SAMUDERA RAGA : 30

54.2K 4.8K 2.2K
                                    

Happy reading💙

******

Tidak ada pembicaraan sejak tadi di antara Raga dan Alin. Keduanya diam, Raga dengan pikirannya fokus ke arah jalanan. Alin dengan pikirannya tentang Raga dan segala perkataanya di taman kota tadi.

Motor Raga memasuki halaman rumah Alin. Raga memberhentikan motornya sementara Alin mulai turun.

“Makasih.” katanya. Entah kenapa suasana menjadi canggung seperti ini, Raga juga sepertinya juga tidak ingin membahas masalah ini. Mereka diam seolah tak pernah terjadi apa-apa, padahal banyak yang harus dibahas.

Raga mengangguk. “Iya santai.” Raga duduk diatas motor sambil memegang helmnya. Dia juga bingung bagaimana harus bersikap setelah apa yang terjadi di taman kota. Tapi, sepertinya Alin tidak ingin membahas.

Alin mengamati wajah Raga. Tidak ada luka atau apapun karena memang tadi Panji tidak sempat membalas pukulan Raga. Alin sempat melihat bahwa wajah Panji yang lebam dan keunguan tadi.

“Soal yang gue omongin di taman kota, gue tau lo marah sama gue. Tapi, gue juga ngga tau kenapa gue bisa kelepasan kaya gitu. Gue nggak tau kenapa gue bisa semarah dan seemosi itu, ngeliat...”

Raga menghela nafasnya.

“Ngeliat cewek yang gue sayang jalan sama cowok lain. Apalagi lo ketawa karena Panji, sedangkan gue nggak bisa bikin lo ketawa kaya tadi.” kata Raga.

Alin mengulum bibirnya. “Ga, ada yang harus lo tau. Kalo—”

“Iya kalo semuanya ada batasnya. Tapi gue nggak bisa bohong Lin, kalo gue beneran nggak suka liat lo sama cowok lain, siapapun itu. Temen gue sekalipun.”

Keduanya kembali diam.

Raga duduk diatas motor besarnya meletakkan helm disampingnya, dan duduk menghadap Alin, menatap serius gadis itu. “Lihat gue.”

Alin menatap mata Raga yang juga menatapnya dengan serius tanpa ada raut bercanda disana.

“Gue tau gue salah. Gue sadar kok. Tapi, itu bentuk dari rasa gue ke lo. Gue cemburu Lin, gue nggak suka lo sama Panji atau sama siapapun.” kata Raga sendu.

Raga memegang kedua tangan Alin. “Gue sayang sama lo, sayang banget. Gue diemin Panji bukan berarti gue nggak cemburu. Gue cuma sadar diri, gue siapa bisa cemburu ke lo.”

Alin menatap mata Raga ketika Raga mengelus tangannya.

“Gue nggak mau cuman karena gue tunjukkin rasa gue ke lo, lo malah menjauh. Awalnya gue mencoba mundur, menyerah sama keadaan. Tapi, gue nggak bisa. Sorry, kalo emang perasaan gue ganggu lo. Maaf.”

Alin mengangguk. “Terus, mau lo sekarang apa?” tanyanya.

“Gue nggak mau menyerah sebelum berjuang. Gue mau perjuangin lo, asal lo juga mau kasih ijin gue untuk mencoba. Lo jangan menjauh dari gue. Ya?”

Alin mengalihkan pandangannya ke arah jalanan. Entah dia bingung harus menjawab apa dan bagaimana cara menjawabnya. Tapi, ada rasa yakin untuk memberi Raga kesempatan, tapi sebagian lagi seolah tidak mengijinkan.

Raga turun dari motor, dan berdiri tepat dihadapan gadis itu. “Apa yang bikin lo ragu sama gue? Lo takut kalo gue khianati lo lagi?”

Alin mengangguk kecil.

“Gue nggak mau janji, karena percuma lo nggak akan percaya. Tapi, gue bakal buktiin kalo emang gue maunya sama lo. Nyamannya gue sama lo. Rasa sayangnya gue ke lo.” katanya tegas.

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang