Follow aku ya kalau kalian suka cerita ini ❤
.
.
.Benar-benar tidak terduka saat Felix tiba-tiba pulang ke rumah setelah dua hari tidak mengangkat telpon atau pun membalas pesan. Tapi Lira tetap tau diri bahwa Felix memang masih marah dan dia harus tetap meminta maaf.
Saat itu Lira sedang menyapu diruang tamu, ingin sekali rasanya memanggil bahkan memeluknya, tapi Lira benar-benar mematung saat Felix melewatinya begitu saja.
Dengan sedikit keberanian Lira mengekori Felix ke kamar, betapa terkejutnya ia saat Felix tiba-tiba bersuara. "Siap-siap, kita kerumah Bunda." Ucapnya singkat sebelum keluar lagi. Melewatinya begitu saja.
Lira pun hanya bisa menurut, dengan cepat ia menyelesaikan acara menyapunya, mengganti pakaian tak lupa menyemprotnya dengan parfum, mengikat rapi rambutnya dan memoles liptint di bibirnya.
"Cepat!" Teriak Felix yang ternyata sudah menunggu di atas motornya.
Hari minggu memang jadwal mereka berkunjung ke rumah Bunda, tapi Lira pikir mereka akan absen mengingat Felix yang tidak pulang, jadi kali ini mendadak dan Felix menyuruhnya untuk cepat. Ayolah, seorang menantu akan ke rumah mertuanya, bagaimana bisa ia berpenampilan seperti bocah ingusan, seharusnya Felix berterima kasih pada Lira yang berusaha terlihat baik-baik saja daripada Bunda yang akhirnya mengomeli Felix karena menganggapnya tidak becus merawat istri atau tidak terima jika menantunya itu disuruh melakukan semua pekerjaan rumah.
Lira yang tadinya ingin menelpon ibunya pun tidak jadi dan langsung berlari keluar. Ia bahkan lupa menutup kembali liptint yang dipakainya.
Selama di perjalanan mereka hanya diam, dan jalanan yang riuh oleh suara kendaraan itu bukan waktu yang tepat untuk minta maaf kan.
"Baik-baik di sini, gue gak mau Bunda sakit gara-gara lo yang gak nerima cucunya." Peringatan Felix sebelum mempercepat langkahnya dan meninggalkan Lira di garasi begitu saja.
Sesampainya di dalam rumah seperti biasa, Felix langsung menuju ke lantai 3 tempat dimana berbagai peralatan gym, meja tenis dan lapangan indoor berada. Sementara Lira, mencari keberadaan mertuanya yang biasanya jam segini berada di dapur.
"Lira, mau makan apa yang?" Tanya Bunda.
"Em, ngikut Bunda aja. Bunda masak apa?"
"Rawon, itu baru masak. Jadi kamu mau makan rawon? Atau pengen yang lain lagi?"
"Enak tuh Bun, Lira suka kok." Ucap Lira sengaja memperlihatkan rasa sukanya pada masakan yang Bunda masak.
"Kalau gitu nanti Bunda bungkuskan untuk kamu bawa pulang ya, untuk Ibu mu juga."
"Iya Bun. Sini Lira yang cuci." Lira menawarkan bantuan untuk mencuci buah.
"Ih kamu ini, kalau ga cape kamu main aja. Kolam renang yang kecil sudah gak dalam lagi kok, biar gak bahaya kalau kamu berenang di situ." Tolak Bunda.
"Bener Bun? Kalau gitu Lira berenang ya Bun." Ucap Lira dengan mata berbinar, bermain air di kolam renang adalah hal yang paling Lira sukai meskipun ia tidak bisa berenang. Apalagi saat mengetahui rumah mertuanya itu ada kolam berenangnya dan sekarang kolam itu tidak sedalam dulu sehingga ia tidak takut tenggelam. Hitung-hitung melepas segala beban pikiran yang dua hari ini beranak-pinak di kepalanya.
"Iya, tapi kamu harus tetap hati-hati ya."
"Iya Bun."
***
"Bagaimana kerjaan mu?" Tanya ayah yang sedang berlari-lari kecil di atas treadmill.
Mendengar itu Felix menghentikan aktivitasnya meninju samsak, berniat menyudahinya. "Baik aja Yah, ini Felix lagi cari kerjaan yang freelance untuk nambahin uang kami." Sebenarnya Felix yakin, bahwa dari sekian banyak rumah makan dan outlet yang dimiliki Ayahnya itu, pasti dapat menerimanya menjadi pekerja di situ, tapi kembali lagi pada Ayah yang berubah menjadi tega selama ia menikah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Unplanned Pregnancy
Teen FictionAfter Sperm Meet Ovum.... "Aku setuju untuk aborsi. Tapi aku butuh perawatan sehabis aborsi biar aku gak rasain sakit lagi. Aku takut gak bisa hamil lagi." -Lira "Seakan bisa melihat isi perut dia, gue ngebayangin ada bayi kecil di dalam perutnya. M...