Jujur sebenarnya Andrew sudah memikirkan satu hal selama beberapa hari belakangan ini yaitu soal masa hukuman Andrea. Ia rasa sudah lebih dari cukup untuk memberi andrea hukuman, lagipula ia sudah berkali-kali meminta maaf dan menyesalinya. maka dari itu nanti pada saat jam istirahat ia akan memanggil Andrea.
Bel istirahat hanya tinggal dihitung jari. Andrew terus menatap jam di pergelangan tangannya, menunggu tiap detik berjalan.
Kringg!
Tepat waktu! Andrew langsung beranjak tetapi Kenzi menahannya terlebih dahulu.
"Jangan lupa istirahat ini kita disuruh pelatih basket ke ruangannya," ucap Kenzi membuat Andrew teringat.
Memang tadi saat tengah jam pelajaran, pelatih basket masuk ke kelasnya lalu meminta ia dan Kenzi ke ruangannya saat jam istirahat tiba. Andrew menepuk pelan keningnya lalu mengangguk. mereka berjalan beriringan menuju ruang guru.
"Kira-kira kenapa kita dipanggil?" Tanya Kenzi. "Apa jangan-jangan lo bakal dimasukin ke tim basket lagi?"
"Ngaco, sekalinya masuk gak bakal bisa keluar semudah itu kecuali pelatihnya sendiri yang keluarin. Jadi kalau udah keluar ya gak bakal bisa masuk lagi ke tim basket."
"Bener juga, tapi siapa tau pelatih berubah pikiran, kan?"
"Lo kayanya seneng banget kalau gue balik ke tim basket?" Tanya Andrew curiga.
Kenzi terkekeh lalu memegang pundak Andrew.
"Lo itu sahabat gue, kalau lo gak ikut harusnya gue juga gak ikut, tapi karena peraturan pelatih, gue juga gak bisa ikutan keluar. Karena itu tiap latihan hampa banget, mana gue kek anak nolep gak kenal sama anggota lainnya," ucap Kenzi.
"Lo emang nolep," balas Andrew lalu mengetuk dan membuka pintu ruang guru.
Mereka langsung menuju meja pelatih basket yang terletak di pojok ruangan. Sang pelatih tampaknya sedang sibuk mengisi daftar nilai.
"Permisi, pak," ucap Kenzi membuat pelatih itu mendongak lalu mengangguk.
"Hari ini, saya minta kalian kesini terutama untuk Andrew. Setelah saya pikir-pikir, tim basket akan lebih imbang kalau ada kehadiranmu dan Kenzi. Jadi, saya putuskan untuk memasukkan kamu kembali ke tim."
"Serius, pak?" Tanya Kenzi excited.
"Iya."
Kenzi terlihat amat senang padahal yang dimasukkan adalah Andrew seorang. Andrew tersenyum senang mendengarnya. Ternyata benar tebakan Kenzi, ia memang kembali dimasukkan. Sungguh ia tak menyangka hal ini akan terjadi. Akhirnya ia akan bermain basket kembali.
Setelah membicarakan beberapa hal, mereka keluar dari ruangan. Kenzi mengguncang bahu Andrew.
"Gue seneng banget!" Ucap Kenzi.
"Kok lo lebih excited dari gue?"
Belum sempat Kenzi membalas, beberapa anak berlarian ke arah lapangan, menarik perhatian mereka. Andrew menahan satu anak di depannya.
"Ada apa di lapangan?" Tanya Andrew.
"Lo gatau?! Adik lo ... ditembak sama Adrian di tengah lapangan!" Ucap sang murid senang.
Kedua mata Andrew maupun Kenzi langsung membulat. Andrew mengepalkam kedua tangannya erat.
"Brengsek!" Umpat Andrew lalu segera menuju lapangan dan menerobos keramaian.
Memang benar terlihat Adrian yang tengah memegang kedua tangan Andrea sambil berkata puitis, seolah-olah apa yang dikatakannya benar.
"Gue Adrian! Menyatakan dengan ini bahwa gue jatuh cinta dengan Andrea! Dan ingin agar dia menjadi pacar gue!" Ucap Adrian keras-keras.
"Adrian apa yang lo lakuin?" Lirih Andrea berusaha melepaskan kedua tangan yang digenggam erat oleh Adrian.
"Will you be mine?"
Andrea menjadi sangat panik seketika, ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. Seluruh murid bersorak agar ia menerimanya. Sungguh Andrea tak pernah sekalipun menyukai Adrian. Ia datang ke tengah lapangan pun karena paksaan dari 2 orang siswi yang tiba-tiba menariknya menuju lapangan.
"Adrian! Lo gila?" Tanya Andrea.
"Gue gila karena lo."
"Jangan aneh-aneh sama gue!"
"Aneh-aneh apa maksud kamu? Ini waktu yang pas, kita pernah berdua di cafe, belakang sekolah, bahkan kemarin kita ke mall berdua, makan bareng, nyari hadiah bareng. Kurang pas apa coba waktunya?" Tanya Adrian sengaja mengeraskan suara.
Rahang Andrew mengeras setelah mendengarnya. Kenzi berusaha menurunkan amarah Andrew, tetapi Andrew tetaplah Andrew yang akan semakin meluapkan emosinya.
"Brengsek!" Teriak Andrew lalu menghajar membabi buta. Ia memukul Adrian berkali-kali sebelum Andrea dan Kenzi menariknya.
Kenzi menahan tubuh Andrew yang tak bisa tenang. Ia sangat paham dengan keadaan Andrew, tetapi menghajar seseorang dengan menggunakan kekuatan penuh juga bisa membunuhnya.
"Ndrew, tenang!" Ucap Kenzi.
Andrew tak menggubris satu pun perkataannya lalu menarik lengan Andrea dengan paksa dan menariknya menuju luar sekolah. Andrea meronta kesakitan, sungguh cekalan Andrew benar-benar sangat menyakitkan. Padahal ia ingin menolak Adrian, tetapi Andrew langsung menariknya. bagaimana bisa ia menghadapi warga sekolah besok? Bisa-bisa ia dianggap kabur.
Sesampainya di luar sekolah, Andrew melepaskan cekalannya.
"Lo kenapa sih?!" Tanya Andrea.
"Justru gue yang harusnya nanya ke lo! Ngapain lo ke cafe berduaan? Ke mall bahkan?"
"Itu urusan gue! Sekarang gara-gara lo gue dianggep kabur gitu aja! Gue pingin nyelesaiin masalahnya sekarang!"
"Lo suka sama Adrian?"
Andrea tak lagi mampu berkata-kata setelah mendengarnya. Sungguh ia tak paham dengan jalan pikiran Andrew yang selalu berbeda dengan dirinya.
"Waras lo? Gue sama sekali gak suka sama dia!"
"Terus ngapain lo sering berduaan sama dia? Hukuman yang gue kasih nampaknya masih gak berguna buat lo. Harus pakai cara gimana lagi supaya lo mau dengerin gue, Andrea?!"
"Gak ada cara! Gue benci sama lo! Lo selalu jahilin gue, ngelarang gue ini itu, maksa gue! Gue capek sama semuanya! Gue pernah berharap lo mati!" Teriak Andrea frustasi.
Andrea segera menyeberang jalan menuju ke sekolah, ia harus menyelesaikan semuanya. Ia menghapus beberapa air matanya yang berjatuhan. Sedangkan Andrew di belakangnya hanya diam dan tersenyum gentir. Sungguh ia tak dapat merasakan apapun selain rasa sakit di hatinya.
Andrea terus berjalan tanpa melihat kanan kiri, tanpa ia ketahui sebenarnya ada sebuah bus melaju dengan kecepatan tinggi. Bus itu mengalami rem blong mengakibatkan tak bisa mengerem. Jarak antara andrea dan bus itu hanya tinggal 2 meter. Suara klakson menyadarkan mereka berdua. andrew dan andrea langsung menoleh, kedua mata mereka membulat.
"Andrea!" Teriak Andrew lalu berlari mendorongnya.
Brakk!
Gimana part kali ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗 yuk spam vote dan comments supaya aku bisa cepetan upload!
Follow Instagram :
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semakin percaya bahwa sebenarnya Andrew sama sekali tak menyayanginya. Hingga suatu kejadian terjadi lalu...