SAMUDERA RAGA : 4

56.3K 5.3K 1.1K
                                    


Double update. Happy reading💙

*****

Kini keempat laki-laki itu berkumpul di kafe milik Lukas. Raga masih saja termenung memikirkan sikap Alin siang tadi padanya. Dulu saat Raga mendekati Alin, jujur dia tidak ada rasa pada perempuan itu hanya merasa tertantang mendekati sang juara umum. Namun, sekarang ada sedikit rasa dalam diri Raga untuk mencari tahu apa saja tentang gadis itu, gadis yang sukses membuat Raga termenung dan berdiam diri di kamar.
Tapi, jujur saja posisi Alin belum sehebat itu untuk menggantikan posisi Audy di hati Raga. Mungkinkah ini hanya perasaan bersalah saja?

“Njir, Gladys anak X Sastra 2 montok banget, bahenol.” kata Abre.

Lukas terkekeh. “Idih badannya bongsor begitu lo bilang bahenol. Kagak lah!”

“Dih, liat dong bodynya. Mantap!”

Kafe Avenue adalah kafe yang dibuat oleh Ayah Lukas karena permintaan Lukas. Avenue sendiri terletak di pusat kota dan terus berkembang seiring semakin terkenalnya kafe ini. Desainnya cukup aesthetic dan bagus dengan beberapa ornamen tempo dulu. Dan, setiap malam minggu mereka selalu berkumpul di Avenue untuk sekedar makan atau hanya menemani Lukas.

Raga menyenderkan tubuhnya ke kursi, mendesah pelan. Matanya menatap ke lampu kota, diluar sedang gerimis kecil.

“Jomlo aja galau lo Ga!” Abre terkekeh.

Raga berdecak. “Nggak lah, apaan sih lo.”

“Eh, gimana tadi kerja kelompok lo? Udah mulai luluh belum si Alin?” tiba-tiba Lukas bertanya.

Raga menggelengkan kepalanya. “Boro-boro luluh, gue ngomong aja nggak dijawab sama dia. Muak katanya sama gue.”

Abre dan Lukas terkekeh. “Mampus kau!”

“Lagian lo kenapa deh Ga, bukannya ini yang lo mau dari dulu? Alin tau kalian pacaran tapi dia nggak marah.”

Raga mengendikkan bahunya. “Nggak tau gue, rasanya ada yang janggal deh soal Alin. Tapi, gue nggak tau itu apa.”

Mereka diam berpandangan.

“Gue aja baru sadar tapi gimana cara gue ngulik tentang Alin dia aja orangnya tertutup gitu.” kata Raga lagi.

Lukas menjentikkan jarinya. “Deketin aja Ga, tapi gue sangsi sih dia mau sama lo.”

Raga mengernyitkan dahinya, menatap Lukas. “Maksud lo apaan?”

“Kata Talia, Alin itu udah benci sama lo Ga. Lo mau tau gimana hancurnya dia nggak waktu tau Audy sama lo pacaran?”

Raga terdiam. Abre dan Kin ikut menyimak. Lukas menghela nafasnya. “Tapi, lo jangan bilang kalo gue cerita ke lo soal ini.”

Lukas menatap serius ke arah sahabatnya. “Lo nembak Audy di rumahnya pas Audy ulangtahun kan? Nah, disitu Alin juga ada dia dateng naik ojek buat kasih Audy kejutan juga.”

Raga meneguk salivanya.

“Dia liat lo sama Audy pelukan di rumahnya Audy. Dan, Alin kaya merasa di khianati gitu sama lo sama Audy. Alin marah sama lo sama Audy juga, apalagi Audy itu tau kalo Alin suka banget sama lo Ga. Dia ngerasa nyaman sama lo.Tapi malah Audy jadian sama lo.”

Abre menyeruput matcha latte miliknya lalu berbicara. “Mungkin saat itu kita-kita diam nggak waktu lo jadian sama Audy. Tapi sekarang, gue nggak mau lo gitu lagi Ga. Berhenti lah, kaya gitu ke cewek.”

Lukas terkekeh. “Lo aja sama Gladys emangnya udah kaya apa Bre?”

“Gue sama Gladys temenan biasa. Gue memang suka sama dia, makanya gue deketin cewek juga cuman Gledys.”

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang