SAMUDERA RAGA : 3

64.7K 5.5K 1.4K
                                    

Kalian tuh lebih suka cerita ini konfliknya padat kaya cerita Reygan dan Jennie, atau suka yang ringan-ringan aja?

*****
Untuk konfliknya nanti  kita urai satu-satu ya.

******

Happy reading💙

******

Raga berjalan di koridor kelas XII sambil tertawa dengan teman-temannya. Marsya tidak ada bersama mereka, karena gadis itu bergabung dengan teman-teman perempuannya. Langkah Raga terhenti ketika dari arah berlawanan ada Audy yang juga menatapnya.

Emosi Raga langsung memuncak, ketika melihat Audy dengan tidak ada malunya memakai jaket parasut hitam Raga—jaket kesayangan Raga yang dibeli oleh Ayahnya sewaktu kerja.

Raga menghadang jalannya Audy. “Nggak ada malu lo ya? Pake jaket gue ke sekolah.”

“Nggak ada jaket lagi.” kilahnya.

Raga terkekeh sinis. “Itu hadiah dari bokap gue, jaket kesayangan gue. Tapi, buat lo gue kasih deh.”

Audy masih menatap Raga.

“Gue kasih buat yang membutuhkan aja lah, gue kan orang kaya.”

Teman-teman Raga tertawa, lalu menatap Audy yang biasa saja, tidak ada raut malu dalam wajah perempuan itu.

“Harus lo tau Dy, gue memang pernah mohon-mohon sama lo untuk nggak mutusin gue.”

Raga maju, menatap tajam Audy. Kaki Audy bergerak mundur ke belakang.

“Gue juga sampai saat ini nggak tau, salah gue ke lo apa sampe lo mutusin gue sepihak kaya gini. Tapi, that’s enough.”

Raga memasukkan tangannya ke dalam kantong celana abu-abu miliknya.

“Gue anggap hubungan kita memang sudah berakhir. Dan, gue akan membuat lo menyesal udah kaya gini ke gue.”

Audy terkekeh sinis. “Gue yang mutusin lo asal lo tau, dan menyesal? Nggak akan ada kata itu di kamus gue.”

Raga mengetatkan rahangnya. Jantungnya berdetak kencang ketika matanya beradu dengan Audy. “Let's see. Gue akan bikin lo bertekuk lutut ke gue. Minta balikan.”

“Dan menjadikan Alin sebagai alat untuk membuat gue menyesal?”

Raga menatap tajam perempuan ini. Emosinya seakan terpancing. “Nggak ada hubungannya sama Alin. Ini antara gue sama lo,”

“Gue atau lo yang menyesal Ga?”

Raga terdiam. Sejujurnya, Audy adalah satu-satunya perempuan yang sampai saat ini masih ada di hatinya.

*****

Raga menghentikan motornya di depan sekolah Kinar, karena adiknya itu ingin dijemput oleh Raga. Raga melepas helm, dan berkaca di spion motornya. Langkah kakinya menghampiri penjual es kelapa muda di pinggir jalan.

“Pak, es satu.”

“Siap. Ditunggu ya dek.”

Raga duduk di kursi plastik sepulang sekolah dia langsung kesini Kinar ada ekstrakulikuler voli dan selesainya lima belas menit setelah Raga pulang sekolah.

“Makasih Pak.”

Raga menyeruput es kelapa muda itu sambil memainkan ponselnya. Raga terpaku menatap foto-fotonya dengan Audy dulu saat semuanya masih baik-baik saja. Dan, entah karena apa semuanya berakhir begitu saja.

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang