Part 11||Keputusan Widi

1.4K 78 9
                                    

Author P.O.V

"Aduh, Leah. Kamu tolong dong urus bagian persiapan seragam buat nanti lamaran. Kan kalau mom harus ngurus bagian seserahan." Kata seorang wanita yang mengenakan daster batik nya.

Airsya Adriana Cakradiningrat. Ibu Persit satu ini sedang asik melihat-lihat seserahan yang akan diberikan untuk keluarga Valencia yang merupakan anak Emil sahabatnya. Ya! Rupa-rupa nya Pierre sudah memantapkan hati untuk berta'aruf dengan Valen sehingga tepat saat ini tak kala Adrian akan pulang dari tugas yang sudah ia jalani selama 3 bulan, mereka sekeluarga akan mengadakan persiapan untuk lamaran.

Adrian? Lelaki itu bahkan sudah mengetahui hubungan Pierre dan Valen. Bahkan ia sangat senang karna ia bisa berbesan dengan Davin. Siapa yang menyangka hal itu akan terjadi kan?

Sekarang ini, di kediaman Cakradiningrat sedang terjadi kerusuhan. Di awali ketika Aleah yang terlambat bangun padahal mereka sudah harus menjemput Adrian. Ya walaupun tidak di haruskan tapi tetap aja, itu keharusan bagi mereka.  Lalu permasalahan kedua adalah ketika Airsya malah mencuci baju Persit nya saat malam hari sehingga saat ia bersiap, baju itu belum kering. Untung nya, Lio yang merupakan anak mereka yang paling kreatif memiliki cara dan berhasil sehingga masalah ini selesai.

Sekarang, mereka sedang bersiap di markas sang kepala rumah tangga. Mereka menunggu dengan kesibukan masing-masing. Aleah yang mendapat tugas untuk mencari seragam lamaran, Pierre yang memilih cincin pertunangan, dan Airsya yang memilih seserahan. Adapun Lia dan Lio yang memilih diam menunggu sang ayah yang akan datang kepada mereka.

Aleah P.O.V

Sekarang ini di hadapan ku sudah ada 3 model kain yang akan ku pilih untuk acara ta'aruf nya Pierre.

Ada kain batik berwarna Hitam bercorak bunga melati, ada yang warna hijau bercorak daun, dan ada yang warna biru bercorak mega mendung.

Aku memilih bersama Widi. Kami berada di Batalion tempat bertugas Dad. Hari ini dad akan pulang. Yeayyy!!!

"Sayang? Menurut kamu, bagusan yang mana?" Tanya ku pada Widi. "Eeuummm, menurut aku sih yang hijau. Karna lebih bagus aja. Aku suka deh sama motif daun nya. Lebih bagus gitu." Kata Widi yang membuat ku tersenyum.

"Leah? Menurut kamu, seserahan yang bagus tuh apa? Kan ini hitungannya masih ta'aruf." Kata mom. "Menurut Leah, mendingan ga usah ada seserahan mom. Karna kan ini bukan lamaran. Pierre? Ga usah cari cincin,de. Karna kamu baru mau ta'aruf. Bukan khitbah." Kata ku yang di jawab anggukan.

"Airsya!!!" Panggil seorang wanita yang ternyata Tante Citra. Tetangga kami dulu saat di rumah dinas.

"Mbak Citra!!!" Panggil mom juga. Mereka langsung cipika-cipiki seraya tersenyum.
"Gimana kabar kamu,Sya?" Tanya tante Citra. "Baik, mbak. Mbak sendiri gimana?" Tanya mom. "Baik kok. By the way Nasya nanyain kalian sekeluarga lho. Yaiyalah kan kamu tau sendiri, dulu Nasya suka main sama Leah. Oh iya! Leah mana?" Tanya tante Citra. "Tante!!" Panggil ku. "Lho?! Kamu disini toh!! Ini siapa?" Tanya tante Citra menunjuk Widi. "Kenalin, tant.. Ini Widi. Pacar aku." Kata ku memperkenalkan Widi.

"Hallo,tant. Nama saya Uno Priyo Widi Atmojoyo. Tante bisa panggil saya Widi." Kata Widi. "Hai! Nama saya Citra." Kata tante Citra singkat.

Ga lama kemudian, banyak tronton yang datang. Lalu para prajurit mulai turun dari tronton dan berbaris.

Aku melihat dad yang memimpin pasukan. Di belakang nya ada Om Randi yang menjadi Danton (Komandan Pleton).

Kami selaku keluarga, hanya menunggu mereka selesai Apel penutupan.

"Apel selesai! Para Danki di harapkan membubarkan pasukannya!" Begitulah kalimat yang terlontarkan dari mc apel penutupan. Dan para pasukan langsung bubar dan mendatangi keluarga nya. Dad yang seperti nya menyadari kehadiran kami, ia langsung menghampiri kami.

Takdir Cinta (Sequel Sang Letnan) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang