About Amanda

2.4K 107 11
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Sepanjang masa remaja, Amanda tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan yang namanya PACARAN.

Dia sangat sial dengan urusan percintaan. Terlalu sering sakit hati jika ia menyukai seseorang. Selama perjalanan hidupnya ia rasa tidak ada satu orangpun yang tertarik kepadanya.

Tapi itu tidak menjadi masalah besar dihidup Amanda. Namun terkadang gadis yang belum genap berusia 17 tahun itu, berpikir 'gimana sih rasanya punya pacar?' pikiran seperti itu muncul karena ia sering melihat series romance. Yang dimana salah satu adegan di series tersebut membuat Amanda merasa iri dan ingin merasakan memiliki seorang kekasih.

Amanda ingin di perhatikan. Amanda ingin di sayang. Amanda ingin memiliki seseorang yang ada di saat ia butuh. Amanda ingin memiliki seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya.

Ketika keinginan aneh itu muncul Amanda selalu mengingat betapa buruknya kehidupannya. Ia bahkan merasa tak pantas untuk memiliki pacar karena alur hidupnya yang begitu rumit.

Iya bukan tipe cewek yang suka bergantung kepada orang. Iya juga bukan tipe cewek yang mudah terpengaruh dengan lingkungan. Keras kepala. Dua kata itu cukup mendeskripsikan gadis itu, apa yang menurutnya benar untuk dilakukan dan tidak merugikan orang lain maka ia akan melakukan sesuai keinginannya.

Berbeda dengan gadis gadis lainnya, Amanda sangat menyukai udara malam. Setiap malam jika ada waktu gadis itu menyempatkan untuk keluar rumah, meski hanya sekedar berdiri di luar rumah untuk menghirup udara di malam hari, itu dapat meringkan beban
pikirannya. Seperti sekarang yang Amanda lakukan yaitu jalan-jalan di malam hari di sekitar gang rumahnya.

Suasana tenang seperti ini yang gadis itu rindukan. Rumah yang harusnya sebagai tempat ia pulang tidak memberikan ketenangan untuknya, sampai saat ini Amanda bertanya-tanya seperti apa definisi rumah itu sebenarnya? Apa makna dari rumah selain menggambarkan sebuah betuk bangunan tempat untuk manusia tinggal.

Gadis itu duduk di bangku yang ada di trotoar tepat pejalan kaki. Rutinitas ini kerap Amanda lakukan jika ia merasa jenuh di rumah. Melihat lampu pinggir jalan, suara klakson motor, mobil, truk, serta bus menjadi satu masuk ke Indra pendengarnya. Tatapannya fokus pada pejalan kaki yang berlalu-lalang di depannya, gadis itu mengeluarkan earphone yang ada di saku hoodienya. Mendengarkan musik di tengah udara malam seperti ini sangat lah baik untuk menaikan mood Amanda. Gadis itu memutar musik kesukaannya yang berjudul secukupnya—Hindia, sambil memejamkan matanya menikmati alunan setiap lirik dari lagu tersebut.

Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? (Rengang)

Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang (di esok hari)

Namun baru beberapa detik gadis itu menikmati lagu serta udara malam yang menusuk kulitnya, suara dentuman knalpot montor terdengar begitu nyaring di telinga Amanda, hingga menimbulkan kepanikan pedagang kaki lima hal itu membuat Amanda membuka mata, lalu berdiri dari situ memeriksa apa yang sedang terjadi.

"Ada apa pak, kenapa pada panik?" ia bertanya pada salah satu pedagang yang ada di sana yang sedang membereskan dagangannya.

"Itu neng, genk motor buat ulah lagi . duh aneh-aneh bae ya anak muda jaman sekarang, suka bikin keributan gini. Kalau gini kan kita yang rugi, nanti kalau polisi dateng kita juga ikut kena imbasnya." keluh pedagang mie ayam itu.

Amanda menghela nafas, "gak usah panik pak. Biar saya yang ngurus, saya jamin polisi ga bakal dateng." bukannya mau sok jadi pahlawan, tapi gadis itu sudah terbiasa menangani hal semacam ini soal genk motor yang meresahkan warga.

"Serius neng, neng bisa ngusir mereka? Jangan atuh neng, bahaya nanti neng kenapa-kenapa gimana?"

"Saya gak bakalan kenapa-kenapa pak, saya udah biasa nangain hal semacam ini."

"Yaudah deh kalau gitu ati-ati ya neng." Amanda mengangguk sebagai jawaban, lalu ia berjalan menuju tempat yang reme dengan suara knalpot motor, jaraknya hanya beberapa langkah dari tempat Amanda bersantai tadi.

Ah, sial.

Jika kejadiannya tidak di area trotoar perjalanan kaki, Amanda tak segan-segan akan melaporkannya ke polisi. Ia memikirkan nasib para pedagang yang berjualan disana, jika polisi datang bukan hanya genk motor sialan itu yang akan di angkut, namun juga pedagang kaki lima.

Karena sebenarnya tidak boleh ada yang berjualan di pinggir trotoar pejalan kaki, namun mereka masih saja nekat ya dengan alasan mencari nafkah yang membuat Amanda memaklumi hal itu.

Amanda berdiri tak jauh dari sekumpulan genk motor itu sedang berantem, ia menyipitkan matanya untuk mengamati lebih jelas. "Sial, cupu banget sih mainnya keroyokan!" umpatnya kaget, ketika menangkap dua orang pria yang sedang dipukuli oleh beberapa orang.

Amanda mengeluarkan ponselnya, merekam kejadian tersebut. Lalu ia memutar suara sirene polisi yang sudah ia unduh di ponselnya, hal itu adalah cara Amanda mengatasi genk motor, atau kericuhan lainnya. Cara paling ampuh jika memanipulasi orang-orang bodoh seperti mereka, tanpa tahu dari mana suara itu berasal mereka langsung lari ketakutan.

Lihat kan? Baru beberapa detik sirene polisi di putar mereka sudah tancap gas kabur dari tempat.

Dan sekarang tersisa dua cowok yang masih ada disana, satu cowok sudah tergeletak tak berdaya dibawah, sedangkan satunya sedang menatapnya sambil memegangi pinggangnya.

Tak lama kemudian beberapa warga datang membantu mereka, Amanda berjalan ke arah warung dekat tempat kejadian kedua cowok itu dibawa di sana, warga fokus mengobati luka cowok yang tergeletak lemah, sedangkan cowok yang menatapnya tadi satu tanganya memegangi pingang dan tangan satunya memegangi air minum yang di berikan oleh pemilik warung itu.

"Mbak air dingin nya satu ya." Amanda membeli air dingin di warung tersebut, ia mengabaikan tatapan cowok yang terus menatapnya.

Mungkin cowok itu ingin mengatakan sesuatu.

Setelah membayar gadis itu duduk di samping cowok itu. Wajahnya tidak terlihat jelas karena cowok itu memakai masker kain.

"Lo juga dari genk motor kan? Lain kali kalau mau gelut jangan disini, cari yang tempat sepi kalau perlu di kuburan sekalian kalau nyawa kalian pada melayang pas tawuran kan mindahinnya enak," celetuk gadis itu.

Cowok itu terkekeh pelan mendengar ucapan Amanda.

"Dih gue gak lagi bercanda kalik, gue serius," katanya sambil mendelik kesal. "genk motor itu nyusahin para warga asal lo tau, udah berantem di tempat sembarangan, terus kalau tepar gini siapa yang repot?" tatapan Amanda beralih menatap jaket cowok itu membaca2 tulisan yang ada di jaket tersebut. "genk lion? Gue tandain nama genk lo, entar kalau gue ketemu sama genk lion dan kalau mereka buat ulah di area sini, awas aja lo!"

Amanda mendengus jengah, lalu menempelkan botol air dingin tersebut di dahi cowok tersebut yang memar. "Gak usah lihatin gue kayak gitu!" tekan gadis itu, sambil menekan luka cowok itu sampai cowok itu teriak kesakitan.

"Hisshhh! Kalem dikit bisa nggak?" kata cowok itu setelah Amanda menjauh botol airnya.

"Bodo amat. Urusin tuh luka lo!" kata Amanda beranjak dari sana meninggalkan air dingin itu di tangan cowok itu.

Amanda pergi dari situ. Niatnya untuk menenangkan pikiran terganggu gara-gara genk motor sialan itu.

Dan cowok itu....

Menatap kepergian gadis itu sampai benar-benar tak terlihat di pandangannya. Lalu tatapannya beralih menatap air dingin yang gadis itu tinggalkan untuknya.

"Menarik." Satu kata itu keluar dari mulut cowok itu tanpa ia sadar.



Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang