Sandra POV
Pikiranku selalu terbayang toko kuno yang ada di taman kota tadi. Bagaimana bisa toko itu menghilang? Padahal sudah sangat jelas bahwa tadi aku melihat toko yang sepi itu.
"Gue nggak bisa diem aja. Jiwa kepo gue meronta banget." ucapku dengan mengusap wajah kasar.
"Tapi, kalau emang bener gue yang salah liat gimana?" gumamku.
"Gue harus pastikan sendiri besok." Setelah mengucapkan kata itu, aku mulai memejamkan mataku menuju ke alam mimpi.
Saat aku terbangun, hal yang kulihat pertama kali adalah jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua pagi. Aku berjalan gontai menuju kamar mandi. Tiba-tiba sebuah bayangan melesat kencang di depanku. Aku membelalak dan sangat terkejut. Aku melihat di sekeliling kamarku namun tak ada apapun hal yang aneh.
Kini aku meneguk ludahku dengan susah payah.
"Meow.." suara kucing yang melompat dari jendela kamarku sukses membuatku hampir pingsan karena saking terkejutnya. Namun, sekarang aku mulai tenang. Kemudian aku menarik nafas dalam-dalam dan mulai melangkahkan kaki mendekati kucing itu.
"Hai meow, apa kamu tersesat?" tanyaku sambil mengusap bulu hitamnya yang halus. Sangat lama aku memandangi mata kucing itu. Aku hendak membawanya keluar dari kamar dan menempatkan kucing itu di luar rumahku. Namun, hujan tiba-tiba turun. Aku menghela nafas lagi dan mencoba memikirkan sesuatu.
"Ah, mungkin membiarkannya tinggal sehari di rumah tidak papa kali ya." gumamku lalu kembali membawa kucing itu ke dalam kamar.
Aku kembali merebahkan tubuhku setelah di kamar mandi. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Aku sempat melirik kucing hitam yang hanya diam di pojokan kamarku sebelum akhirnya aku tertidur pulas.
End POV
***
Saat ini Sandra sudah bersiap untuk pergi ke taman kota dengan mengendarai motor scoopy nya. Ia sudah berkata pada orang tuanya bahwa ia akan pergi sendiri hari ini, jadi tak perlu ada supir yang selalu menemaninya.
Sandra telah sampai di taman kota. Ia mencari toko kuno kemarin dan ternyata masih ada. Sandra sedikit takut, namun dengan tekadnya yang kuat ia memarkirkan motornya di depan toko tersebut.
Sandra POV
Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya. Baru saja aku menginjakkan kaki di depan toko itu, tapi hawa menegangkan sudah kurasakan. Aku dengan sejuta keberanian yang kukumpulkan saat ini mulai membuka kenop pintu kaca toko itu.
Satu hal yang aku rasakan. Aneh. Aku tak pernah merasakan hawa seperti ini.
"Excuse me, apa ada orang?" tanyaku sambil melihat di sekeliling.
Tiba-tiba aku sangat terkejut melihat seorang lelaki yang sepertinya seumuran dengan Ayahku sedang merapikan rambutnya sambil bercermin di cemin besar depannya. Aku mendekati lelaki itu dengan hati-hati.
Lelaki itu sepertinya baru mengetahui keberadaanku. Dia baru saja menolehkan wajahnya padaku dan..
"Hai nona, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sambil tersenyum ramah padaku.
Hawa yang semula menegangkan menjadi hangat ketika melihat senyumannya. Aku melihat dirinya dari bawah sampai atas. Yang pertama kali kulihat adalah kakinya, karena konon katanya jika seorang yang kakinya tidak menapaki tanah, maka dia adalah hantu. Tapi ternyata lelaki itu sama sepertiku.
"Oh, sa--saya lihat-lihat dulu aja." ucapku sambil tersenyum canggung. Lelaki itu tersenyum lagi padaku. Dia mengikutiku dari belakang sambil menerangkan barang-barang di toko itu.
"Yang itu guci peninggalan JM. Lalisa nona. Ini langka banget di Indonesia." ucap lelaki itu sambil menunjuk guci yang ada di depanku. Aku tersenyum menanggapinya.
"Anda adalah pelanggan pertama setelah satu minggu tak ada pelanggan yang berkunjung di sini nona." ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"Bernahkah itu?" tanyaku.
Sepertinya berbicara dengannya tak begitu buruk. Pikirku.
