Part 26||Melahirkan Pt2

893 72 23
                                    

Aleah P.O.V

"Widi? Kamu udah sholat?" Aku mendengar suara dad. Aku menoleh dan ternyata dad ada di depan pintu kamar ku. "Belum, dad. Widi takut nanti pas Leah pembukaan terakhir, Widi ga ada." Kata suami ku. Aku tersenyum dan mengelus tangannya. "Kamu sholat aja. Aku gapapa disini lagian ada keluarga juga kan. Jadi gapapa. Do'ain ya biar lancar juga." Kata ku yang langsung mendapat kecupan di kening ku. "Ok, mom. Anything you want i'll do that." Kata Widi seraya tersenyum dan mengelus perut ku.

Suami ku langsung keluar kamar dan dad duduk di kursi dekat bangsal ku.
"Gimana cucu dad? Lagi apa ya kira-kira?" Tanya dad seraya menggaruk kepala nya. "Cucu dad udah mau keluar. Jadinya bikin Leah sakit punggungnya." Kata ku seraya tersenyum. "Sabar ya by, itu emang rasanya jadi perempuan. Mom juga begitu dulu bahkan mom sampai cakar dad kamu." Kata mom yang membuat ku tersenyum. "Tuh, mom kamu mah bar-bar. Makanya Widi harusnya Alhamdulillah karna kamu ga bar-bar." Kata dad seraya mengerucutkan bibirnya. "Mas, ade mah ga bar-bar. Anak kamu yang bar-bar. Jadinya ngaruh ke ade." Kata mom yang membuat dad mendengus kesal.

Tiba-tiba aku merasakan sakit yang bikin aku mau nangis. Bahkan tangan dad aku remas sampai merah. "Leah? Kamu kenapa? De? Kamu elusin punggung Leah. Mas mau ke bawah dulu." Kata dad. "Mau ngapain mas?" Tanya mom. "Mau nyusul Widi. Sama beli siomay. Mau kan?" Tanya dad. "Mau!!!" Dalam sekejap mom,Lia,Lio,& Pierre berteriak MAU.

"Leah? Kamu mau ga?" Tanya dad. "Mau dad tapi jangan pedes ya." Kata ku. "Sip." Kata dad seraya berjalan keluar kamar ku. Mom langsung mengelus punggung ku. Sedangkan Pierre mengelap keringat di dahi ku.
"Sabar ya sist. Ini, si bayi kayaknya mau buru-buru keluar liat om nya yang tampan." Kata Pierre. "Idihhhh PD sekali anda." Kata ku seraya tertawa. "Huufffttt aminin dong. Kan siapa tau nanti si bayi menawan kayak Pierre." Kata Pierre yang membuat ku tertawa lagi. Rasa sakit di perut ku mulai hilang. "Iya, Aammiinn." Kata ku seraya tertawa.

"Kak Leah? Lia mau nonton boleh ga? Ini pasti Upin Ipin nya udah mulai." Kata Lia. "Yeh nih bocah. Udah gede masih aja nonton Upin Ipin." Kata Pierre yang di jawab tatapan kesal Lia. "Yailah, kak. Lia mah mendingan nonton Upin Ipin dari pada Suara Hati Seorang Istri noh." Kata Lia. "Iya, kak. Lagian Upin Ipin tuh bagus. Apa lagi Kak Ros nya cantik kayak Kak Leah." Kata Lio. "Hahahaha kayaknya kamu doang deh yang ngomong Kak Ros cantik kayak kakak. Biasanya kan ngomongnya, Kak Ros tuh galak." Kata ku tertawa. "Iya, maksud Lio tuh Kak Leah mirip sama Kak Ros kalo galak. Hahahahahahahahaha!!" Kata Lio seraya tertawa. Aku yang mendengarnya hanya tersenyum. "Lepas akak melahirkan nanti. Siap kau." Kata ku mengikuti logat nya Kak Ros di film Upin Ipin. "Wuhuyyy seram betul lah. Macam hantu tuh." Kata Lio mengikuti logat melayu. "Apa pasal dengan kalian semue ini? Cakap pun macam orang tak boleh cakap Melayu pun." Kata Lia ikutan menggunakan logat Melayu.

