Semua ide dari Andrea benar-benar Magda dengarkan dan ingat-ingat. Ia akan mulai melakukan satu persatu caranya hari ini.
"Pertama, buatin dia makanan kesukaannya. Tapi jangan terlalu sering, dia gampang ilfeel," ucap Andrea yang terngiang-ngiang di kepalanya.
Magda mengambil nafas sebanyak mungkin lalu memberanikan diri untuk menemui Andrew dan memberikan bekal yang sudah ia buat.
"Andrew," panggil Magda mendekati Andrew yang baru saja ingin masuk kelas.
"Magda? Kenapa?"
"Gue buatin lo bekal hari ini, gue harap lo suka."
Andrew mengernyitkan dahinya bingung. Beberapa kali ia melirik bergantian ke Magda dan tepak makan itu. Sungguh ia tak enak mau menolaknya, tetapi Alan pernah mengatakan kepadanya untuk berani menolak dengan tegas. Walaupun beberapa kali ia memang melupakan hal itu.
"Gue-"
"Gue gak terima penolakan, plis," potong Magda cepat sambil kembali menyodorkan bekal itu.
"Kenapa lo ngasih ke gue?"
"G-gue tadi juga udah kasih ke Andrea kok," ucap Magda tak bohong.
Pagi-pagi benar ia bangun hanya untuk memasak dan ia sengaja menyiapkan dua kotak bekal untuk Andrea dan Andrew.
"Oke, gue terima. Thanks ya!" Ucap Andrew mengambil kotak makan itu membuat Magda menghembuskan nafas lega lalu tersenyum.
"Sama-sama," lirih Magda yang melihat Andrew masuk.
Andrea berada tak jauh di depan Magda. Ia mendekati Magda karena penasaran dengan apa yang terjadi.
"Berhasil?" Tanya Andrea.
"Mission completed!" Balas Magda lalu bertepuk tangan dengan Andrea.
"Next mission?"
"Let's go!"
Magda mengangguk senang lalu berjalan beriringan bersama Andrea.
***
Malam ini Andrea berniat menemui Andrew di kamarnya. Ia harus membantu Magda dalam usahanya. Karena itu ia berniat menanyakan beberapa hal kepada Andrew.
Tok .. tok .. tok
"Gue masuk ya!" Ucap Andrea lalu masuk sebelum Andrew menjawab.
Andrea merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia tak perlu khawatir akan ujian, karena besok adalah hari terakhir. Andrew sedang asik meneliti sebuah website. Rencananya ia akan membuat sebuah website yang akan sangat berguna untuk orang lain.
"Ndrew," panggil Andrea.
"Hm?"
"Menurut lo Magda anaknya gimana?"
"Magda?"
"Iya."
Andrew menghentikan aktivitasnya lalu menghadap Andrea yang juga menatapnya. Ia berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Baik dan smart," jawab Andrew.
"Terus?"
"Rendah hati."
"Terus?"
"Gue gatau lagi, gue kan gak deket sama dia."
Andrea menghela nafas, rasanya ingin ia mencakar wajah Andrew, tapi mengingat perkataannya juga tak salah, mereka memang tak dekat.
"Bertanggung jawab!" Ucap Andrew.
"Terus-terus?"
"Sulit ditebak."
"Oke .. kira-kira lo ada rencana suka sama Magda gak?" Tanya Andrea tiba-tiba.
Pertanyaan itu membuat Andrew yang baru saja minum langsung tersedak. Tentu saja Andrea sangat panik dan langsung menepuk-nepuk punggungnya.
"Ngapain lo nanyain itu?"
"Penasaran aja. Gimana ada kah?"
"Untuk sekarang belum."
"Berarti kedepannya ada kan?!"
"Belum pasti. Ikuti aja alurnya."
***
Hari kedua Magda berusaha mendekati Andrew dimulai. Ia kembali mengingat-ingat rencana yang diberikan oleh Andrea.
"Kedua, deketin dia melalui hobinya."
Dan disinilah ia berada di lapangan basket saat hari sudah sore dan seluru murid sudah pulang. Hanya ada Andrew yang asik bermain basket sejak tadi. Magda mencoba memberanikan dirinya mendekati Andrew.
"Hai, Ndrew," sapa Magda menghentikan aktivitas Andrew.
"Hai!"
"Lo suka main basket ya?" Tanya Magda dengan bodohnya.
"Iya."
"Kalau gitu boleh ajarin gue main basket?"
Andrew kembali menghentikan aktivitasnya lalu menatap Magda tak percaya. Seketika ia teringat pertanyaan Andrea tadi malam. Andrew menyadarkan dirinya lalu mengangguk.
"Berdiri di tempat gue sekarang," ucap Andrew yang dituruti oleh Magda. "Ini bolanya, lo fokus aja ke ring nya, kalau udah pas lo lempar," jelas Andrew.
Magda mengangguk lalu mencoba fokus lalu melemparkan bola itu ke ring. Walaupun ia sudah bisa bermain basket, untuk hari ini biarkan dia berpura-pura bodoh. Sekali saja!
"Gak masuk," lirih Magda menatap sendu bola basket yang berada jauh.
"It's okey! Buat pemula kaya lo, itu udah lumayan," ucap Andrew lalu mendekat dan berdiri di belakang Magda tepat. "Sini gue ajarin," tambahnya.
Andrew mengangkat kedua tangan Magda yang tengah memegang bola. Ia menuntun Magda secara perlahan. Jantung Magda bergerak tak karuan. Ia mendongak dan mendapati wajah Andrew.
"Habis ini lo lempar," ucap Andrew lalu menatap ke Magda yang tengah menatapnya.
Keadaan menjadi hening seketika. Wajah mereka hanya berjarak sekitar 7 cm sekarang. Andrew memalingkan wajahnya lalu kembali fokus mengajari Magda.
"Fokus," lirih Andrew.
Jangan lupa vote and comments yaa 🤗
Follow Instagram :
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semakin percaya bahwa sebenarnya Andrew sama sekali tak menyayanginya. Hingga suatu kejadian terjadi lalu...