SAMUDERA RAGA : 15| PROHIBITON*****
Raga baru sampai dirumah jam tujuh malam. Itupun setelah Jennie menelponnya, menyuruhnya untuk pulang. Raga membuka sepatu dan masuk ke dalam rumah, di dapur ada keluarganya sepertinya sedang bersiap untuk makan malam bersama.
“Abang? Makan dulu sini duduk.”
Raga mengangguk. “Maaf ya Mi, Pi pulangnya malam terus. Lagi ada perlu.”
Jennie tersenyum. “Iya Bang, nggak papa. Makan sama-sama ya? Kinar tolong ambilin piring sama gelas untuk Abang.”
“Iya Mi.”
Reygan menatap lekat ke arah anak pertamanya. “Emangnya Abang lagi ada perlu apa? Kok seminggu ini pulang malem terus, masih pake seragam lagi.”
“Maaf Pi.”
Reygan melipat tangannya didepan dada. “Papi tanya Abang ada perlu apa, bukan mau denger maaf dari Abang.”
Kinar terhenti di pantry ketika menyadari suasana yang tegang ini. Kinar memegang tangan Jennie, saat Reygan dan Raga saling tatap. Raga menunduk.
“Ketemu sama temen Pi, terus mampir bentar dirumahnya.”
Reygan masih menatap lekat anak laki-lakinya. “Temen siapa? Perempuan atau laki-laki? Urusan apa, masa anak sekolah pulang malem gini, seminggu ini.”
Raga terdiam. Dia sudah berjanji pada Alin untuk tetap menjaga rahasia gadis itu.
“Abang dari dulu selalu terbuka sama Papi, sama Mami. Tapi, akhir-akhir ini jarang ngobrol sama keluarga. Lebih suka murung. Abang nyadar nggak?”
Raga diam.
Reygan menghembuskan nafasnya. “Papi merhatiin gerak-gerik Abang sama Kinar, Abang sekarang lebih tertutup, lebih sering di kamar, berangkat subuh pulang malam. Teman Abang laki-laki atau perempuan?”
Raga menunduk. “Perempuan Pi. Dia bukan temannya Abang, dia calon pacarnya Abang.”
“Kamu dari subuh di rumah perempuan? Pulangnya malem kaya gini? Emangnya dirumah temen kamu nggak ada orangtuanya?” Nada Reygan terdengar tidak suka.
Raga mengetatkan rahangnya.
“Kamu jadi jarang ikut sarapan bareng. Pergi subuh, pulang malem. Dirumah perempuan? Papi sama Mami nggak pernah ajarin Abang kaya gini.”
Jennie mengulum bibirnya. Dia tau Reygan, dia tidak mau anaknya menjadi sasaran emosi Reygan. “Mas, ini kita mau makan lho. Nanti lagi dibahasnya ya?”
“Abis makan pasti dia ke kamar. Pokoknya mulai besok, nggak ada lagi berangkat subuh sama pulang malam gini. Papi nggak ijinin. Kalo masih nglanggar Papi sita motor sama ATM kamu.”
Raga berdecak. “Pi, Abang kaya gini juga ada alasannya. Kondisinya temen Abang tuh—”
“Papi nggak ngelarang Abang pacaran. Nggak sama sekali. Tapi, jangan kaya gini Bang. Tuh kan, udah berani motong ucapan Papi. Abang nyadar nggak udah berubah sejauh ini?”
Raga menunduk. “Pi, tapi temen Abang emang lagi butuh Abang dia—”
“Dia perempuan kan? Masa mau kamu kerumahnya dari subuh sampe malem? Kamu yakin dia anak baik-baik?”
Jennie memegang lengan Reygan ketika Raga mengetatkan rahangnya. Jennie sendiri tidak tau, Alin. Dia hanya tau nama saja. Dan, Jennie percaya pada Raga.
“Mas, jangan kaya gitu. Raga pasti ada alasan kaya gitu. Dia juga udah ijin sama aku kok, tiap subuh. Bukannya kamu nggak keberatan sama sekali?”
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA RAGA
Teen FictionAlin dan rahasianya yang membuat Raga menyesal telah menyakiti Alin. Maaf. Dari aku, yang pernah menyakiti dan mengkhianati mu. -Raga [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SEKUEL Hi, Captain! Kalau mau, kalian bisa baca cerita Hi, Captain terlebih dahulu] S...