SAMUDERA RAGA : 17 | KANTIN YU MINA*****
Alin dan Raga sama-sama diam di kursi bawah pohon mangga. Alin satu sisi merasa bersalah atas perkataannya pada Raga pagi tadi satu sisi lainnya dia tidak mencintai Raga. Entah mungkin, belum atau mungkin tidak Alin belum mengerti.
Raga dengan pikirannya, berusaha menerima dengan ikhlas bahwa perasaan dan kehadirannya tidak diterima oleh Alin. Mungkin ini balasan atas perbuatannya dulu, Raga harus menerima. Atau, berusaha menerimanya.
Keduanya menoleh ketika Yu Mina mengantarkan minuman dan gorengan hangat pesanan Raga tadi.
“Makasih Yu.” kata Raga.
Yu Mina mengangguk. “Sama-sama, kalo gitu Yu Mina ke dalam dulu ya. Diajak makan dong pacarnya Ga.”
Alin meringis. “Makasih Yu.”
“Makan Lin.”
Tapi, dari mereka tidak ada yang makan kembali sibuk dengan pikirannya masing-masing. Alin, menatap jaket hitam Raga yang masih terpasang di pinggangnya. “Makasih jaketnya.”
Raga menoleh. “Iya sama-sama.”
“Soal tadi pagi gue minta maaf ya, gue nggak tau kalo omongan gue—”
Raga berdeham. “Nggak usah minta maaf Lin, gue yang harusnya sadar diri. Gue juga harusnya minta maaf soal yang dulu.”
Alin menunduk. “Tapi, dulu gue sama lo nggak ada hubungan apa-apa. Jadi, wajar kalo lo suka sama Audy. Dia lebih cantik dari gue, lebih baik dari gue.”
Raga menggeleng. “Salah satu kesalahan terbesar gue adalah nggak kasih kepastian sama lo. Hubungan gue sama Audy hanya sebuah kesalahan Lin.”
“Bener kata temen-temen gue, gue melepas berlian demi kerikil. Kalo aja gue bisa puter waktu, gue bakal buru-buru jadiin lo pacar gue Lin.”
“Sekarang semuanya sulit kaya gini, perasaan gue ke lo malah bertambah tiap hari, rasanya pengen lihat lo, tau kabar lo, rasanya gue pengen terus-terusan ada di deket lo. Tapi, situasinya kaya gini.”
“Dulu, kita bebas nongkrong, jalan-jalan, ke toko buku. Gue malah sibuk sama Audy. Gue merasa ... bodoh banget.”
Alin menunduk. “Kedekatan kita juga kesalahan. Bikin rumit semuanya.”
Raga terdiam.
“Maksud gue tadi pagi, ngomong kasar gitu ke lo, gue cuma mau lo ngerti kalo gue nggak mau lo berantem sama orangtua cuma gara-gara gue.”
“Dan, perasaan gue ke lo juga cuman temen biasa, gue mau lo tau itu.”
Raga menarik nafasnya, hatinya sesak sekali mendengar perkataan Alin.
“Gue nggak mau lo bantu gue, dengan harapan bisa jadi pacar gue. Nggak gitu yang gue mau. Kita cuman temen. Nggak lebih. Mungkin, gue agak sedikit ... takut.”
Raga mengulum bibirnya. “Lo nggak mau gue berjuang buat lo? Lo nggak kasih kesempatan gue untuk membuktikan semuanya Lin?”
Alin menunduk. “Jangan. Gue nggak mau.”
“Gue nggak bisa Lin. Perasaan gue ke lo, makin besar tiap harinya. Nggak semudah itu buat gue mundur.”
Raga menggenggam tangan Alin, lalu mengecupnya. “Gue sayang sama lo.”
“Tapi gue—”
Raga mengangguk. “Gue tau. Tapi, gue bantu lo ikhlas Lin. Ikhlas beneran. Gue terima, kalo akhirnya lo tetep nolak gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA RAGA
Teen FictionAlin dan rahasianya yang membuat Raga menyesal telah menyakiti Alin. Maaf. Dari aku, yang pernah menyakiti dan mengkhianati mu. -Raga [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SEKUEL Hi, Captain! Kalau mau, kalian bisa baca cerita Hi, Captain terlebih dahulu] S...