Seperti biasa, jam 1 malam telpon Lira berbunyi. Ia mengangkatnya dan meletakkan telpon itu di telinganya tanpa mengeluarkan suara.
"Tetap rahasiakan kehamilan lo. Gue bakal ke Kaltim selama 4 hari. Sekalian cari info tempat aborsi disana."
"Iya." jawab Lira singkat. Tanpa mematikan telpon itu, Lira meletakkan kembali hp nya dan lagi-lagi ia menangis.
Felix yang biasanya memutuskan telpon sepihak juga langsung meletakkan hp nya begitu saja tanpa mematikannya. Malam ini laki-laki itu membiarkan isakkan Lira memenuhi gendang telinganya.
Sebenarnya Lira tidak begitu percaya bahwa Felix akan bertanggung jawab. Dia punya banyak uang, bisa saja pergi keluar negeri dan tidak kembali lagi. Sewaktu-waktu dia bisa saja mengatakan bahwa anak ini bukan anak dia.
Saat pagi tiba, Felix terbangun dan membuka Hpnya, "Ck semalaman gak dimatiin." ucap Felix malas.
Namun rasa penasaran lelaki itu tiba-tiba muncul. Lira masih tidur ya, kenapa dia gak matiin telponnya.
Felix pun meletakkan telpon itu ditelinganya dan dengan jelas suara orang lain terdengar dari sana.
"Ra hari ini ibu sengaja gak bangunin kamu. Sekali-kali kamu santai di hari minggu. Hari ini ibu gajian. Nanti ibu belikan ayam goreng."
"Eumm bu..."
Itu Lira pasti baru bangun. Ucap felix dalam hati.
"Kalau uangnya gak cukup gak apa bu. Ibu belikan beras aja."
"Kemarin kamu bilang pengen makan ayam. Gak papa, kan gak setiap hari."
Felix langsung mematikan telpon itu dan melemparkannya kesamping tempat tidurnya, "Ngapain sih pagi-pagi sudah nguping aja." Ketusnya beranjak dari kasurnya untuk bersiap-siap mandi.
***
Masih terlalu pagi namun meja makan utama keluarga Darmawan telah penuh dengan berbagai macam lauk pauk, bukan karena ada acara jamuan atau semacamnya, melainkan hanya untuk sarapan anak tunggal keluarga itu sebelum berangkat keluar kota. "Makan yang banyak loh, nanti di Kaltim kamu gak bisa makan masakan Bunda." Ujar Bunda ikut duduk di samping Felix.
"Hm. Tapi Bun di sana ada om Adi kan?" Tanya laki-laki itu.
"Ada dong, gak mungkin Ayah mu biarkan kamu sendirian di sana. Ingat ya kamu disana untuk gantiin Ayah sementara, bukan liburan." Bunda mengingatkan.
"Iya Bun, lagian siapa juga yang mau liburan kalau di sekolah lagi musim ulangan harian."
"Iya kan 4 hari kedepan gak ada ulangan harian, kalau pun ada kan kamu bisa susulan, sejak kapan kamu mikirkan sekolah." Balas bunda sedikit mengejek.
"Ck."
"Kamu susah banget ya ninggalin pacar kamu. Orang cuman 4 hari kok, masa kalah sama Bunda yang sering ditinggal Ayah semingguan mana jauh lagi sampai lintas negara." Kata Bunda seraya membersihkan dagu anaknya itu yang terkena saus dengan jempolnya.
"Hah?!" tanya Felix sambil mengerut kan dahinya.
"Lira kan namanya? Anak mana? Teman sekolah mu ya?" Bunda mengulum senyum.
"Hah?!!"
"Bunda sudah lihat sendiri kok. Tadi subuh Bunda ke kamar kamu mau cek barang bawaan mu, pas bunda lihat hp mu kamu tindis, Bunda mau pindahin eh ternyata lagi nelpon udah sekitar 5 jam-an."
"Pasti kepencet itu bun."
"Masa sih? Kamu Ngelesnya makin jago."
"Ya sudah Felix gak jadi ke Kakaban" Ancam Felix.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Unplanned Pregnancy
Teen FictionAfter Sperm Meet Ovum.... "Aku setuju untuk aborsi. Tapi aku butuh perawatan sehabis aborsi biar aku gak rasain sakit lagi. Aku takut gak bisa hamil lagi." -Lira "Seakan bisa melihat isi perut dia, gue ngebayangin ada bayi kecil di dalam perutnya. M...