambil ponselnya untuk memastikan. Tak ada yang menelpon di ponselnya. Akhirnya ia berusaha mencarinya asal suara itu yang berasal dari loker meja Adrian. Adel mengambil ponselnya dan tampaklah sebuah nama penelpon "Bar".

Adel mengabaikan telepon itu, tetapi beberapa saat ponselnya kembali bergetar. Mau tak mau Adel mengangkatnya, mungkin saja penting, ia akan segera menyampaikan ke Adrian. Belum sempat ia menyapa, sang penelpon sudah berbicara terlebih dahulu.

"Bagaimana nanti, kau jadi memesan satu kamar untuk kau dan gadis sekelasmu, bukan? Beberapa orang ingin memesan ruangan itu, jika kau menginginkannya, pesanan mereka akan aku batalkan."

Sontak Adel mematikan telepon itu dengan cepat. Apa maksudnya memesan kamar? Untuk apa Adrian memesan kamar dengan teman sekelas?

*Flashback*

Saat ini Andrew sedang dalam perjalanan menuju bar, setahunya Adrian selalu pergi ke bar yang dekat pantai. Ia meninggalkan pertandingan itu dengan cepat. Keadaan Andrea sekarang benar-benar dalam bahaya. Sudah berapa kali Andrew mengatakan kepada Andrea untuk tak mendekati Adrian, kenapa Andrea sangat susah menurut dengannya?

Motor Andrew melaju dengan kecepatan tinggi menuju pantai yang berada di ujung kota. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai kesana jika menggunakan motor, ia bisa lebih cepat sampai jika lebih mengebut. Perjalanan sangat ramai, Andrew mencoba menyalip kendaraan-kendaraan lain, sehingga menimbulkan riuh klakson kendaraan.

Setelah menimbulkan keriuhan itu, Andrew akhirnya sampai di depan bar yang bertuliskan "Bar & Cocktail". Dengan segera Andrew masuk tanpa melepaskan jaketnya. Penjaga bar melarang Andrew masuk sebelum menunjukkan KTP.

"Jika sampai terjadi apa-apa dengan adik saya, kalian yang akan saya cari pertama kali." Ancam Andrew tak main-main. Alan memang cukup berpengaruh di dunia hukum. Ia mempunyai banyak kenalan di sana. Karena itu jika membutuhkan pengacara atau yang lainnya, Alan bisa dengan mudah mendapatkannya.

Kedua penjaga itu bertatapan lalu memberikan jalan masuk ke dalam bar. Andrew tak menyia-nyiakan sedetik pun, ia langsung masuk dan melihat lautan manusia disini sedang menari seperti orang gila. Ia langsung menuju ke bartender.

"Dimana Adrian?" Tanya Andrew to the point.

"Tak ada tamu bernama Adrian hari ini," jawab sang bartender ragu.

"Baiklah, kau bekerja sama dengannya. Aku akan mencarinya sendiri."

"Tuan, anda tak boleh menganggu privasi tamu," larang bartender tersebut.

Andrew terkekeh mendengar ucapan sang bartender. Andrew memundurkan langkahnya lalu mendekati sang bartender.

"Privasi?" Tanya Andrew lalu mengangguk sekilas. "Lihat! Apa ini yang dinamakan privasi?" Tunjuknya ke dua orang yang sedang asik bercumbu.

"Tapi tuan-"

"Lalu lihat ke pojok sana! Dimana yang namanya privasi?" Tunjuknya kepada dua sejoli yang asik melakukan sesuatu di atas sofa pojok ruangan. "Jika sampai terjadi sesuatu kepada adik saya, anda dan dua penjaga di depan serta seluruh orang yang ada disini tidak akan saya lepaskan satu pun!"

Setelah mengatakan itu Andrew langsung menuju beberapa kamar yang pintunya tertutup. Ia membuka satu per satu kamar, entah berapa pemandangan yang sudah ia lihat dan berapa umpatan yang ia dengarkan dari orang yang berada di dalam kamar. Tanpa sengaja Andrew mendengar suara menangis dari kamar yang terletak di pojok. Dengan cepat ia segera menuju kamar itu lalu membuka pintunya, terkunci.

"Sialan!" Umpat Andrew lalu mencoba menendang pintu itu.

Pintu itu terbuka dan nampaklah Adrian yang berada di atas kasur dengan Andrea yang berada di bawahnya, Andrea menangis. Sepertinya mereka belum lama memasuki ruangan karena pakaian mereka masih lengkap dan rapi.

Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca dengan cara Vote and comments 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang