SAMUDERA RAGA : 32

18.6K 2.2K 395
                                    


-Happy Reading-

*****

Alin mematut dirinya di cermin. Malam ini dia sudah ada janji dengan Raga untuk menghabiskan malam ini diluar. Alin tersenyum sekali lagi, rasanya ada yang hinggap di hatinya tapi ada sedikit keraguan apakah Raga benar serius? Tapi, bukankah sebuah keraguan harus mendapat jawabannya? Jadi, tidak ada salahnya kan memberi kesempatan kedua untuk mereka memulai semuanya yang dulu sempat tertunda?

Alin melirik ponsel yang bergetar diatas meja rias nya. Bibirnya tidak henti melengkung membentuk senyuman. Entah kenapa dia sedikit menjadi norak karena jantungnya berdegup kencang. Padahal hampir setiap hari kan dia bertemu Raga?

Memastikan semuanya baik-baik saja dan dirasa semua sudah pas Alin keluar kamar, di ruang tamu sudah ada Raga dan Tante Tika yang sedang berbincang.

"Mau ajak kemana aja sih Tante, keliling kota juga kayaknya seru," kata Raga sambil menggaruk tengkuknya.

Tika tertawa. "Lagi kasmaran gini banget ya, yaudah nanti pulangnya jangan terlalu larut hati-hati ya dijalan,"

Raga mengangguk mantap. "Baik Tante,"

"Lin, nanti kunci rumahnya aja, bawa soalnya Tante besok kerja masuk pagi jadi sekarang mau istirahat."

Alin mengangguk. "Iya Tante. Kalau gitu kita pamit keluar dulu," bergantian berpamitan dengan Tika lalu berjalan ke luar rumah.

Raga memberikan helm pada Alin sambil tersenyum. "Cantik banget sih," katanya sambil memakaikan helm itu.

"Masa sih?"

"Iya cantikku," katanya sambil menatap mata Alin yang tersenyum. Alin dengan kesederhanaannya mampu membuat Raga merasa nyaman dan senang berada dekat dengan gadis ini. Pembawaan Alin yang perlahan mulai berubah sedikit demi sedikit kembali membuka akses untuk Raga.

Raga menaiki motor besarnya lalu memakai helm dan menyalakan mesin motor. Sementara Alin, duduk dibelakang Raga sambil berpegangan di pundak Raga.

"Peluk dong Lin," katanya.

Alin terkekeh. "Nggak ah. Gini aja enak,"

"Hih ngga bisa jalan motornya kalau ngga di peluk." kata Raga sambil menghadap belakang ke arah Alin.

Alin melingkarkan tangannya ke pinggang Raga dan menyenderkan kepalanya ke punggung laki-laki itu. "Udah bisa jalan?"

"Kalau udah gini kan enak. Tapi nggak bisa ngebut soalnya lagi bawa si cantiknya aku. Jadi kita menikmati malam ini. Oke cantik?"

Alin tertawa lagi. "Iya siap. Jalan dong,"

Lampu kota yang menyala, deru kendaraan yang saling bersahut-sahutan membuat suasana malam ini terasa hidup dan ramai. Rasanya, sudah lama ketenangan ini tidak Alin rasakan.

"Kita makan dulu ya, makan di Avenue mau nggak? Kafenya Lukas, biasanya sih ada Thalia disana. Gimana?" tanya Raga saat motor berhenti karena lampu merah.

"Boleh. Gue baru tau Lukas punya kafe," kata Alin. Raga memandang wajah gadis itu dari spion, lucu sekali wajahnya ketika bingung seperti ini.

"Nanti gue kasih tau lagi yang belum lo tau," kata Raga.

Alin menautkan kedua alisnya. "Emang gue nggak tau apa? Kasih tau dong Ga,"

"Perasaan gue. Lo belum tau kan?" kekehnya sambil bersiap melajukan motor gedenya.

Alin memutar bola matanya. "Kirain apa,"

"Loh kalau lo udah tau, kenapa gue digantungin? Gantung hubungan terlalu lama itu nggak baik tau cantik,"

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang