18. (no title)

27.4K 2.1K 82
                                    

Tolong kasih tau typonya dimana

.
.
.

Tidak ada hari untuk bersantai-santai bagi Felix, memang kalau dilihat ia sekarang sedang santai duduk di lantai kamar dan bersandar pada kasur tapi tidak dengan pikirannya, mungkin ia terkesan sedang melamun tapi sebenarnya laki-laki itu sedang berpikir keras dan tak jarang ia berdecak merasa kesal dengan ini-itu yang harus dihadapi.

"Kamu jangan ngelamun." Protes Lira.

"Gue lagi mikir ini. Ck." Balas Felix.

Lira tidak bersuara lagi, malah seperti biasa mengehela napas dalam, tapi kalau dilihat-lihat dia sendiri yang sedang melamun sambil memainkan rambutnya dengan melilitkannya pada jari telunjuk dan tak jarang ia bersenandung dalam hati. Jujur saja memang ia yang awalnya membuka forum diskusi ini tapi, sudah berlalu 2 setengah jam mereka masih saja terperangkap dalam forum tersebut, Lira juga lama kelamaan menjadi bosan, malas berpikir lebih keras dan menunjuk Felix untuk berkuasa penuh dalam keputusan nantinya. Lagi pula gadis itu juga sudah memberikan beberapa solusi seperti menjual TV hadiah pernikahan atau pinjam uang pada Ibu yang tentunya ditolak Felix sebab , "Gak enak sama mereka." Katanya.

By the way memeriksa kandungan adalah hal yang paling Lira tidak sukai dari awal, bagaimana tidak, orang-orang akan memandanginya dengan tatapan tidak percaya dan miris, apalagi jika ada ibu-ibu yang mengajaknya mengobrol dan menanyakan usianya, mereka akan langsung mengeleng-gelengkan kepala saat tau usianya baru 19 tahun. Belum lagi dengan santainya ibu-ibu itu membanggakan anaknya yang umur segitu masih sibuk main, sibuk sekolah. Maksudnya apa?

"Kalau 300 cukup gak?" Tanya Felix yang membuyarkan lamunan Lira.

"Cukup aja kan, bulan lalu  periksanya 120, sama obatnya jadi 210 an." Jawab Lira.

"Besok siap-siap aja, nanti gue kasih uangnya."

"Uang dari mana? kan dari tadi kita mikirkan itu nya."

"Nanti gue cari pinjaman atau apalah."

"Tapi kamu ikut kan?"

"Iya, iya." Ucap Felix meyakinkan Lira dan mulai beranjak dari duduknya. "Gue jalan dulu." Lanjutnya sambil memakai celana jeans navy selutut.

***

Laki-laki itu dari tadi hanya berkeliling tanpa arah dengan sepeda motornya. Entah sejak kapan gundah, gelisah dan bingung jadi sahabat barunya yang selalu menemaninya. Besok tanggal 8 adalah jadwal Lira periksa kandungan dan uang untuk itu belum ada, ada sih, tapi tidak mencukupi dan jika ia memakai uangnya yang sisa 'sedikit' itu maka ia dan Lira tidak ada pegangan lagi. Jika dihitung dari tanggal 28 maka baru 9 hari ia bekerja dan pastinya bulan depan baru terima gaji. Sebenarnya ia sudah tau harus mencari pinjaman ke mana tapi, bagi Felix yang tidak pernah meminjam uang pada orang lain rasanya susah sekali, sampai-sampai pikiran untuk mengambil kembali uang yang digunakan untuk aborsi pun datang lagi. Setidaknya kembalikan 1 juta saja karena ia sangat membutuhkannya.

Setiap masuk ke rumah itu rasanya ada saja sesuatu yang harus dihadapi dan sebenarnya itu bukan suatu permasalah tapi karena Felix yang menghadapinya maka laki-laki itu menganggap semua itu masalah. Memang benar dia satu-satunya lelaki di rumah itu tapi dia tetap manusia biasa yang tidak serba bisa kan. Saat ini Felix memang bertanggung jawab tapi percayalah jika ada kesempatan ia juga akan kabur dari semua itu atau setidaknya menyuruh orang lain untuk menggantikan posisinya barang sekali saja.

Teen Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang