SAMUDERA RAGA : 10| TIRAMISU*****
Alin yang sedang belajar, lantas menegakkan badannya ketika mendengar suara lonceng. Alin langsung bergegas ke kamar Ayahnya. “Ayah? Mau apa?”
Mark merintih, lalu menjatuhkan gelas plastik ke lantai. Kalau seperti ini, Ayahnya ingin minum. Alin langsung memberi Ayahnya minum lewat sedotan.
Mark mengalihkan wajahnya, pertanda selesai minum. Alin memegang tangan kurus Ayahnya. “Ayah, temennya Tante Tika jahat banget sama Alin.”
“Tadi di dapur, Alin dipegang-pegang, untung nggak sampe diapa-apain. Ayah harus janji sama Alin, bakal sembuh ya? Kita keluar dari sini, Alin udah nggak mau disini lagi Ayah.”
Alin menangis ketika Mark meneteskan air matanya. Dia tau, walaupun Ayahnya tidak dapat menjawabnya, tapi Ayahnya adalah pendengar yang baik. Alin tau Ayahnya pasti tau keadaannya.
Air mata Mark semakin jatuh, ketika Alin memeluknya menangis disana. Suara tangisan Alin terasa menyayat hati. Sekedar mengelus Alin pun dia tidak bisa.
Alin menangis sesenggukan. Ini semua belum seberapa ketika Faris pulang, dia akan dipukuli bahkan sampe berdarah. Tika hanya bisa melihatnya, tanpa menegur. Alin, hanya pasrah.
“Ayah tidur ya? Udah malem.”
Alin menegakkan tubuhnya, lalu mengelus tangan Ayahnya yang selalu hangat saat digenggam. “Ayah harus janji sama Alin, Ayah harus sembuh. Biar nanti Alin lulus, kerja kita pergi dari sini. Nggak perlu pake uang Om Faris buat berobat.”
Alin keluar dari kamar Ayahnya, lalu melihat Tante Tika sepertinya setelah mengantar temannya itu.
“Tidur lo. Besok gue mau sarapan ayam, gue udah beli, lo yang masak. Inget ya, utang budi lo ke gue udah banyak.”
Alin mengangguk.
“Untung suami gue masih mau nanggung biaya bokap lo, masih mau nampung lo.”
Alin hanya diam.
Tika melepas bajunya, tersisa tank top hitam lalu duduk menyalakan rokok. Dan menghembuskan asapnya. “Bentar lagi lulus kan? Baguslah. Nggak usah kuliah.”
“Tapi, asuransi yang diurus Ayah sampe perguruan tinggi Tante.”
Tika terkekeh sinis. “Ngapain kuliah? Banyak sarjana nganggur. Udah nggak usah.”
Alin hanya bisa diam, menatap Tika yang sedang menatapnya intens.
“Kayaknya makin kesini, temen-temen gue makin banyak yang suka lo. Tertarik. Badan lo juga oke juga.”
Alin mengerenyitkan dahinya. “Maksud Tante apa?” katanya.
“Jual diri aja sih. Lumayan lah, apalagi lo masih virgin. Body oke juga, ukuran besar juga. Enaknya dapet, duitnya juga dapet.”
Alin menatap Tika tajam. “Nggak Tante! Alin nggak mau, Ayah bikin asuransi buat Alin, biar Alin sekolah dapet kerja yang bagus bukan buat kaya gini.”
Tika terkekeh sinis lagi. “Bokap lo itu juga bentar lagi mati. Sendirian deh lo. Emangnya gue nampung lo secara gratis?”
“Ayah pasti sembuh. Alin yakin.”
Tika berdiri. “Mati. Dia pasti mati. Tunggu aja waktunya. Dan, setelah dia mati, lo harus bayar semuanya. Pake badan lo ini juga boleh. Laris manis pasti.”
Alin menampar Tika. Nafasnya memburu. Dia tidak terima dengan kata-kata Tika. “Hati Tante dimana sih? Dia itu kakaknya Tante, kenapa Tante nggak kasihan sama sekali? Ayah pasti sembuh!”
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA RAGA
Ficção AdolescenteAlin dan rahasianya yang membuat Raga menyesal telah menyakiti Alin. Maaf. Dari aku, yang pernah menyakiti dan mengkhianati mu. -Raga [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SEKUEL Hi, Captain! Kalau mau, kalian bisa baca cerita Hi, Captain terlebih dahulu] S...