Chapt 21|| Doing Mission

347 61 0
                                    

[Sandra POV]

Sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap berhenti tepat di depanku. Aku melirik Daniel sekilas di sampingku yang sedang menunjukkan senyumannya. Mungkin senyuman itu mencoba untuk membuatku tenang. Karena sedari tadi aku sangat gugup akan keluar dengan seniorku itu.

Valdo keluar dari mobilnya menuju ke arahku. Kuperhatikan dia tampan malam ini. Dia memakai kemeja putih polos dengan celana drawsting warna cokelat. Ditambah gaya rambutnya yang biasa ia tata ala-ala oppa korea, kini ia tata seperti artis idolaku, Zayn Malik. Sungguh kuakui kalau malam ini dia sangat tampan.

Valdo memperhatikanku dari bawah hingga atas. Saat ini aku memakai dress tanpa lengan berwarna hitam yang baru aku beli tadi sore di Mall bersama Daniel. Rambut yang aku kuncir seperti ekor kuda memperlihatkan leher jenjang putihku.

"Gue gak akan muji lo cantik malam ini. Karena lo emang selalu cantik di mata gue Sandra." ucap Valdo membuatku tersenyum malu. Valdo segera membukakan pintu mobilnya dan menyuruhku untuk duduk di kursi depan sampingnya. Sedangkan Daniel, ia duduk di belakang. Meskipun Valdo tak membuka pintu belakang, tapi Daniel dengan mudah bisa menembus pintu itu.

"Mau jalan kemana?" tanya Valdo yang telah duduk di sampingku.

"Terserah lo kak. Kan lo yang ngajak." ucapku.

"Mau ke caffe? "

"Emm, boleh."

Valdo mengangguk lalu melajukan mobilnya. Tak ada percakapan antara kami berdua di dalam mobil. Aku sedikit melirik Daniel yang masih setia duduk di belakang. Tak butuh waktu lama, kami telah sampai di caffe bergaya eropa. Aku pernah mengunjungi caffe ini sekali saat bersama Albert beberapa bulan yang lalu. Menurutku tidak buruk juga.

Aku memasuki caffe itu diikuti Daniel di belakangku. Kami memilih untuk duduk di bangku paling depan yang dekat dengan jendela. Caffe ini tidak begitu ramai. Mengetahui ini adalah caffe yang bergaya eropa, pasti makanan di sini cukup mahal.

"Mau pesan apa?" tanya Valdo yang sedang membaca menu-menu makanan di depannya.

"Emm, samain aja deh sama lo kak."

Valdo mengangguk lalu memanggil pelayan untuk memesankan makanan. Aku tak terlalu mengerti akan apa makanan yang Valdo pesan. Karena dari bahasanya pun tampak terasa aneh bagiku.

"Makasih udah mau nerima ajakan gue."

Aku mengangguk. "Iya kak."

"Emang gak ada yang marah kalo lo jalan sama gue gini?"

"Gue sih nggak," jawabku dengan tenang.

"Oh ya, minggu depan kayanya lomba agustusan deh di sekolah."

"Masa sih? Tapi, 'kan ini udah kelewat jauh tanggalnya." kata Sandra.

"Kaya gak tau sekolah kita aja. Kan guru-guru pada sibuk ngurusin olimpiade. Terus lagi rata-rata yang ikut olimpiade para anggota OSIS. Jadi ya gitu, agak susah ngaturnya." jelas Valdo. Sandra sebenarnya sedikit nyaman berbicara dengan Valdo. Karena ia tak terlalu membahas tentang perasaan atau semacamnya. Ia hanya berbicara seadanya saja bila perlu.

"Iya sih kak. Lo gak ikut olimpiade?"

Valdo tertawa. "Apa? Gue ikut olimpiade? Mimpi kali, yang ada nanti sekolah kita malah tercemar tau ada murid julid kaya gue."

Sandra pun ikut tertawa mendengar candaan dari senior tampannya itu.
"Lo bisa ngelawak juga ya, gue kira lo cowok kaku kak."

"Hmm, emang radak kaku sih. Tapi lama-lama gue bisa gampang akrab kok."

CASANDRA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang