Kini Sandra benar-benar yakin kalau Daniel sudah tiada. Sandra menjalankan hari-harinya di sekolah dengan membosankan. Hatinya selalu kosong. Seperti ada sesuatu yang hilang. Ingin rasanya dia ikut menyusul Daniel. Tapi itu mustahil untuk sekarang. Dia punya keluarga, dia punya teman yang sangat menyayanginya.
Sandra berada di suatu Villa besar untuk menikmati liburan sekolahnya bersama dengan keluarganya. Merasa bosan, dia berjalan keluar menuju pantai indah yang dekat dengan Villa itu.
Semilir angin di pantai itu membuat baju putih tipis Sandra ikut terbawa angin. Sandra bisa merasakan sejuknya udara di kulit halusnya. Dia memejamkan mata sembari menikmati keindahan pantai itu. Tak banyak orang di pantai itu. Mungkin hanya beberapa remaja seumurannya yang sepertinya berkencan. Sandra memperhatikan gerak-gerik mereka. Dia tersenyum tipis melihat mereka tertawa. Melihat sang gadis yang cemberut karena ulah pacarnya. Sandra menjadi teringat pada sosok Daniel. Sosok yang selalu menggodanya dengan perkataannya yang selalu membuat Sandra kesal.
Tiba-tiba indera penglihatan Sandra seperti melihat lelaki di lantai dua Villa itu tengah melihat ke arahnya. Dia menyipitkan matanya dengan mendongak. Lelaki itu seperti Daniel. Dia memakai baju putih polos dengan celana santai selutut. Sandra mengucek matanya untuk memastikan bahwa penglihatannya salah.
Namun saat melihatnya lagi, lelaki itu sudah tak ada. Sandra menghela nafasnya dan menepuk kepalanya.
"Kenapa gue halusinasi terus. Stop Sandra. Daniel udah tenang di sana." ucapnya dengan pelan.
Di rasa sudah cukup, Sandra kembali memasuki Villa itu.
"Kak. Nanti gue daftarin di sekolah lo ya. Gue nggak tahu caranya daftar. Ribet banget." ucap Rafael tiba-tiba.
Sandra mengangguk dan tersenyum tipis. "Iya."
"Yaudah ayo makan kak. Mommy lagi bakar ayam di belakang Villa."
"Benarkah?"
"Bener. Ayo."
Sikap Rafael terhadap Sandra tidak seperti dulu. Dia tidak lagi semena-mena pada kakaknya. Sejak kejadian waktu itu, dia jadi sadar kalau Sandra sangat berharga baginya.
***
Akhirnya liburan telah usai. Menurut Sandra, liburan ini tak cukup buruk. Dia sering have fun dengan Mellya, Linda, Brian, ataupun dengan Rafael dan Vania. Mereka adalah sosok orang-orang yang peduli dengan Sandra. Valdo sering mengajak Sandra untuk jalan, tapi Sandra selalu menolak. Dia tak ingin lagi memberi harapan pada lelaki itu.
Malam ini, Sandra mempersiapkan seluruh perlengkapan sekolahnya. Dirasa telah siap, dia pergi ke kamar Rafael.
Tok.. tok...
"Masuk." teriak Rafael membuat Sandra membuka pintu itu.
Ternyata Rafael sedang bermain game dengan wajah seriusnya. Sandra menghela nafas lalu melangkah menuju adiknya berada.
"Eh, lo kak. Ada apa?" tanyanya.
"Udah siap belum peralatan sekolahnya?"
Rafael memang telah melaksanakan seluruh kegiatan baik MOP, MOS, atau MPLS minggu lalu.
"Udah kok. Udah dari kemarin malah."
Kini Rafael menghentikan aktivitas bermain game-nya dan mulai menatap Sandra.
"Kak, di sana pasti ceweknya cakep-cakep kan?"
"Inget Vania." ucap Sandra membuat Rafael meringis.
"Hehe.. Vania juga sekolah di sana kok. Kakaknya juga." ucap Rafael membuat Sandra membeku.
"Kakak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CASANDRA [END]√
Fantasy[17+] [⚠ Mental Potato Silahkan Berkumpul] Gadis SMA yang memiliki kecantikan sempurna bak dewi fortuna itu akhir-akhir ini mengalami kajadian yang mampu membuatnya sedikit frustasi. Bayang-bayang seorang lelaki yang juga memiliki wajah nyaris sempu...