20 menit kemudian

"Assalamualaikum." Aku mendengar suara Widi. "Wa'alaikumsalam. Dari mana? Aku dari tadi nungguin." Kata ku menatap suami ku. "Abis dari cafetaria. Sama tadi nungguin dad." Kata nya. "Lha emang dad kenapa?" Tanya ku. "Dad kan tadi sempet ambil pesenan dia. Ga tau deh apaan. Abis itu dia pergi. Katanya mau ketemu sama Om Davin." Kata Widi yang ku jawab anggukan. "Mungkin dad mau bahas bisnis nya dia sama Om Davin. Yaudah gapapa. By the way mom mau tidur sebentar gapapa kan ya? Lia,Lio? Kalian duduk di lantai aja. Mom mau di sofa." Kata mom. "Eh jangan mom. Mom mendingan pulang aja gimana? Atau perlu Widi bawain kasur lipat?" Tanya Widi. "Jangan. Ka Widi tetep disini aja. Biar Ka Pierre yang ambil. Ya kan kak?" Kata Lia. "Yeuuu bocil. Kan kakak mau ngeliat keponakan kakak. Mendingan dad aja biar sekalian." Kata Pierre. "Pierre, kamu tega ngebiarin dad angkut kasur itu sendiri? Mendingan kamu aja ya." Kata mom. "Iya deh mom. Yaudah Pierre ambil kasurnya dulu ya. Ini baru pembukaan berapa?" Tanya Pierre. "Ke lima kayaknya. Atau ke enam. Ga tau deh intinya udah segitu. Makanya kamu buruan ambil nanti jadinya bisa liat keponakan kamu." Kata mom. "Ok deh mom." Kata Pierre seraya keluar dari kamar.

Aku memilih memejamkan mata ku. Aku mau tidur!! Ngantuk!!! Aku merasakan elusan di perut ku. Ternyata Widi yang mengelus perut ku. Dan itu membuat ku makin mengantuk.

Aku memutuskan untuk tidur.

Skip

"Ssstttt, jangan berisik. Nanti anak gw bangun." Sayup-sayup aku mendengar suara mom. "Yailah, Sya. Aleah kan juga anak kita. Jadinya kita mah tau kok. Btw nanti Widi, anak kalian kan cowok nih. Nama nya siapa?" Aku mendengar suara Tante Aul.

"Rencana nya sih karna bayi nya kembar, tant. Jadinya nanti mau nya nama nya sama. Tapi kata dokter, kemungkinan ini ga sama muka nya. Jadinya yang pertama, Raden Janitra Fazaira yang kedua,  Yada Wasista Ugraha. Nanti tinggal tambah nama belakang deh." Kata Widi. What?! Kembar?! Aku bahkan ga tau kalo aku hamil anak kembar!! Aku langsung membuka mata ku dan melihat ke Widi. "Bayi kita kembar? Kok kamu ga bilang?" Tanya ku. "Kan mau surprise babe. Lagian ini juga aku di kasih tau sama dokter." Kata Widi. "Hmmmm. Yaudah." Kata ku.

Saat aku mengelus perut ku tiba-tiba aku ngerasa perut ku sakit banget. Mules banget kayak ada yang mau keluar. "Babe!! Sakit!!!" Aku mulai berteriak. "Wait babe. Aku panggil dokter dulu ya." Kata Widi menekan tombol di dekat tempat tidur ku. Dokter pun datang dengan tergesa-gesa. "Bu Leah sudah di pembukaan ke delapan. Kita harus membawa Bu Leah ke ruang persalinan." Kata dokter. Aku merasakan kalau saat ini aku di bawa keluar kamar rawat ku dan masuk ke ruangan yang sepertinya memang untuk persalinan.

"BABE!! SAKIT!!!!!! WIDI SAKIT BANGET YA AMPUN!!!" Teriak ku seraya mencengkram tangan suami ku. "Bu, ada baik nya ibu sambil berjalan-jalan bersama suami. Kelilingi ruangan ini aja." Kata dokter. "Emangnya boleh dok?" Tanya Widi. "Nanti kalau Bu Leah sudah ga sakit di perbolehkan pak." Kata Dokter.

Skip

Ini sudah di pembukaan ke sepuluh dan inilah saatnya! Aku melihat dokter dan suster mulai menyiapkan alat-alat.

"Bersiap ya bu." Kata dokter. "Dok? Air ketuban nya sudah keluar!" Kata salah seorang suster. "Ok. Bu Leah? Dengarkan saya! Tarik nafas sebisa mungkin lalu dorong bu!" Kata dokter. "Dok, mana suami saya?!" Tanya ku seraya menahan rasa sakit. "Aku disini babe. Sekarang kamu berjuang ya sayang. Anak kita menunggu kamu mengeluarkan mereka!" Kata Widi seraya mengelus tangan dan perut ku.

"AAAAAAAAAAAA SAKIT ANJIRRRR YA ALLAH INI SAKIT BANGET!!!" Aku mulai berteriak. "BISA SAYANG!! AYO!! AYO!! KAMU PASTI BISA!!" Kata Widi menahan rasa sakit di tangannya yang aku cengkram dan aku cakar. "AAAAAAAAA ALLAHUAKBAR!!!!" kata ku seraya mengelus perut ku dan menarik nafas.

Aku harus bisa! Aku harus semangat! Kedua anak ku sedang menunggu di keluarkan!

"Ayo bu! Semangat!! Mereka sudah menunggu bu!!" Kata dokter. "AAAAAAAAAAAAAAA!!!" Teriak ku. Dan tiba-tiba aku merasa sesuatu keluar dari bagian bawah ku. Aku tersenyum. Satu anak ku sudah keluar!

"Sayang!! Liat! Anak kita udah keluar!!! Semangat sayang!!" Teriak Widi menyemangati ku. "Ayo bu! Anak kedua ibu menunggu!!" Kata dokter. Aku mulai mengatur nafas ku lalu,

"AAAAAAAAAAAA!! ALLAHUAKBAR!!!" Teriak ku seraya menarik rambut Widi. "Sayang, aku rambut nya cepak. Jangan di jambak dong babe." Kata Widi. "KAMU ITU MASIH PEDULIIN RAMBUT DI SAAT ISTRI KAMU BERJUANG HAH?! ASLI NGESELIN BANGET SIH LO WID!!!" Teriak ku kesal. Aku juga langsung menjambak rambut Widi.

"Ayo, bu. Jangan berantem dulu. Ini anak ibu nungguin!!" Kata dokter. "AAAAAAAAAAAAA!!!" Teriak ku. "Ayo,bu. Kepala nya sudah keliatan!!" Kata dokter. Aku langsung mengatur nafas ku lalu, "ALLAHUAKBAR!! YA ALLAH!!!" Teriak ku.

Lalu aku mendengar suara tangisan bayi. Aku tersenyum dan langsung menatur nafas ku. Kedua anak ku sudah lahir!!

Aku tersenyum dan langsung memeluk suami ku. "Makasih sayang. Kamu udah berjuang untuk anak-anak kita. Aku harap kamu akan selalu sehat dan selalu sayang sama aku dan anak-anak kita. Makasih atas perjuangan kamu babe. Love you." Kata Widi seraya mengecup kening ku. Aku mulai menangis haru. "Love you more babe." Kata ku seraya mengecup bibir Widi.

*****

Yeay!! Part ini selesai. Btw hari ini aku ultah yeayyyyyyy 17 tahun. I'm legal now.

Anjeli Puja Lestari
31 Mei 2020
00.02 Pagi

Takdir Cinta (Sequel Sang Letnan) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang