13. Sialan!

32.7K 2.3K 34
                                    

*Warning part ini sedikit panjang

Setelah melewati perjalanan sekitar 5 kilometer jauhnya, sampailah mereka di kediaman Lira, yang juga rumah baru bagi Felix. Pertentangan atmosfer mulai terasa sejak mereka dalam perjalanan ditambah lagi saat menginjakkan kaki di teras sepetak itu, kemeriahan yang sempat dirasakan kemudian tergantikan dengan kesunyian. "Mungkin kalau di rumah masih rame bersih-bersih." Benak Felix.

"Untuk malam ini kalian tidurnya di kamar Ibu aja, biar ibu tidur di kamar Lira. Besok pagi baru kita tukar kasur biar muat untuk kalian." Jelas Ibu.

"Gak papa Bu, muat kok." Ucap Felix.

"Betulan? Kecil loh itu, gimana Ra?" Tanya ibu meyakinkan. Yang ditanya hanya melirik laki-laki di sebelahnya meminta jawaban. "Iya Bu, gak papa." Tolak Felix lagi.

"Ya sudah, Ibu rebuskan air dulu untuk mandi kalian."

"Biar Felix aja, Ibu harus istirahat."

"Gak papa." Ujar ibu enteng. Namun, niatnya itu terpaksa diurungkan karena Lira juga melarangnya, malah mengingatkan bahwa beliau besok sudah harus bekerja . "Gak usah Bu, istirahat aja, besok Ibu sudah harus kerja."

"Oiya ya, besok Ibu kerja, ya sudah, kalian bersih-bersih, istirahat. Mandinya jangan lama-lama nanti masuk angin." Ucap ibu.

***

Malam ini jadi pertama kalinya ia tidur di rumah barunya, di kamar barunya. Peristiwa ia diusir, hujan-hujanan sampai harus menginap di rumah ini tidak dihitung.

Wangi khas yang akan selalu ia cium atau bahkan akan menjadi wangi khasnya juga sangat tercium saat membuka pintu kamar Lira, apalagi Lira baru saja selesai mandi. Dari bibir pintu hingga masuk ke dalam, matanya sibuk menyoroti semua yang ada di kamar itu sampai tubuhnya pun perlahan ikut perbutar, mengabaikan Lira yang dari tadi risih merasa tidak enak akan kamarnya yang terlalu apa adanya. Laki-laki itu juga mengabaikan bulir-bulir air yang dari tadi menetes dari ujung rambutnya.

"Kasurnya segini." Ujar Lira tidak yakin bahwa tubuh mereka berdua muat di situ. Namun, laki-laki itu masih mengabaikannya.

Plack

Sampai akhirnya suara asing itu menyadarkannya, fokusnya teralihkan pada benda basah di lantai berwarna biru tua, benda itu terjatuh dari tangannya. Shit! mengapa diantara 4 macam pakaian yang ia pegang, celana dalam yang malah jatuh, kenapa bukan kaus dalam atau kemeja atau celana kainnya saja. Bodohnya, si empu celana dalam itu tidak langsung mengambilnya, malah memeriksa respons perempuan di depannya. Sialan! bahkan tanpa ragu Lira meneliti benda itu. Bodohnya lagi, ia mengambil benda itu dengan dongkol hingga jari-jarinya tidak sengaja meremasnya yang menyebabkan air dari celana itu tambah menetes seperti diperas. Bangsat kau sempak.

"Taroh dimana?" Tanya Felix berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Taruh di ember putih," Jawab Lira. "Peras dulu kering-kering." lanjut Lira lagi.

Setelah Felix selesai dengan pakaian kotornya dan rambut basahnya barulah Lira mengulang pernyataannya tadi,
"Kasurnya segini."

"Anjir, kirain kecilnya semana," Benak Felix. "Gue bisa tidur di lantai." Ucapnya enteng.

Laki-laki itu kemudian melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut dan membawa masuk koper beserta tas ranselnya, ia bertingkah biasa-biasa saja padahal hatinya sibuk merutuki kebodohannya.

Teen Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang