Bab 26

33 2 0
                                    

"Ndre! Bisa-bisanya lo manggil guru baru itu dengan sebutan lo?!" Tanya Adel terkejut.

Tadi setelah mereka mengatakan hal itu, Andrea sempat beradu mulut sebentar. Bagaimana tidak? Guru baru yang dimaksud adalah orang yang kemarin ia temui di mall dan orang yang menganggapnya pencuri! Sebenarnya dosa apa yang ia perbuat sehingga harus bertemu guru sialan itu?

"Lo kenal?" Tanya Adel yang diangguki oleh Andrea. "Dimana?"

"Kemarin pas kita ke mall, dia nuduh gue pencuri padahal niat gue baik pingin balikin dompetnya yang jatuh," gerutu Andrea.

Mereka berjalan di lorong sambil membawa tumpukan buku yang disuruh oleh guru itu. Sepertinya guru itu memang berniat menyiksanya!

Brak!

Suara Andrea menjatuhkan buku itu diatas meja dengan kasar membuat sang guru dan teman sekelas terkejut.

"Bisakah kau lebih pelan?" Tanya guru itu.

"Tidak!" Balas Andrea lalu kembali ke tempat duduknya yang disusul oleh Adel.

Mr. Hans menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya takjub. Sepertinya gadis itu memiliki dendam kepadanya sejak terakhir kali itu. Pindah kemari rasanya sudah seperti mimpi buruk untuknya.

***

Hari ini Magda berniat menyatakan perasaannya kepada Andrew. Ia berpikir sudah cukup lama sebenarnya ia berusaha. Magda juga merasa sudah sangat dekat dengan Andrew.

Karena itu kesempatan jamkos kali ini, ia benar-benar memanfaatkannya.

"Andrew," panggil Magda membuat Andrew yang sedang berbicara dengan Kenzi menoleh.

"Kenapa, Mag?" Tanya Andrew dengan senyumnya yang membuat Magda semakin yakin jika Andrew juga menyukainya.

"Bisa kita ngobrol sebentar? Ada yang pingin gue katakan ke lo."

Andrew mengangguk dengan cepat lalu mengikuti Magda ke rooftop. Sinar matahari siang ini terik karena matahari berada di ketinggian yang tepat.

"Kenapa?"

"Gue pingin ngomong sesuatu ke lo," ucap Magda yakin membuat dahi Andrew mengernyit.

"Apa tuh?

"Sebenarnya gue suka sama lo."

Andrew yang awalnya menatap awan langsung menatap Magda dengan perlahan. Ia tak bisa berkata-kata sekarang. Memang benar selama kurang lebih satu bulan ini, ia sangat dekat dengan Magda tetapi perasaannya masih sama.

"Sejak kapan?"

"Kelas sebelas," jawab Magda jujur.

"Gue sangat berterimakasih dan menghargai perasaan lo. Tapi untuk sekarang gue beneran pingin fokus ke pendidikan. Gue pingin mendapatkan nilai kelulusan sesuai ekspetasi gue nanti dan banggain keluarga gue," tolak Andrew dengan sopan.

"Gue kira lo juga suka sama gue," ucap Magda miris.

"Akan lebih baik jika lo menemukan seseorang yang lebih cocok dan lebih baik," balas Andrew. "Gue balik," tambahnya lalu pergi.

Tubuh Magda luruh seketika. Ia memang sangat tergesa-gesa dan bodoh. Ia hanya mengandalkan kata hatinya dan mengabaikan logikanya. Sungguh hatinya merasa sangat perih sekarang.

"Cuma lo orangnya, Andrew. Gue gabisa nemuin orang lain lagi," lirih Magda dengan tangisnya.

Sendirian di rooftop sambil menangis membuat Magda terlihat sangat menyedihkan. Apakah ia sangat bodoh jika masih mengharapkan Andrew?

***

Malam ini Andrew terlihat sangat pendiam, bahkan Andrea sampai heran. Beberapa kali juga Andrew terlihat tak fokus. Akhirnya Andrea menuju teras dengan membawa 2 gelas coklat panas.

Bahkan kedatangan Andrea pun tak membuat lamunan Andrew terganggu. Pandangannya menandakan ada sesuatu yang ia pikirkan seharian ini.

"Ndrew," panggil Andrea membuat Andrew tersadar.

"Sorry. Lo tadi ngomong apa?" Tanya Andrew.

"Gue belum ngomong apapun."

"Oke."

Andrew meminum coklat panasnya langsung tanpa meniupnya membuat lidahnya terasa melepuh. Andrea langsung merasa panik seketika.

"Lo kenapa sih?!" Tanya Andrea kesal.

"Gue gapapa."

"Gak mungkin! Seharian ini lo bener-bener gak fokus .. Cerita ke gue, mungkin gue bisa bantu kasih solusinya," ucap Andrea memohon.

"Gue agak capek, gue masuk dulu, jangan diluar lama-lama," ucap Andrew lalu beranjak masuk sambil membawa coklat panas itu.

Andrea ingin menghentikan Andrew tetapi rasanya tak berguna saat melihat Andrew sudah masuk.

"Lo kenapa sih, Ndrew?" Gumam Andrea.

Andrea mengambil ponselnya berniat menanyakan keadaan Magda karena sejak istirahat ia tak dapat menemukan Magda dimanapun bahkan sampai pulang. Ia sudah mencoba menelfon Magda, tetapi ponselnya dimatikan. Mungkin malam ini ia akan bisa menghubunginya.

Andrea mengirim pesan tetapi hanya centang satu. Apa mungkin sinyalnya bermasalah?

Setelah menunggu sekitar 1 jam, Magda juga belum membaca pesannya. Andrea menyerah, ia akan menemui Magda besok dan mengatakan secepatnya.

"Kalian berdua kenapa sih?" Gumam Andrea sambil menatap ponselnya kesal.

Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗

Follow Instagram :

@Literasimary_

GARDENIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang