SAMUDERA RAGA : 9| ALIN'S LIFE*****
Alin duduk sambil bersandar di jendela angkutan umum di perjalanan pulang. Rasanya, tidak tega melihat Raga seperti tadi dan bisa Alin tebak dia terkejut. Tapi, satu yang Alin sadari dia memang harus menjauh dari Raga, sejauh mungkin dari laki-laki itu. Jangan sampai memasuki kehidupannya selama ini.
Kaki Alin memasuki gang kecil dan berjalan ke rumahnya. Hari-harinya terasa berat dan menyedihkan.
Pintu rumahnya tertutup bisa dipastikan Tante Tika tidak dirumah. Hanya ada Ayahnya dirumah seorang diri.
“Tante?”
Alin membuka pintu dan kondisi rumahnya berantakan. Kalau bukan Alin, pasti tidak ada yang membersihkan rumahnya. Botol minuman keras, kacang-kacangan bahkan ada pengaman untuk sex yang sudah dipakai berceceran disana. Alin mengerenyit jijik.
Alin melepas tas dan cardigan lalu memunguti sampah-sampah itu dan menjadikan satu di plastik hitam.
Menyapu dan mengepel rumah, dan membuka pintu supaya udara masuk ke dalam rumah. Suara lonceng berbunyi, Alin langsung bergegas ke kamar Ayahnya dan melihat Ayahnya terbaring disana.
“Ayah? Kenapa? Udah makan?”
Alin mendekat dan memegang tangan Ayahnya. Selama ini, dia tinggal bersama Ayah dan Tante Tika serta Faris suami Tante Tika.
“Ayah buang air ya? Atau laper, mau di basuh sama Alin nggak?”
Mark, Ayah Alin hanya bisa diam merintih kesakitan. Di kamar yang kecil ini, dia hanya bisa terbaring, melihat anak perempuan satu-satunya diperlakukan dengan tidak baik disini. Stroke dan penyakit komplikasi lain yang dideritanya sangat menyiksa. Pihak sekolah Alin sudah mengetahui keadaan ini, sejak perubahan Alin kelas X awal. Dan, memaklumi itu, karena kondisi yang tidak memungkinkan ini, untuk mereka mengeluarkan Alin, setelah prestasi belajar Alin, lomba-lomba dan kejuaraan yang di menangi gadis itu. Untuk urusan pendidikan dan pembayaran, untungnya adalah Alin memiliki asuransi pendidikan ketika ekonomi Ayahnya sangat mampu.
“Ayah nggak buang air kok. Laper ya? Tapi, Tante Tika belum pulang Ayah.”
Alin melihat ke arah lantai di mana bubur berceceran disana. Pasti, Tante Tika marah pada Ayah jadi, tidak sabaran.
Alin mendudukan Ayahnya di kursi roda dan membuka jendela kamar lebar-lebar, supaya Ayahnya dapat melihat matahari terbenam. Dulu sekali, setiap pulang sekolah Ayah akan mengajak Alin ke pantai dan menikmati sunset disana.
Alin memegang pundak Ayahnya dan tersenyum. “Ayah kangen nggak? Liat sunset di pantai sama Alin?”
Mark diam, tapi dia menyetujui perkataan anak perempuannya. Dia menatap lingkungan luar, matanya berkaca-kaca.
“Walaupun nggak bisa di pantai, kita bisa tetap liat dari sini, walaupun nggak seindah di pantai. Tapi, kalo sama Ayah, semuanya indah.”
Alin berlutut menatap wajah Ayahnya, tubuhnya mengurus. Lalu tersenyum. “Ayah janji bakal sembuh kan?”
Mark ingin menyentuh dan mengelus rambut anak perempuannya. Tapi, badannya kaku. Dia hanya bisa menatap dan mendengarkan anaknya.
“Alin beresin kasur Ayah dulu ya? Biar nanti enak tidurnya.”
Setelah lama merapikan kasur, terdengar suara decitan pintu terbuka. Disana ada Tante Tika datang dan mabuk, setelah Alin lihat mobil hitam mengantar Tante Tika.
“Nih makan! Kalo lo mati, nggak ada pembantu di rumah gue.” katanya.
Alin melepas sepatu Tante Tika dan meletakkannya di sudut ruangan. Lalu mengambil nasi bungkus dan bubur dalam sterofoam putih. Alin langsung membawanya ke kamar Ayahnya dan memberi makan Ayahnya. “Makan ya Ayah, Alin suapin. Tante Tika udah pulang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA RAGA
Teen FictionAlin dan rahasianya yang membuat Raga menyesal telah menyakiti Alin. Maaf. Dari aku, yang pernah menyakiti dan mengkhianati mu. -Raga [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SEKUEL Hi, Captain! Kalau mau, kalian bisa baca cerita Hi, Captain terlebih dahulu] S...