Gadis itu terus berjalan menyusuri gang kecil dengan jalanan berlubang yang berair menuju rumahnya.
Pandangannya kosong membiarkan pikirannya berkelana jauh sesekali menarik napas dalam dan membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi.
"Jangan nangis, simpan air mata mu untuk masalah yang jauh lebih berat lagi Ra.. aborsi misalnya?'' ucap nya pelan.
Tidak terasa Ia sudah sampai di depan rumah nya, kecil dan tidak bercat. Meskipun begitu, tempatnya tetap terlihat berwarna oleh bunga-bunga yang dirawat oleh ibunya di pekarangan rumah. Segera ia masuk, mengganti baju sekolahnya dengan baju terusan semata kaki, membersihkan rumah dan memasakkan makan malam untuk sang ibu yang saat ini sedang bekerja menjadi karyawan di toko penjual cake dan karangan bunga.
Sambil menunggu sang ibu pulang, Lira mengerjakan tugas yang sangat banyak itu. Tugasnya dan juga tugas teman sekelas nya.
Berkali-kali Lira berdoa dalam hati, meminta Tuhan untuk mengganti masalah kehamilannya ini dengan masalah yang lainnya.
"Assalammu'laikum Liraa..." salam ibu yang baru saja pulang kerja.
Mendengar itu Lira segera keluar dan menjawab salam sang Ibu.
"Bu ayo kita makan. Lira udah siapin nasi goreng." Ajak Lira menuntun ibu nya ke dapur.
"Maaf ya nak. Dua hari ini kita makan nasi goreng terus. Ibu belum bisa beli lauk soalnya." Mau bagaimana lagi, hanya ada beras dan bumbu dapur.
"Ibu bisa beli beras aja Lira seneng banget kok. Habis ini ibu mandi ya terus istirahat. Nanti Lira yang bersihin piring kotor nya." ucap Lira sambil memperlihatkan senyum manisnya.
Ibu pun mengacungkan jempolnya sambil mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya.
Ya semenjak kepergian sang Ayah, hiduplah Lira bersama sang Ibu dengan segala kekurangan. Tidak ada harta sedikit pun yang dapat sang Ayah tinggal kan mengingat sang ayah hanyalah seorang buruh yang tidak memiliki pekerjaan tetap, pokoknya kerjaan apapun itu selalu ia kerjakan seperti membersihkan taman, menggali kubur, membersihkan parit dan sebagainya. Meskipun begitu, Lira masih bersyukur setidaknya ayah nya meninggalkan kenangan-kenangan manis semasa hidupnya.
Setelah berjam-jam berkutat dengan tugas-tugasnya, ia segera menidurkan dirinya di kasur single nan reot nya dengan hati-hati. Takut jika tiba-tiba kasur itu rusak dan pastinya sang ibu tidak dapat membelikan yang baru. Tidak ada acara mematikan lampu tidur dengan segala cahayanya yang berkilau indah, simpel karena ia tidak punya.
Tiba-tiba hp nya berbunyi. Ini sudah mau jam 1 malam, tapi Lira tidak heran lagi siapa yang selama ini selalu menelpon nya dijam segitu. Pastinya Felix lelaki yang telah menghamilinya.
"I-iyaa?.." ucap nya pelan dan terbata. Ingatannya dua hari yang lalu saat Felix marah-marah kepadanya kembali terlintas.
"Besok gue tunggu di pelabuhan." ucap Felix to the point.
"I-iyaa.." ucap Lira sebelum laki-laki itu mematikan telpon begitu saja.
Huftt... lagi-lagi Lira mencoba untuk tidak menangis dan memaksakan diri untuk tidur.
***
Bruk.
Suara yang tercipta dari hp berlogo apel digigit itu setelah dilempar Si empu dengan keras. Hp yang tadinya menyala kini telah mati.
"Lix apa yang jatuh?" teriak bunda yang kebetulan bangun untuk ke WC.
"Bukan apa-apa Bun." Jawab Felix dengan malas. Sedetik kemudian, "Argkkh," pekiknya tertahan, ia menggaruk kasar kepalanya untuk menyalurkan rasa prustasinya. Kenyata bahwa tes pack bergaris dua yang tergeletak begitu saja di sampingnya benar-benar membuatnya ingin gila.
"Bego banget sih! kenapa sampai hamil coba. Si Lira lagi." ucapnya dengan emosi. Ia mendengus, kali ini sekelibat peristiwa yang mengantarkannya ke dalam masalah ini pun mencul lagi di pikirannya.
Sekitar satu bulan yang lalu...
Felix dan sahabatnya yaitu Fatur, Bagas, Daniel, dan Hito mengunjungi pesta ulang tahun pacarnya Bagas yaitu Sofiya. Memang, diantara mereka berempat yang telah memiliki pasangan hanya Bagas. Sejak SMP mereka telah menjalin persahabatan hingga sekarang menduduki bangku SMA. Persahabatan anak muda itu tetap begitu erat meskipun Felix, Bagas dan Daniel sekolah di tempat yang terpisah dengan dua sahabatnya yang lain yaitu Hito, Fatur yang satu sekolah dengan Sofiya dan Lira.
Di pesta ulang tahun Sofiya yang ke 18 ini, banyak didatangi oleh teman Sofiya baik teman satu sekolahnya termasuk Lira, dan temannya dari sekolah lain termasuk temen-temannya Bagas.
Dari awal Lira memang curiga. Mengapa seseorang yang selama ini membullynya mau mengundangnya ke pesta ulang tahunnya. Namun, segala pikiran negatif itu segera Lira tepis, gadis itu bahkan berpikir Sofiya mau berubah menjadi lebih baik lagi.
Semua orang menikmati pesta mewah tersebut, tidak terkecuali Lira dengan segala rasa tidak percaya dirinya yang saat itu sedang duduk di pojok ruangan dan paling sepi dari tempat pesta itu. Orang-orang datang membawa hadiah besar yang dibungkus rapi ditambah dengan pakaian yang sangat bagus. Sementara ia hanya membawa gulungan lukisan wajah sofiya.
Lira memilih diam memperhatikan teman-temannya berlalu-lalang baik teman di SMP maupun SMA. Termasuk Felix dan 4 orang sahabatnya yang tidak asing lagi bagi gadis itu, pasalnya mereka semua pernah dalam satu kelas yang sama selama sekolah mengenah pertama.
Lira tiba-tiba panik saat salah satu dari kelima laki-laki itu menangkapnya basah sedang memperhatikan mereka. Daniel dengan santai berjalan ke arah nya.
"Oy Lira, sendirian aja? lo lupa sama gue ya." ucap Daniel yang bingung saat Lira diam saja.
"Gak kok, Daniel." Jawab dengan menekan kata Daniel untuk membuktikan perkataannya.
"Ngomong-ngomong temen satu sekolah lo cantik- cantik, gak kaya di sekolah gue. Cari kan gue satu dong Ra.. yang paling cantik." ujar Daniel sambil menaik-turunkan alisnya.
"Emm minta tolong Sofiya aja ya. Aku bingung pilihkan kamu Niel." balas Lira sambil menyengir canggung.
"Ahh elah, gak percaya gue sama Sofiya. Nanti dia comblangin gue sama yang bau ketek kaya waktu itu. Pokoknya cariin gue Ra gak mau tau." Daniel menatap wajah Lira lebih intens.
"O-Oke deh, tapi gak janji." Jawab Lira yang akhirnya membuat Daniel puas dan kembali ke teman-temannya.
Memang diantara kelima laki-laki itu, yang ramah dan bersahabat hanya Daniel. Sementara yang lainnya terlihat arogan, angkuh dan judes.
Tidak ada yang menyangka bahwa apa yang telah Daniel lakukan pada Lira tersebut dapat membakar api cemburu Wina, sahabat Sofiya. Hal itu juga lah yang membuat tekat Sofiya dan Wina untuk mencelakakan Lira yang sejak setengah tahun terakhir telah mereka rencanakan semakin besar.
Bayangkan dari 6 bulan lalu ia sudah berniat mencelakakan Lira dan tepat di hari ulang tahunnya akhirnya ia dapat merealisasikan nya.
Dan Kalau ditanya mengapa, jawab Sofiya 'banyak.' Lira sejak kecil sudah mengusik hidupnya.
"Sumpah sekarang aja Sof. Itu si Lira ganjen banget." bisik Wina kepada Sofiya.
"Iya deh sekarang aja, obatnya sama lo kan?'' tanya Sofiya pelan.
"Udah sama orang kepercayaan gue tuh obat, jadi tinggal nunggu perintah gue aja" ucapnya bangga seraya mencari nomor telpon orang tersebut.
TBC
So Guys biar kalian paham aja nih
Pas SMP Lira, Felix, Bagas, Daniel, Hito, Fatur itu satu sekolah
Terus pas SMA mereka kepisah gitu
SMAN CandraWijaya: Felix, Bagas dan Daniel
SMAN Melati: Sofiya dkk, Lira, Hito, Fatur.Ditulis Januari 2020
Dipublikasi 6 Juni 2020Jangan panggil tor/autor panggil aja bel atau belbel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Unplanned Pregnancy
Teen FictionAfter Sperm Meet Ovum.... "Aku setuju untuk aborsi. Tapi aku butuh perawatan sehabis aborsi biar aku gak rasain sakit lagi. Aku takut gak bisa hamil lagi." -Lira "Seakan bisa melihat isi perut dia, gue ngebayangin ada bayi kecil di dalam perutnya. M...