"Ya, entah kenapa seminggu ini tak ada pelanggan sama sekali. Saya selalu resah jika toko saya tidak laku lagi." ucapnya dengan nada sedih. Aku merasa iba melihatnya, karena dia mengingatkanku pada ayahku. Hidung dan postur tubuhnya sama percis seperti ayahku.
"Itu sudah biasa kan dalam hal berdagang, nanti juga ada pelanggan lagi yang datang." ucapku dengan sangat hati-hati agar tak menyinggungnya.
"Kamu sungguh baik nona. Aku ada sesuatu untuk kamu." ucapnya membuatku mengernyitkan dahiku. Ia melangkahkan kakinya menuju barang aksesori kuno dan meraih gelang berwarna hitam legam padaku. Aku sedikit heran, ia memberikan gelang itu padaku dan aku pun menerimanya dengan senang hati.
"Ini untukmu. Itu adalah gelang yang sangat berharga. Tolong jaga baik-baik." ucapnya.
"Kenapa kamu memberikannya padaku?" tanyaku yang masih terheran.
"Karena anda orang baik nona." Aku tersenyum canggung mendengar alasannya. Namun aku tak ambil pusing.
"Ada yang mau aku tanyakan padamu." kataku sambil menatap lekat pada kedua matanya. Lelaki itu mengangguk dan tersenyum.
"Kenapa kemarin toko ini tiba-tiba menghilang? Bahkan temanku kemarin tidak bisa melihat tokomu." ucapku memberanikan diri.
Lelaki itu sedikit menunjukkan ekspresi terkejutnya.
"Benarkah dia tak melihatnya?" ucapnya yang malah balik bertanya padaku. Aku mengangguk dengan cepat sebagai jawabanku.
"Besok kamu bisa ajak teman kamu kesini, dan aku pastikan pasti dia melihatnya." ucapnya.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu."
"Tidak ingin membeli barang yang lain?" tanyanya.
Aku menggeleng sambil tersenyum. "Besok saja, sepertinya aku belum membawa cukup uang untuk membeli barang berharga di tokomu." ucapku lalu melangkah pergi ke luar dari toko itu.
End POV
***
Sandra sekarang berada di dalam kamarnya. Ia melihat kucing kemarin malam yang masih ada di kamarnya. Ia lalu menghampiri kucing itu dan menggendongnya.
Sandra menuruni anak tangga menuju ruang makan. Perutnya sangat lapar saat ini. Di sana sudah ada Ibunya dan Rafael. Ayahnya sedang berada di kantor.
"Kak, kucing siapa tuh?" tanya Rafael menatap heran ke arah Sandra.
"Gue juga nggak tau. Semalam dia tidur di kamar gue." ucap Sandra jujur pada Rafael. Rafael bergidik ngeri menatap mata kucing itu.
"Hii, kucing item serem banget tau. Kalo mau melihara beli anggora atau persia kek." celetuk Rafael dengan masih memandang kucing digendongan Sandra. Sandra hanya menghendikkan bahu tak peduli pada ucapan Adiknya.
"Udah, ayo makan siang." ucap Elisabeth pada kedua anaknya.
"Siap mom." ucap Sandra dan Rafael bersamaan. Sandra menurunkan kucing yang ada digendongannya membiarkan dia bebas kemana pun dia pergi menjelajahi rumah besarnya. Elisabeth melirik gelang Sandra sekilas.
"Sandra, itu yang kamu pakai gelang baru?" tanya Elisabeth dengan memperhatikan gelang yang dipakai Sandra.
"Iya mom. Ini dikasih orang kok." ucap Sandra dengan memperhatikan gelangnya. Ia sungguh nyaman dengan gelang itu.
"Dikasih orang? Fans kamu?"
"Gak juga sih, ini aku dikasih bapak penjual toko kuno mom."
"Toko kuno yang mana?"
"Di pinggir taman kota." ucap Sandra sambil menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Elisabeth hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan putrinya.
'Emang ada ya toko kuno di situ? Perasaan kemarin pas lewat situ kaya nggak ada toko kuno. Ah, mungkin aku aja yang gak liat.' Batin Elisabeth.
TbC
KAMU SEDANG MEMBACA
CASANDRA [END]√
Fantasy[17+] [⚠ Mental Potato Silahkan Berkumpul] Gadis SMA yang memiliki kecantikan sempurna bak dewi fortuna itu akhir-akhir ini mengalami kajadian yang mampu membuatnya sedikit frustasi. Bayang-bayang seorang lelaki yang juga memiliki wajah nyaris sempu...