SAMUDERA RAGA : 14

40K 4.4K 714
                                    


SAMUDERA RAGA : 14 | KERAGUAN

******

Raga berdecak ketika Lukas dan Talia mengganggu keduanya. Alin yang baru saja menyelesaikan film lantas menoleh.

“Lin, temenin ke koperasi yuk. Mau beli buku nih.” kata Talia.

Raga berdecak. “Nggak boleh. Kas, temenin napa cewek lo. Jangan ganggu kita dong.”

“Dia maunya sama Alin. Lo jangan gitu dong, kan mereka sahabatan.”

Alin berdiri. “Yuk. Gue temenin. Awas dulu, gue mau lewat.”

Raga menggelengkan kepalanya. “Nggak mau ah, yang lembut dulu ngomongnya. Masa kaya ngajak berantem.”

“Awas dulu ya, mau lewat.” kata Alin dengan lembut sambil memegang bahu Raga yang masih duduk.

Raga menggeleng. “Ngomong sama siapa? Kok nggak ada namanya?” katanya.

Talia berdecak. “Gue sleding pala lo Ga.”

“Anjir, geli banget gue sama si Raga.” Lukas terkekeh geli.

Alin menghembuskan nafasnya. “Raga, minggir dulu ya, gue mau lewat.”

Raga tersenyum. “Nah, kan enak. Silahkan lewat tuan putri. Perlu di kawal nggak nih?” kekehnya sambil bercanda.

Lukas menggelengkan kepalanya. “Apaan sih lo, nggak jelas banget. Najis.”

Raga memandang Alin yang berjalan bersama Talia ke koperasi. Berhenti sebentar, di meja Marsya dan Tria lalu kembali berjalan keluar kelas.

Lukas terkekeh. “Bucin banget najis.”

“Lo juga bucin nyet. Nggak gue doang.”

Lukas tertawa lagi, lalu menyeruput air mineral milik Talia yang dia bawa dari meja pacarnya. “Tembak lah, jangan tanggung-tanggung. Gas pol!”

“Gaspol apanya. Dia masih agak canggung sama gue, biar pelan-pelan aja sih.”

Lukas menggelengkan kepalanya. “Tau nggak, gue nembak Talia dulu juga deg-degan banget cuyyy.”

“Gue nembak, tapi nanti. Ada hal yang lebih penting yang harus gue lakuin ke dia Kas.” kata Raga mendadak sendu.

Lukas mengernyitkan dahi. “Apaan? Maksud lo gimana sih?”

“Lo nggak perlu tau. Intinya, ada hal yang lebih penting dari sekedar tembak-menembak yang lo bilang. Itu masalah belakang. Yang gue mau, dia bahagia di hidupnya dia sendiri.”

Lukas mengangguk. “Lakukan yang terbaik buat dia Ga. Kalo lo beneran sayang sama dia.”

“Kas? Gue nggak pernah liat lo berantem sama Talia? Kok bisa?”

Lukas terkekeh geli. “Jadi, lo mau berguru sama gue nih? Sang Maestro Cinta?”

“Bukan gitu anying!” Raga memukul lengan Lukas sambil berdecak.

Lukas mengangguk. “Gue percaya sama Talia apapun keadaannya. Dan, Talia juga percaya sama gue. Karena kita saling percaya, kita juga saling terbuka.”

“Jadi, karena gue percaya sama Talia, rahasia apapun gue bagi ke Talia. Dia juga gitu, jadi sama-sama nyaman aja. Take and give. Jangan maunya take aja, tapi nggak mau give. Toxic namanya.”

“Pernah kok berantem. Tapi, nggak didepan lo semua lah. Ya kali. Talia kalo berantem juga ngomong, nggak diem aja. Jadi, gue ngerti maksud dia, atau alasan dia marah ke gue.”

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang