Selama ini Felix adalah tipe orang yang tidak mau ambil pusing dengan apa yang orang lain lakukan, tapi kali ini berbeda dan mungkin hanya berlaku untuk Lira yang sedang mengikat tinggi rambutnya. Felix bahkan mengira-ngira apa yang perempuan itu pikirkan.
Matanya kembali dipejamkannya saat Lira membalikkan badan menghadapanya memperhatikannya sekilas.
"Aku gak pede mau masakkan kamu, masakkan di sini jauh beda dengan masakkan Bunda. Aku tau~" Ucap Lira pelan yang hanya sebagian telinga Felix bisa tangkap.
Dengan lesu Lira beranjak dari kasur menuju kamar mandi, mencuci tangan juga wajahnya.
Mulai hari ini ia akan bangun lebih awal dari Ibunya untuk memasak. Bukannya Lira pemalas, toh sebelum ia menikah Lira yang paling sering memasak tapi, sejak kehamilannya itu Ibu selalu menyempatkan diri untuk mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak.
Masih dengan lesu, Lira membuka kulkas melihat-lihat apa yang sekiranya bisa di masak.
Dia kemudian mengeluarkan satu papan tempe dan satu bungkus tahu berisikan 5 potong. Meletakkannya di wadah dan mulai memotongnya menjadi dadu-dadu kecil.
Dari ujung matanya ia dapat melihat Felix dengan langkah gontai mendekat. "Mau teh gak?" Tanya Lira saat Felix menarik kursi plastik di sebelahnya.
"Iya." Sahut Felix.
Lira kemudian meninggalkan kegiatannya tadi untuk membuatkan Felix teh. Sementara itu mata ngantuk Felix mengikuti gerak-gerik Lira sampai perempuan itu kembali ke tempat duduknya dengan membawa secangkir teh.
"Berat Lix." Keluh Lira saat Felix menyandarkan badannya pada pundak kiri Lira. "Cuci muka dulu." Suruh Lira.
"Hari ini kita kontrol." Lanjut Lira mengingatkan Felix agar laki-laki itu tidak membuang-buang waktu.
Felix kemudian ke kamar mandi dan kembali mendudukkan dirinya di sebelah Lira. "Masak sambel goreng tahu tempe ya kan." Kata Felix menopang dagunya.
"Iya." Sahut perempuan yang dari tadi hanya memperhatikan Felix dari ujung matanya.
Setelah itu mereka kembali diam, hanya Felix yang sesekali menguap, memperhatikan Lira yang menurutnya tampak lebih menarik di pagi hari setelah bangun tidur. Jujur saja, dari dulu Felix sangat menyukai perempuan yang mengikat asal rambutnya dengan beberapa helaian rambut yang menjuntai bebas di sekitar telinga dan dahi, apalagi kalau helaian rambut itu basah oleh keringat, beh bisa-bisa Felix linglung dibuatnya.
"Coba dipake bener-bener." Gumam Felix menarik iseng tali bra yang terjatuh dari bahu Lira hingga terlihat dari balik lengan bajunya.
"Ish Felix!" Kesal Lira merasa terganggu. Sebenarnya itu adalah satu-satunya yang dapat ia lakukan di tengah rasa malunya itu. Ayolah, dari tadi laki-laki di sebelahnya itu terus meniliknya tanpa kedip, bagaimana ia tidak mati kutu.
Cengiran kuda Felix perlihatkan tanpa dosa setelah itu.
"Ra, sini ibu aja yang lanjutkan." Tiba-tiba suara itu mengalihkan fokus mereka. "Habis itu taruh aja di situ, nanti ibu yang masak." Lanjut ibu.
"Biar Lira aja Bu, ibu siap-siap kerja aja."
"Iya Bu, Nanti Felix yang bantuin Lira."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Unplanned Pregnancy
Teen FictionAfter Sperm Meet Ovum.... "Aku setuju untuk aborsi. Tapi aku butuh perawatan sehabis aborsi biar aku gak rasain sakit lagi. Aku takut gak bisa hamil lagi." -Lira "Seakan bisa melihat isi perut dia, gue ngebayangin ada bayi kecil di dalam perutnya. M...