34. Foto keluarga

19.9K 1.9K 104
                                    

Makasih banyak untuk kalian yang selalu kasih vote dan komen


Ruangan berukuran 6 meter persegi ini berisikan 3 pasien lainnya. Pasien pertama yang juga pasien paling lama dengan keluhan 'penyakit tua', wajar saja, sepertinya usia kakek itu sudah 70an.

Pasien kedua yang baru saja melahirkan anak ke empatnya.

Pasien ke tiga adalah anak perempuan yang terkena DBD.

Dan pasien ke empat yaitu Ibu dengan kolestrol yang melampaui kadar normal dalam darah.

Seharusnya ibu di rawat di ruang VIP, namun beliau menolak sebab tidak mau merepotkan Ayah-Bunda yang membiayai semuanya.

Di tempat itulah, Ibu dan Felix sedang menunggu Ayah, Bunda dan Lira membesuk sekaligus menjemput. Semua sudah siap dibawa pulang: tikar tempat Felix tidur sudah digulung, baju ganti ibu sudah dilipat rapi dalam tas termasuk alat solatnya setelah sekitar satu jam yang lalu dokter memeriksa ibu dan mengizinkan beliau pulang.

Selama menunggu, Felix hanya duduk bersila dan bersandar pada sandaran kaki yang terbentuk dari pipa stainless dan plat besi. Iya sedang meminta izin Bosnya dan Om Adi untuk tidak bekerja hari ini. Sementara ibu di depannya sedang berbincang-bincang dengan ibu dari anak yang terkena DBD.

"Permisi."
Ayah dengan ragu masuk ke dalam diikuti oleh Bunda dan Lira.

Sudah bisa ditebak, begitu datang Lira langsung memeluk ibu. Perempuan itu duduk di tengah antara Felix dan Ibu yang pastinya menghadap ke ibu.

"Ibu sudah sehat kok, buktinya dokter bolehkan ibu pulang." Ujar ibu menenangkan Lira. "Ayo kita pulang." Kali ini ibu mengalihkan matanya pada Felix.

Felix pun mengangguk dan mulai membawa barang-barang ibu yang cuman sedikit itu.

"Pake mobil Ayah aja." Usul ayah mengambil alih bawaan Felix.

"Iya, Ayah bawa mereka biar Felix naik motor."

Di perjalanan menuju parkiran ini, semua perhatian tertuju pada ibu, bagaimana pun orang-orang terkejut bahwa wanita paruh baya yang gesit dan pekerja keras ini bisa dirawat di rumah sakit walaupun hanya semalam. Ibu dan Bunda asik mengobrol, Lira ikut mendengarkan, ayah sesekali bersuara dan Felix yang berjalan di belakang mereka hanya diam.

"Felix duluan." Felix akhirnya bersuara karena akan berpisah dari yang lain menuju parikiran khusus roda dua.

"Hati-hati nak ya." Ujar Ibu.

"Felix gak usah beli makanan ya, Bunda sudah bawakan sayur." Bunda mengingatkan.

"Iya Bun."

***

"Kaya apa yo, bisa dibilang mereka itu masih kepingin main." Ujar ibu khas medoknya.

Bunda mengangguk cepat. "Masih mau ngumpul-ngumpul, jalan-jalan." Bunda menambahi.

"Tapi Felix itu sebenarnya dia tanggung jawab kok, Bu Darma."

Bunda lagi-lagi mengangguk tanda setuju.

"Lira gak ada cerita kah mbak? Kedepannya mereka itu kaya apa." Tanya Bunda dari dulu sudah penasaran dengan jawabannya.

Wanita yang memang lebih tua 9 tahun darinya itu menggeleng pasrah.

"Mbak, bukannya saya ini buruk sangka. Cuman saya takutnya mereka itu berencana pisah nantinya."

"Iya Bu Darma, saya juga mikirnya begitu." Sahut ibu. Beliau menegakkan duduknya dan mengenggam tangan Bunda, "Bu, kita aja nda mau kan nikah terpaksa begitu. Apalagi mereka masih muda."

Teen Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang