SAMUDERA RAGA : 13

38.3K 4.4K 291
                                    


SAMUDERA RAGA : 13| A Day With You.

*****

Alin duduk lesu di ranjang kamarnya, Tika dan Faris membatalkan rencana liburan itu, karena Faris ada panggilan kerja mendadak pada sebuah kapal besar dengan penghasilan yang besar. Tanpa ragu lagi, Faris mengiyakan dan sudah pergi setengah jam lalu, di pagi hari pukul 04:30. Niat ingin bebas sementara dari mereka, malah tidak jadi.

Alin mengikat rambutnya, lalu ke dapur untuk membuat bubur untuk Ayah dan sarapan untuknya. Alin menghela nafasnya, Faris memang tidak ada dirumah, tapi tetap saja bersama Tika juga tidak aman.

Alin memasuki kamar Ayahnya, lalu membuka jendela. Selepas mengantar Faris subuh seperti ini, Tika kembali tidur dan mungkin akan bangun pukul sebelas atau dua belas siang. Alin tersenyum ketika Ayahnya menatapnya. “Mereka nggak jadi pergi Yah. Nggak jadi bebas.”

Mark merintih. Lalu menatap Alin sambil menerima suapan Alin.

“Alin tetep sekolah Yah. Tadi, Tante Tika bilang jadinya Alin sekolah.”

Seburuk-buruknya Tika, dia tidak pernah kasar pada Ayahnya. Lebih kasar Faris, jadi Alin agak sedikit tenang ketika menitipkan Ayah pada Tika ketimbang Faris yang bisa kapan saja memukul bahkan menyiksa Ayahnya.

Tika seolah melampiaskan semua kekesalan dan emosinya pada Alin ketika melakukan kesalahan kecil. Tapi, itu lebih baik daripada Ayah yang dijadikan samsak.

Alin dengan telaten membasuh dan mengganti pakaian Ayahnya. Tidak ada beban selama melakukan kegiatan itu, selama bisa dia lakukan. Dulu, Ayah bahkan memperlakukannya sebagai putri kecil yang dibawa kemanapun, diberi apapun dan di bahagiakan. Sebelum, Bundanya atau lebih tepatnya—wanita itu. Menghancurkan semuanya. Mengingatnya saja Alin malas dan emosi.

Alin memegang tangan Ayahnya. “Kalo pagi-pagi kaya gini, dulu Ayah selalu ajak Alin jogging sebelum sekolah. Atau nggak naik sepeda, beli nasi uduk.”

Mark menatapnya. Matanya berkaca-kaca.

“Rasanya berat banget ya Yah, kondisi kita ini. Walaupun sekarang ada Raga yang siap jaga Alin, tapi bisa aja kan dia pergi suatu saat ketika udah nggak mau bantu?”

Mark meneteskan air matanya. Alin mengusap air mata Ayahnya sambil tersenyum. “Kita nggak boleh terus-terusan mengandalkan orang lain yang mungkin bisa aja pergi Yah.”

“Alin nggak mau berekspektasi tinggi ke siapapun termasuk Raga. Alin nggak mau bergantung, takut dia pergi hidup kita bakal lebih hancur lagi. Ayah paham kan?”

Alin mengusap tangan Ayahnya, lalu mengecup punggung tangan Ayahnya. “Alin siap-siap ke sekolah dulu Ayah. Nanti langsung pulang ke rumah.”

Alin menutup pintu kamar Ayahnya, lalu terlonjak kaget melihat Raga yang memakai seragam di depan rumahnya.

“Kok lo disitu?”

Raga tersenyum. “Selamat pagi. Gue bahkan nggak tidur, takut lo dipukulin lagi. Buka blokiran dong Lin.”

“Ya nanti.”

Raga duduk di kursi ruang tamu sambil mengeluarkan kotak bekal. Lalu mengeluarkan ponselnya. “Di chat nanti ya? Biar ada notif. Jomlo nih, sepi.”

Alin celingak-celinguk ke arah kamar Tika. Takut tiba-tiba Tika keluar, dan melihat Raga disini.

“Tante lo, nggak jadi pergi?”

Alin menggelengkan kepalanya. “Nggak jadi, Om Faris tiba-tiba ada panggilan kerja di kapal besar.”

“Oh gitu, yaudah siap-siap gih. Nanti sarapan bareng ya.” kata Raga sambil tersenyum.

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang