Chapt 8 || Blood

542 77 1
                                    

Sandra telah berada di depan halte sekolahnya untuk menunggu Albert yang akan menjemputnya. Tak butuh waktu lama, Albert telah sampai dan segera membukakan pintu mobil untuk Sandra masuki.

"Hari ini cuma dua jam Sandra, setelah itu kamu bisa istirahat dengan cukup." ucap Albert sambil melihat I-pad--nya yang disana telah tertera semua jadwal Sandra.

Sandra menganggukkan kepalanya. Albert menatap gelang yang dipakai Sandra dengan tatapan heran. "Kenapa kamu masih memakainya Sandra?"

Sandra pun ikut beralih menatap gelangnya. "Eh, a--aku, hanya ingin memakainya saja Albert." ucapnya dengan gugup.

"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Albert menatap Sandra dengan tatapan menyelidik.

"Tidak ada." elak Sandra

"Baiklah."

Tak ada pembicaraan apapun di mobil setelah itu. Mereka berkutat dalam pemikirannya masing-masing. Beberapa menit kemudian, mobil telah sampai di depan tempat pemotretan. Sandra yang masih memakai seragamnya, sesegera mungkin ia menuju ruang ganti untuk menanggalkan seragamnya dan berganti dengan baju kasual yang akan ia gunakan untuk pemotretan kali ini.

Saat ini ia mengenakan kaos putih ketat di balut jaket kulit dan jelana jeans sobek-sobek yang membuatnya terkesan seperti badgirl. Fotografer mengarahkan Sandra untuk berpose seperti badgirl pada umumnya.

"Sebaiknya rambutmu dikuncir saja." ucap Fotografer itu yang membuat Sandra menguncir rambutnya asal. Dan itu malah membuat kesan tersendiri bagi Sandra. Leher jenjang putihnya yang terekspos itu membuatnya tampak semakin cantik.

"Seperti ini lebih baik." Fotografer itu sedikit membenarkan rambut Sandra kemudian ia kembali lagi pada kameranya. Hanya dengan satu bidikan saja, foto Sandra sudah terlihat sangat bagus. Tak salah jika fotografer itu memilih Sandra sebagai foto modelnya.

"Sekali lagi, sambil makan permen lollipop ini." Sandra mengangguk dan dengan senang hati memakan permen itu.

"Oke, bersiaplah." Fotografer itu kembali membidik kameranya. Namun, penglihatannya menangkap sesuatu yang mengganjal sesi pemotretan ini.

"Bisakah kamu melepas gelang itu? Mungkin akan lebih baik jika tak usah memakai di sesi pemotretan ini."

Sandra menuruti saja. Tanpa berpikir panjang ia melepas gelang itu dan meletakkannya di meja samping tempat Albert duduk. "Tolong jaga gelangku Albert."

Albert mengangguk dan tersenyum. Ia masih setia menemani Sandra di bangku yang telah disediakan.

Sandra kembali berpose sesuai keinginan fotografer itu. Namun, ia kembali merasakan sesuatu yang menggelitik di bagian lehernya. Ia sedikit mengusap leher jenjangnya tersebut lalu kembali berpose lagi. Tiba-tiba sesuatu menggigit leher Sandra yang membuatnya meringis sambil memegangi lehernya itu.

"Ada apa Sandra?" tanya Fotografer itu menghentikan bidikan kameranya.

Sandra kembali mengusap lehernya yang semakin sakit. Ia membulatkan matanya ketika melihat darah di tangannya. Ternyata lehernya berdarah. "Leherku berdarah." ucap Sandra membuat Albert yang tadi duduk pun ikut mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Albert.

"Leherku berdarah Albert." ucap Sandra panik sambil menunjukkan tangannya terdapat darah yang berasal dari lehernya.

"Tidak ada darah di tanganmu Sandra. Begitupun dengan lehermu." ucap Fotografer menatap heran ke arah Sandra. Sandra mengernyitkan dahinya. Bagaimana bisa tidak ada apapun? Apa mereka tidak bisa melihatnya.

Sandra menatap Albert yang juga menatapnya dengan heran. "Apa kau juga tak melihat darah di tanganku? Di leherku?" tanyanya.

Albert menggeleng kemudian ia menghela nafas. Pandangannya beralih pada Fotografer di sampingnya. "Mohon maaf sekali. Tapi, apa boleh ditunda sesi pemotretan ini? Sepertinya Sandra sedang tidak enak badan." ucap Albert dan diangguki oleh Fotografer itu.

CASANDRA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang